Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, January 24, 2010

10 wasiat Hassan Al-Banna

Imam Hasan Al-Bana, pendiri gerakan dakwah Ikhwan yang terkenal ke seluruh dunia, banyak meninggalkan catatan penting pada sejarah perjuangan Islam modern. Ingat, kehadiran Imam Hasan bertepatan dengan hanya beberapa saat setelah hancurnya kekhalifan Islam yang terakhir. Tak pelak, setelah kepergian beliau, tak ada lagi figur dakwah yang bisa dijadikan acuan dalam gerakan Islam.

Setiap hari, dalam dakwahnya, ia berjalan kaki tidak kurang dari 20 KM. Beliau menyambangi desa-desa dan dilakukannya tanpa pamrih sedikitpun dari manusia. Ia duduk di warung kopi pada beberapa malam, menyatu dengan masyarakat yang sebenarnya, dan ia mampu mengingat nama orang yang baru saja ditemuinya walaupun hanya sekali, sehingga orang yang diajak bicara olehnya menjadi simpati.

Banyak warisan dari Imam Hasan yang sangat menggelorakan semangat dakwah Islam. Berikut ini beberapa di antaranya dari sekian wasiat-wasiatnya:

1. Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengara adzan walau bagaimanapun keadaannya.

2. Baca, Telaah dan dengarkan Al-Quran atau dzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya.

3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.

4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.

5. Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram.

6. Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus-menerus.

7. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti.

8. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.

9. Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama).

10. Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan. (sa/berbagaisumber)

www.eramuslim.com

Monday, January 04, 2010

Mengapa Cinta Itu Tidak Juga Menetap?

oleh abuWafi

Akhirnya, tanpa kusadari, bulir-bulir air mata mulai membasahi wajahku. Aku sudah tidak ingat lagi, kapan terakhir aku menangis di atas sajadahku. Aku sering sekali merindukan hadirnya malam-malam seperti ini, malam dimana Engkau hadirkan cintaMu dalam relung hatiku. Ketika cinta itu begitu mengelora, dia berwujud menjadi tetesan-tetesan air mata, membentuk sungai kecil, mengalir perlahan sebelum akhirnya jatuh dan membasahi tempat aku bersujud padaMu. Namun entah mengapa cinta yang mengelora tadi cepat berlalu seakan dia tidak ingin menyatu dan menetap di hatiku.

Tuhan leraikanlah dunia
Yang mendiam di dalam hatiku
Kerana di situ tidak ku mampu
Mengumpul dua cinta
Hanya cinta-Mu
Ku harap tumbuh
Dibajai bangkai nafsu yang kubunuh
( diantara dua cinta, Raihan)

Di usiaku yang hampir empat puluh, mengapa cintaMu tak jua mau menetap di relung hatiku? Ataukah memang tidak mungkin mengumpulkan dua cinta dalam satu hati? Ketika aku masih berharap pujian dan aplausan tepuk tangan manusia, cinta-Mu pergi. Ketika aku berharap jabatan dan gengsi kedudukan di hadapan manusia, cinta-Mu segera meninggalkanku. Ketika aku menunda urusanKu padamu karena urusan duniaku yang tiada mengenal waktu, cinta-Mu tidak lagi mau menunggu. Ketika pandanganku terpesona dengan mahluk ciptaanMu padahal kutahu pandangan itu tidak sah bagiku, cinta-Mu meninggalkanku terburu-buru. Ketika tanganku masih terasa agak berat melepaskan lembaran-lembaran merah untuk berinfaq dijalanMu, padahal kutahu bahwa lembaran-lembaran itu juga pemberianMu, cinta-Mu segera berpaling dariku.

Laa ilaaha illa anta
subhaanka inni kuntu minaz zaalimeen
Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau
Maha suci Engkau,
Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim
( Al-Qur’an, surah Al-Anbiyaa’ 87)

Ku yakin, Engkau hadir malam ini, sebagaimana Engkau hadir pada setiap malam yang telah Engkau ciptakan. BagiMu, apalah artinya gelap malam ruangan tempatku bersujud dibandingkan gelapnya perut ikan yang berada di lautan yang dalam di tengah malam yang gelap saat utusanMu Yunus mengiba belas kasihMu? Ketika kekasihMu Yunus mengharap ampunan dan cintaMu dengan Laa ilaaha illa anta
subhaanka inni kuntu minaz zaalimeen, dan Engkau mengabulkannya, mengapa Engkau tidak hadirkan hal yang sama padaku ketika aku berucap yang sama dalam rukuk dan sujudku. Walau kusadar bahwa diriku jarang mengingatMu dan banyak bermaksiat kepadaMu, bukankah aku jua hambaMu, yang hadir di dunia ini atas seizinMu, yang saat ini duduk bersimpuh juga atas sepentahuanMu.

Maka kalau sekiranya dia
tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,
niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu
sampai hari berbangkit.
( Al-Qur’an, surah Ash-Shaaffaat ’143-144)

Tanpa terasa, tetes-tetes air mata menjadi hujan deras yang tiada terbendung. Sungai kecil di lekuk wajahku yang tidak halus, kini mulai melebar, membentuk anak-anak sungai, yang mengalirkan terus air mata sebelum tumpah ruah jatuh di tempat aku menumpu. Betapa malu aku aku padaMu, karena mengharap cintaMu menetap di diriku sementara aku sendiri dalam banyak waktu tidak mencintaiMu.

Satu tahun barusan saja berlalu, namun sangat jarang aku bersamaiMu di sepertiga malam saat malaikat-malaikatMu turun mencari hamba-hambaMu yang tunduk, rukuk dan sujud karena mencintaiMu. Satu tahun telah berlalu, namun tidak banyak siang hariku dimana aku menahan lapar dan dahaga semata-mata agar aku bisa lebih mensyukuri rezeki yang Engkau alirkan kepadaku yang jumlahnya tiada kuasa aku menghitungnya. Satu tahun telah berlalu, namun sering aku tidak rindu padaMu dan tidak tergesa-gesa ke rumahMu ketika panggilan azan mencapai dua daun telinga ciptaanMu.

Satu tahun telah berlalu, dua kaki sempurna yang telah Engkau ciptakan kepadaKu, sedikit sekali dia melangkah munuju majelis dimana hamba-hambaMu duduk melinggar dalam liqoat panjang mengingatMu. Satu tahun telah berlalu, dua mahluk manis dan mungil yang Engkau titipkan kepadaku, namun hari-hariku jauh lebih banyak membersamai rekan kerjaku dibandingkan membersamai mereka, kalaupun aku membersamai mereka, itupun dengan waktu dan energi sisa yang sudah terkuras oleh pekerjaanku. Satu tahun telah berlalu, betapa banyak aku menyaksikan beberapa hambaMu ditandu oleh orang-orang dan dimasukkan ke bumi ciptaaMu, namun jarang sekali hatiku bergetar mengingat hari dimana aku kembali padaMu.

Telah berapa hari engkau hidup
dalam lumpur yang membunuh hatimu
sehingga getarannya tak terasa lagi..
Usia berkurang banyak tanpa jenjang
kedewasaan ruhani bertambah tinggi.
Malu kepada Allah
dan hati nurani tak ada lagi.
(Kematian hati, (alm)KH Rahmat Abdullah)

Hembusan angin perlahan menerobos diantara tirai besi jendela mengusik sejenak perhatianku. Ku menoleh ke arah jendela yang pandangannya terbatas, di luar sana ada satu bintang mengantung di langit selatan. Kuberanjak ke luar, kusaksikan ternyata ada banyak bintang di ufuk timur, utara dan ada lebih banyak lagi bintang di langit tepat di atas kepalaku. Di ufuk barat, bulan sangat purnama, seolah ingin mengalahkan sang mentari yang sebentar lagi menampakkan dirinya bersebrangan di ufuk timur. Malam ini sangat indah. Dia menghiasi langit pertama ciptaanNya di hari pertama di tahun yang baru dengan perpaduan kerlipan bintang-bintang dan purnamanya sang rembulan. Aku ingin sekali malam ini tidak pergi berlalu sebagaimana aku ingin cinta-Mu yang sempat singgah dan mendamaikan hatiKu sejenak di malam ini, tidak akan pergi lagi selamanya. Ya, Allah, aku rindu padaMu dan aku ingin cintaMu.

Wallahu’alam bishowab.

Sleman, menjelang subuh, 15 Muharam 1431, 1 Januari 2010
abuwafi49@yahoo.co.uk

source: www.eramuslim.com

Sunday, January 03, 2010

Rumahku Syurgaku

Assalamualaikum wbt...

Kenduri menyambut kakak ipar sulung sudah seminggu berlalu. Teringat soalan kak Wan, menantu sulung pak Long, "Ha, camna perasaan dapat kakak ipar?"... Huhu, honestly takda rasa pape pun, sebab belum sempat berinteraksi lagi. Dah bertambah ahli keluarga rupanya keluarga aku... Alhamdulillah.







Bilik pengantin

Rumah dah berubah habis... subhanallah, sgt cantik. Sampai adikku di mesir sudah tak kenal rumah bila aku mengirimnya gambar. Sorry dik, tak dapat skype hrtu.

Khemah jamuan tetamu kami buat di suaru tak jauh dari rumah memandangkan jalan berdekatan rumahku sedang dibaiki...banyak habuk. Jadi memang kelam kabut dan kami tak sempat langsung mengambil gambar penuh satu family. Masing-masing sibuk melayan tetamu, dan aku pun tak pasti dah berapa kali aku berulang-alik dari rumah ke surau. Penat dan....Sedihnya!...



Gabungan dua keluarga

Subhanallah, unik sungguh nikmat ini. Keluarga bertambah, dan hubungan kekeluargaan semakin erat, bila semua ahli keluarga berganding bahu berusaha menjayakan majlis yang meriah ini. Terima kasih semua tetamu yang menghadirkan diri. Kehadiran kalian sangat dihargai dan semoga Allah membalasnya dengan nikmat yang lebih baik. Ameen.

Baarakallahu fiekum ya Ahlil Bait...

Wassalam
 

Text