Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, June 29, 2010

Sebuah Muara Pendidikan Bernama Ibu

Oleh Nur Rachmawati

www.eramuslim.com

Pagi ini saya berenang, sebuah hal yang baru setelah beberapa tahun belakangan saya tinggalkan. Dan saya belajar banyak pagi ini dari seorang ibu muda yang kebetulan bersama 3 orang anaknya. Anak laki-laki yang paling besar kira-kira 8 tahun, yang kedua mungkin 5 tahun sementara yang paling kecil sekitar 3 tahun. Yang paling besar sudah belajar berenang sendiri walaupun dikedalaman 1 meter, anak yang kedua dengan pelampung di kedua lengannya, sementara yang paling kecil duduk nyaman di ban yang di desain khusus untuk anak-anak, berwarna-warni lucu dengan dua lubang di tengah untuk kedua kakinya.

Saya dan teman saya tiba-tiba dikejutkan oleh suara berisik kecipak air yang bukan main riuhnya, kami berdua berhenti sejenak mencari sumber suara itu dan kemudian tersenyum setelah sadar suara itu datang dari si Ibu yang sedang berenang entah dengan gaya apa sehingga membuat kakinya kecipakan (ada ya bahasa Indonesia kecipakan?:p) penuh riak air dan mengeluarkan suara yang ribut sekali. Masih didekat anak-anaknya, dia terus saja berenang dengan gaya yang sama, saya menyebutnya gaya angin ribut.

Setelah dirasa cukup, dia berhenti dan mengajarkan anaknya yang sulung berenang ”mana? Biar Mama liat kakimu, belum benar itu gerakannya, coba lagi”, dan kami berdua jadi tertawa geli mendengar komentar si ibu tentang cara berenang anak sulungnya itu. Rasanya seperti ingin komentar ”ayolah Ibu, bagaimana kau bisa mengharapkan anakmu berenang dengan baik kalau caramu berenang masih dengan gaya angin ribut itu?”. Saya bukan perenang yang baik juga sebenarnya, tapi ada sesuatu pelajaran yang bisa saya ambil dari ibu itu. Pelajaran moral nomor dua belas: kalau ingin pandai berenang, mintalah ayahmu menikah dengan putri duyung:p-

Beberapa minggu yang lalu saya juga membaca sebuah buku yang menurut saya menarik walaupun agak berat, judul buku itu Desperately Seeking Paradise: a journey of a sceptical moslem tulisan dari seorang penulis Inggris kelahiran Pakistan, seorang Muslim. Di salah satu Bab di buku itu menceritakan tentang proses pembelajaran penulis dalam mengenal huruf hijaiyah dan membaca al-quran dari ibunya, orang pertama yang mengajarinya cara membaca, menjelaskan arti dari tiap bacaan dan menerangkan makna yang terkandung di dalamnya, termasuk beberapa peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat-ayat quran tersebut.

Keluarga muslim kecil itu adalah imigran Pakistan yang dibawa ayah mereka ke Inggris untuk mengadu nasib di sana, bayangkan berada dalam lingkungan minoritas di mana pendidikan agama adalah suatu hal yang langka sementara kebutuhan ekonomi memaksa sang ayah berada di luar rumah meninggalkan keluarga disebagian waktu luangnya. Maka ibu adalah sekolah pertama di mana anak belajar segala sesuatu tentang hidup, menanamkan keimanan sedari kecil.

Maka sayapun belajar mencerna, apakah kelak saya akan menjadi ibu pertama di mana kelak akan mengajarkan anak-anak saya sesuatu yang belum saya kuasai benar atau menjadi ibu kedua di mana anak-anak saya kelak akan belajar dengan cara yang lebih baik. Maka semua itupun tergantung kepada saya sekarang, maukah saya belajar atau minimal berusaha memampukan diri memenuhi kebutuhan intelegensi anak-anak saya dalam lingkungan terdekatnya? Di antara orang-orang yang mencintainya tanpa batas.

Membayangkan sebuah data statistik yang menyebutkan bahwa hanya 3% ibu di Indonesia yang berpendidikan tinggi rasanya miris sekali. Bagaimana mungkin akan lahir generasi-generasi unggulan kalau satu-satunya sumber pendidikan yang di dapat di rumah hanya ala kadarnya? Pendidikan formal hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan terbatas dari sekian banyak kebutuhan intelegensi anak lainnya bukan? Bagaimana bisa mengharapkan sekolah –unggulan sekalipun!- menghasilkan anak-anak yang tidak hanya punya Intelegensi Quotion yang tinggi tapi juga Emotional Quotion yang baik sementara pendidikan paling awal dirumah tidak mampu membentengi anak dengan keimanan yang baik?

Seseorang datang menghadap Rasulullah SAW dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik?, Rasulullah SAW menjawab: Ibumu, kemudian dia bertanya lagi: kemudian siapa?, Rasulullah SAW menjawab: Kemudian ibumu, dia bertanya lagi: kemudian siapa?, Rasulullah SAW menjawab: Kemudian ibumu, dia bertanya lagi: Kemudian ibumu, dia bertanya lagi: Kemudian siapa?, Rasulullah SAW menjawab: kemudian ayahmu. (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim – 1478)

Allahu Rabbi, kalaulah kita kaum wanita diberi sedemikian tingginya kemuliaan oleh Rasulullah kita tercinta sudah sepatutnya pula kita berusaha semampu kita mendekatkan diri dengan kriteria itu...

December 27th 2006 Happy belated mother’s day Mom, I love you more then anything I could ever possibly think of! Unconditionally;-)


p/s: I hate to edit the post and turn into Malaysian Languange as i thought of the copyright and originality of the writer. sorry to inform all the readers. Hope all of you can learn Indonesian Language as well =)

Tuesday, June 22, 2010

On mission

When I read again all my entries in English, I just can't keep myself from laughing. The grammars were all upside down!... haha. I wish my English teachers would not read that.

But that's ok. I'm on mission in making progress each day. I think i should read academic English book, so that i will have enough vocab and interesting words when writing and communicating, not just the junk English programme.

Jadi Muslimah yang syumul. Semalam baru revise Usul 1 (usul 20 Imam HAB), syarah tentang kesyumulan Islam. download note here

(Adoi, Manglish plak)

Progress...progress...

Monday, June 21, 2010

Pray


Turn to Allah
He`s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don`t let me go astray
You`re the only one that showed me the way,
Showed me the way...
Show me the way...

“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu , maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal.” (Ali Imran: 160)

Informal lessons

Bismillahi walhamdulillah...

Being at home, i just hate to make myself useless. For the time being, i learn to develope something for my own good. Usually i will get to learn from my teachers, lecturers, mentors, murabbis, perents... but at home, i tried to use all the source to learn something for my further living. Also living at home, making me ashamed of myself. I'm healthy, I have qualification, I have self-confidence, fast-learner, yet i receive source of living from my parents. Argh, is this the real life? Being unofficially graduated, I feel very comfortable to be with my parents and brothers at home, their warm love and protection... but i have to make my own living!! (sigh)

I watched a historical drama recently. It was set during the Joseon century of Korea. The title was Dong Yi, a mere maid who later become someone very important in the palace. Not long ago, I watched just like this show, called Dae Jang Geum (Malaysian Chinese called Jewel In The Palace). Dae Jang Geum was also a mere lowborn class woman who later become Korean's first woman to be the king's doctor and the first doctor who performed Caesarian for woman in labour. Maybe many of us know that during that century, women were treated badly, as they don't have their own right to rise up their voices, or receive proper lessons from schools like the men did. But yes, Dae Jang Geum and Dong Yi struggled their life at that time. Their story were just the same, but the way they face their life challenge was quite different and their spirit really moved those who watched these shows.

Me, from a little girl until now, i just can't stop myself from reading books and watching TV shows about a lady who succeed their life although they were earlier a weak being, but then woke up from their low life to become 'someone very important' in history. I've watched how Hua Mulan being the first lady general of China, Queen Seon Deok the first powerful lady king of Shilla (South Korea), Ja Myung the smart princess of Naknang Korea who built a big drum for her country to avoid enemy attack from Goguryeo but later the drum was teared by her own sister for her stupidity. Also Dae Jang Geum, and Dong Yi. And now i can say that most of the courage and strength to face challenge in life I've developed by learning from them. But that doesn't meant that i pushed aside all the Islamic history!

I remember a conversation between Dong Yi at 10 years old, her brother Dong Ju and their father after Dong Yi did something pleasant...

Dong Ju : You saw a dead person and you won't scared?
Dong Yi : I've seen abouji (father) performed autopsies so many times. And I read those books too! (books about autopsies)
Dong Ju : You're so fearless! Father, our Dong Yi is too fearless for her own good. This little flip of girl beat a boy! She sure is something!
Dong Yi : Why should i not be able to do something just because I'm a girl? I use my brain!
Father : You're absolutely right. Who cares if you're a boy or girl as long as you're talented?

Well, i wrote this because for me, we can learn from everything around us. Maybe here i feel secure because I have my parents who will protect and comfort me everytime i feel insecure or lost my self-confidence. But at 'that place', who will do it for them? I have to live on my own although I have those sisters around me, but that won't do. Everything can change even for only one second. But I have to make my own living! How long am i going to cling on somebody's shoulder? Honestly I do feel scared, but remembering Allah will always with us, my heart somehow feel at ease... Subhanallah.

Making your own living after graduating is not an easy thing to do. You have to be strong enough, especially when you plan to do business, not working under any company or government sectors. It's very hard for me to make this decision. But if others can make it, why not me? Just pour out what you have...

I'm lately reading a management book entitle "Strategic Management and Business Policy" by Wheelen Hunger. Such a thick and heavy book, but because my dad gave me this, i have to go through one page by one page. Showing gratitude for my dad's concern =)

Pening..pening... but really pray for 'it' to work out succesfully... Ameen..

Wassalam...

Tuesday, June 08, 2010

I'll be graduating... =)

Bismillahi Walhamdulillah...

Harini result final keluar... Alhamdulillah, walaupun tidak seperti yang ditarget, tetapi aku tetap syukur dan redha, sebab inilah hasil usaha ku selama ni. 4 tahun di USM, bertungkus lumus disibukkan dengan study dan aktiviti tarbiyah (alhamdulillah)... memanglah tak semantap PNGK Ng Xiang Ying, tapi entah mengapa, aku tidak langsung kesal dan kecewa dengan perbezaan nilai tersebut. Entah mengapa?...

Subjek Organizational Behavior yang aku amek untuk course minor semester lepas, cukup membuat aku terfikir dan tersentuh bila melihat resultnya. First test aku fail... FAIL!!!... study main-main n overconfident. mentang-mentangla soalan objective, aku pandang sebelah mata je. Bila kuar je result test1 tu, aku terduduk... Astaghfirullah... nilah jadinya. Tak pernah sekalipun dalam hidup aku fail dalam exam/test. Memang menyesal, tak keruan habis waktu tu. Tapi aku tak putus asa, sebab adik-adik halaqahku menjadi penguat, akhawatku menjadi semangat untuk terus tekun. Bila lecturer umum prepare untuk test 2, memang aku pulun habis. Keluar result, alhamdulillah... A dalam list. Subhanallah... betapa Allah tidak pernah menghampakan doa dan usaha tekun seorang hambanya. Hah, tekalah... final exam aku dapat apa? --- hehe

Akhir akhir ni aku disibukkan dengan persediaan untuk memulakan projek selepas graduation. Aku menulis bukanlah untuk menunjuk-nunjuk atau menghebohkan hal yang belum pun jadi, tapi ini adalah sebagai langkah motivasi untuk aku terus menapak di atas jalan yang lurus ini. Ya, tertekan juga dengan pelbagai desakan dan tekanan yang ditimpakan tapi, kita perlu sentiasa positif dan pandai mengawal stress. Jangan sampai pengsan sebab stress, sudahlah.

Projek business, insyaAllah dalam usaha memulai walaupun masih baru melangkah dan perjalanan berliku dan berhalangan masih jauh di hadapan. projek apa? nantilah, akan diceritakan kemudian, insyaAllah. Hanya meminta agar pembaca sekalian mendoakan moga-moga semangat dan langkah ini terus walau apa pun yang berlaku, mintalah didoakan.

Dalam langkah-langkah meniti hari pembukaan kedai ni, asyik teringat sahabat nabi, Abdurrahman bin Auf, sewaktu berhijrah ke Madinah, bila ditawarkan untuk mengahwini salah seorag isteri saudaranya, beliau hanya bertanyakan jalan ke pasar. Terfikir, apakah yang berada di benak sahabat besar tersebut. Bagaimana keberadaan dirinya waktu itu, dalam pada sibuk memikirkan strategi untuk berdakwah bersama Rasulullah SAW, masih lagi mempunyai waktu dan kewangan yang banyak untuk membiayai segala peralatan untuk menjalankan misi dakwah.

Aduhai, wahai diri. Jauh sungguh dirimu untuk dibandingkan Abdurrahman bin Auf. Tapi tak mengapalah. Yang penting, inilah pekerjaan yang paling mudah untuk aku berada dekat dan merasai bagaimana cara hidupnya para sahabat yang kaya-raya pada zaman nabi, dan juga perasaannya Rasulullah SAW menghabiskan waktu mudanya dengan berniaga. Perasaan suci ini... subhanallah terlalu rindu untuk dirasai. Apalagi untuk dilepaskan.

Tapi ayah agak kurang setuju dengan perancangan aku. Mungkin kerana aku perempuan? atau mungkin kerana dia kurang yakin dengan kemampuanku. Pastinya dia kesal sebab aku tolak tawaran medic dulu. Dari first year aku kat USM sampaila nak grad ni, itulah yang diungkit oleh parents. Adus, haru juga. Tak kisahlah... Bila aku bentang rancangan perniagaan aku dalam kereta tadi, satu per satu aku cerita pada mereka planning aku dengan yakin, mereka terdiam. Mungkin mereka tak sangka anak perempuan mereka dah sebesar ini. heheheh...

Semoga memberi ilham kepada bakal graduan untuk membuat keputusan selepas graduasi kalian. Bittaufiq wannajah...

Wassalam
 

Text