Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, December 30, 2010

Hanya Hamba Allah

Opick feat Amanda

Hidup di dunia ini hanya sebentar saja
Bila duka bila tawa smoga hati kembali pada Nya
Waktu yang berlari takkan pernah bisa kembali lagi
Bila perih bila sedih air mata bukan segalanya

Hanya hamba Allah yang slalu berserah

Hanya hamba Allah yang slalu berpasrah
Karna segalanya tergantung pada Nya
Hanya pada Dia semua bermuara

Detik waktu kan berlalu

Suka dukakan berlalu
Tiadalah semua abadi
Tangis tawa airmata
Semuakan berlalu dan pergi

Hanya hamba Allah yang slalu berserah

Hanya hamba Allah yang slalu berpasrah
Karna segalanya tergantung pada Nya
Hanya pada Dia semua bermuara

Hanya pada Allah hati kan berserah

Hanya pada Allah jiwakan berpasrah
Karna segalanya tergantung pada Nya
Hanya pada Dia semua bermuara

Thursday, December 16, 2010

Saya Tak Tahu...

Bismillahi Walhamdulillah...

Assalamualaikum wbt...

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang memberikan segala peluang untuk memajukan diri sendiri...

Honestly, otak saya sangat beku sekarang. Sekian lama tidak mengaktifkan diri, terasa diri semakin 'berisi' (baca: gemuk)... berhibernasi sambil memikirkan kehidupan pada masa hadapan. Sangat benyak perkara berlaku dan banyak perkara yang saya pelajari tentang kehidupan sebenar, erti susah, perit jerih manusia mencari wang untuk meneruskan kehidupan. Saya sudah melaluinya, dan bakal meneruskannya, maka saya tahu perasaan itu. Subhanallah, hal itu menjadikan saya lebih bersyukur dengan kurniaan Allah dan tak mahu lagi berpusing ke belakang.

Dari medicine(cita-cita saya dahulu) ke Food Tech (jurusan saya dahulu), dari Operations Officer/Executive (jawatan saya dahulu) di Penang ke Nutritionist cum Communications Executive (bakal pekerjaan saya akan datang) di PJ..... Jangka masa 6 tahun sejak meninggalkan sekolah menengah, belajar hidup sendiri di tempat orang, jauh dari keluarga untuk memberi petunjuk apa lagi melindungi, dari tidak mengenal apa itu usrah sehingga sudah mampu mengelola usrah (baca: halaqah)... Alhamdulillah, kurniaan Allah pada saya sangat banyak... cuma mungkin saya perlu lebih banyak menterjemahkan syukur itu dalam bentuk amalan pula, InsyaAllah...

Memahami erti Maal Hijrah, menitis juga air mata mengenang hijrah Rasulullah SAW dan susah payah baginda, sedang saya berhijrah dengan selesa sekali... Alhamdulillah, Allah melindungi saya, walau enjin berasap di tengah jalan (coolant kering, temperature naik)...

Saya tak tahu apa perkara yang menanti saya di hadapan. Hidup di tengah kota raya pastinya cabaran lebih hebat. Saya mesti kuatkan diri, kuatkan iman, tambah kualiti amal. Nasihat murabbi saya sebelum berangkat, berlapang dadalah dengan masalah peribadi, supaya kita lebih banyak berfikir masalah umat. Sepanjang saya bekerja di Penang, saya sangat sedih dengan keadaan remajanya. Sangat...sangat...sangat sedih. lebih teruk dari apa yang saya pernah gambarkan. Subhanallah, bangkit kesedaran dalam diri saya untuk menambah lagi bekalan untuk terus berdakwah dan berdakwah... Saya sangat merindui adik-adik halaqah (dahulu) di sekitar lembah Klang. Mungkin inilah salah satu hikmah Allah memperkenankan doa saya untuk berada di sini. Alhamdulillah...

Sekarang tengah cari rumah sewa sekitar PJ... Doakan saya lagi, agar bertemu dengan teman serumah yang baik dan solehah... ameen...

Wassalam

Wednesday, December 15, 2010

HIJRAH

Album : Berjalan Melihat Mentafsir
Munsyid : NowSeeHeart
http://liriknasyid.com

Dingin malam
Menusuk tulang insan
Nan kesejukan dan ketakutan
Resah yang dibalut kegelisahan
Mengiringi suatu perjalanan
Meninggalkan kota penuh kegelapan
Menuju ke kota cahaya Kebenaran

Bermulalah hijrah yang agung
Pengorbanan insan tak ternilai
Harga kepayahan kesusahan
Menempuh dugaan dan rintangan
Dalam kehidupan

Mereka tak punya apa
Harta sanak saudara
Tetapi mereka percaya
Hanya janji Rasulnya

Suraqah mengejar
Ingin merebut dinar yang dijanjikan
Allah melindungi
Perjalanan kekasihnya yang tercinta

Inilah sebuah hijrah yang agung

Debaran, debaran, debaran
Hijrah ke Kota Cahaya...

Gua Thur menjadi saksi
Hijrah kekasih Allah
Merpati menjadi saksi
Hijrah kekasih Allah
Lelabah menjadi saksi
Hijrah kekasih Allah

Tuesday, December 14, 2010

Outstanding woman i've started to admire

PROMINENT WOMEN RESEARCHER


Researcher Name: Professor Asma Ismail (PhD)
Area of expertise: Medical Microbiology, Medical biotechnology,Rapid diagnostics of infectious diseases
Institution: Universiti Sains Malaysia, Minden, Penang, Malaysia
Contact number: Tel: +604 653 3108 Fax: +604 656 6466 HP: 019 9814214
Email: dvc_rd@notes.usm.my; asma@usm.my

Asma Ismail is currently the Deputy Vice-Chancellor (Research and Innovations) and a Professor at the Institute for Research in Molecular Medicine (INFORMM), USM. She graduated from the University of Nevada, Reno, USA with distinction in biology, received her MA in Microbiology from Indiana University, Bloomington, USA. and obtained her PhD in the field of Cellular and Molecular Biology at the University of Nevada, Reno, USA in 1986.

Asma is passionate about the idea of developing indigenous health technologies and innovations that can generate wealth for the country and improve the quality of life of society at large. Development of rapid and affordable diagnostics for infectious diseases provides an opportunity to ensure availability and accessibility to quality health especially for the people from the underdeveloped countries. To drive the passion, she specializes in the area of proteomics and its application in the rapid diagnosis of infectious diseases, especially typhoid fever. Her studies on specific biomarkers led to the discovery of an antigenically specific 50kDa of Salmonella typhi.

Prof Asma is one of the scientists credited with the translation of the scientific discovery into 4 rapid diagnostic kits for typhoid that have been successfully commercialized globally to more than 18 countries since 1994. She has filed for 27 patents world wide of which 7 has been granted. Commercialization of TYPHIDOT, a rapid diagnostic test to diagnose for acute typhoid, has generated sales, publications, and more than 500 jobs world wide and supported the local industries in Malaysia She has helped to create a start up biotech company pioneering in Bio-diagnostics for the country and currently served on its board of directors.
Asma started her career as a lecturer in the Department of Medical Microbiology and Parasitology, School of Medical Sciences, Universiti Sains Malaysia in 1986. She was a visiting scientist at University of Tokyo in 1989 and a visiting fellow at the Medical College, St Bartholomew’s Hospital in London in 1992. She was promoted to Associate Professor in 1993 and served as Deputy Dean of Administration in 1994. She was promoted to Professor in 2000 and became Deputy Dean of Research in the same year.

In 2001, she became the Director for the Centre for Medical Innovations and Technology Development, USM. In 2003, she became the Founding Director, Institute for Research in Molecular Medicine (INFORMM), the first multi-disciplinary cluster based research institute for USM. In May, 2008 she was promoted to Deputy Vice Chancellor (Research and innovation) at USM.

Prof Asma is actively involved in research attaining more than RM 9 million (USD 2.6 million) in terms of grants within the last 5 years, presented 161 papers with more than 100 invitations as a speaker at national and international levels to share her scientific findings and experience in the commercialization of R&D products. Prof. Asma’s R&D achievements and impact of her research at national and international levels have gained more than 45 scientific publications, filed 8 gene sequences and received more than 57 awards and recognitions at national and international levels. She served as the WHO temporary Advisor for vaccine and diarrhoeal diseases since 2002. She received numerous prestigious awards of the country including the National Young Scientist Award in 1991, Malaysian Toray Science and Technology Award for outstanding contribution in science in 2002, National Inventor Award in 2003, National Innovation Award, 2006 and the National Academic Award for Product and Commercialization in 2007. She was made a Fellow of the Academy of Sciences Malaysia in 2003 and served as its council member since 2007. In 2010, she was made Fellow Academy of Sciences for the Developing World (in Medicine), joining the ranks of 1000 most distinguished scientists in the Developing World.

At the National level, she chairs the Cluster Development Committee for the Nobel Laureate grants in Physiology or Medicine under the Academy of Sciences Malaysia and the Fundamental Research Grant Scheme (medicine) for the Ministry of Higher Education. She is a committee member for the Establishment of Research Universities in Malaysia and is also a member of the Assessment Committee for Research Universities by the Ministry of Higher Education that led to the landmark establishment of Research universities in Malaysia. She also serves as the chair for the development and direction of R&D towards implementation of the national Strategic Planning for Higher Education. She also helped determine the direction in Biotechnology by being a member of the Cluster Working group on Healthcare biotechnology, Member of the Penang Biotech, Pharma and Neutraceutical Advisory panel for Invest Penang and member for the National Strategic Planning and Advisory for Biotechnology, Ministry of Higher Education.

With technology foresight, the ability to acquire and manipulate technology and imbibing the spirit of global competitiveness, Asma is confidant that given the opportunity, local scientists will ensure Malaysia as a player in the Knowledge-based economy and prove that Malaysian R&D can bring in respect and profits and not an economic drain.

Wednesday, December 08, 2010

THE REAL MEANING OF HIJRAH

It will be a long day to begin with...

I just have to go with it slowly...

May Allah give me the strength...


.....

Friday, November 05, 2010

"Kesungguhan": Bekal dalam Jalan Dakwah

Apa yang dikehendaki oleh Islam daripada penganutnya ialah membentuk umat yang saleh untuk menjadi khalifah dan memakmurkan muka bumi, supaya dengan itu ia menjadi umat yang terpelihara identitinya dan memuliakan diri menuju mercu jaya. Itu tidak akan dapat dicapai kecuali dengan sikap positif dan bersungguh-sungguh.

Ia hendaklah bermula dengan dirinya, kemudian berpindah posisi daripada kedudukan pengkritik kepada kedudukan penyumbang yang menggerakkan peristiwa dan mengepalai urusan dengan penuh keyakinan diri dan kebergantungan kepada Allah tanpa mengindahkan segala halangan atau terpengaruh dengan desakan orang awam.

Makna kesungguhan

Kesungguhan lawan kepada perkataan olok-olok, bermudah-mudah, lemah dna lembap. Ia bermaksud: 'melaksanakan tanggungjawab syarak dan dakwah serta-merta, cekal dan berterusan dengan menggunakan semaksimum mungkin kebolehan yang ada, tanpa mempedulikan halangan atau mencari alasan untuk tidak melakukannya.'

Lima syarat yang melengkapi kesungguhan

1. Melaksanakan tanggungjawab dengan serta-merta
Hal ini dapat dilihat dengan sempurna dalam peristiwa pengharaman arak (Al-Maaidah,5:90-91), perubahan kiblat (Al-Baqarah,2: 143) dan arahan supaya wanita bertudung, dimana para sahabat melakukannya dengan serta-merta tanpa berlengah walaupun melibatkan kerugian yang banyak kepada keluarga dan individu. Keteguhan iman...

2. Kekuatan dan keazaman
Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam pendirian Umar ketika berhijrah. Beliau dengan berani mencabar Quraisy: "saya akan berhijrah, sesiapa yang mahu melihat emaknya kehilangan anak, isterinya menjadi janda atau anaknya menjadi yatim sila halang aku..." tak seorang pun berani mengekorinya. Kisah kepahlawanan sahabat dalam perang Hamra' Al-Asad, keberanian Salamah bin al-Akwa' dalam peperangan Zi Qird, dan Ja'far bin Abi Talib mempertahankan panji Islam dalam peperangan Mu'tah, walaupun kudung kedua-dua tangannya.

3. Cekal dan berterusan
Hal ini dapat dilihat dengan jelas melalui peristiwa-peristiwa sepanjang sirah Rasulullah SAW bermula dengan zaman rahsia, dakwah diumumkan , melalui senang dan susah tanpa putus asa. Baginda pernah bersabda, "Jikalau mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku untuk aku meninggalkan urusan ini, nescaya takkan aku meninggalkannya sehingga Allah memberikan kemenangan kepadaku atau aku binasa kerananya...".

4. Menggunakan kebolehan secara maksimum
Abu Bakar As-Siddiq membelanjakan hartanya semua sekali. Uthman r.a menanggung semua keperluan ketenteraan untuk tentera Islam dalam perang Tabuk dan Mus'ab bin Umair meninggalkan kehidupan yang mewah dan berpada dengan bekalan yang sedikit untuk menajdi duta dakwah di Yathrib. Dan beliau syahid dalam keadaan tidak cukup pakaian untuk mengapankannya.

5. Mengatasi halangan atau keuzuran
Kita melihat mereka berpegang kepada 'azimah (lawan rukhsah), sedaya upaya melaksanakan tanggungjawab dan menyertainya bersama tidak kira apa pun suasana. Amru bin Al-Jamuh ingin keluar berjihad, lalu dihalang oleh anak-anaknya kerana ia cacat. Rasulullah SAW memberitahunya beliau boleh mengambil rukhsah, tetapi ia menjawab, "Mudah-mudahan aku dapat melangkah ke syurga dengan kakiku yang cacat ini".

Subhanallah... Moga-moga jiwa-jiwa para sahabat ini makin menular dalan jiwa kita, insyaAllah...
Moga bermanfaat.
Wassalam

p/s: copied from a handout given by my murobbi.

Monday, November 01, 2010

Pasanganku Superman

oleh: Ummu Atiqah

Mencari Si Superman Baiti jannati yang dipenuhi sakinah, mawaddah dan rahmah selamanya menjadi impian setiap insan apatah lagi para aktivis dakwah. Mengimpikan pasangan hidup ideal, bersama anak-anak penyejuk mata, dan jika boleh, alangkah bahagianya jika setiap saat diisi dengan watak hanya kita sekeluarga. Jika boleh, kita mengimpikan kebersamaan keluarga sentiasa menjadi aktiviti rutin yang mengambil paling banyak masa-masa yang ada. Jika boleh, biar ungkapan cinta dari pasangan dan anak-anak sentiasa menjadi ungkapan keramat yang mengisi paling banyak kehidupan kita. Semua ini antara bukti bagi mengungkapkan rasa cinta yang hebat buat keluarga kita, sedari lafaz nikah diungkapkan dan harapannya agar cinta suci ini kekal selama-lamanya, hingga ke syurga.

Impian inilah yang membuatkan kita termotivasi untuk menjadi pasangan ‘ideal’, melebihi standard ‘terbaik’ dalam menuju penyempurnaan impian yang kita bina. Memiliki pasangan yang soleh, romantik, sedap mata memandang, kerjaya yang hebat, dan banyak lagi spesifikasi lain bagi menggambarkan impian pasangan yang akan men emani kita sepanjang hayat, apatah lagi kehidupan impian kita sampai ke syurga. Sesekali, impian itu umpama mengharapkan seorang superman (atau superwoman) sebagai pasangan kita. Dengan wajah sesedap mata memandang, lengkap dengan pakej sempurna. Memiliki sekeping hati yang ikhlas untuk menyelamatkan semua manusia, yang mana sememangnya dicipta dengan kelebihannya yang luar biasa. Meskipun punya kelemahan, tidaklah ia menjadi perkara besar kerana kelemahan itu menunjukkan seorang superman masih ada sisi ‘manusiawi’nya, malah kelebihan atau keistimewaannya yang terlalu banyak dan super hebat mampu me‘lupa’kan kita pada kelemahannya yang ada.

Kebaikan hatinya menjadikan cinta ini sentiasa buat dirinya..

Kesetiaan jiwanya menjadikan cinta ini selamanya hanya untuknya (moga ia hingga ke syurga)..

Semangat menyelamat manusia (da’i ilalLah) menjadikan dirinya ‘anugerah’ serba bisa dan pahlawan dunia..

Kesungguhannya melawan kebatilan menjadikan dirinya dipuja sebagai perwira..

Rendah dirinya (tidak ingin dikenali kerana berjasa)menjadikan dirinya sangat mulia..

Kesabaran dan ketabahannya nyata menjadikan dirinya yang teristimewa ..


Jodohku dengan superman?

Indahnya jika benar pasangan kita adalah memang superman. Nyatanya, insan sesempurna superman agak sukar dicari. Kalau ada pun di dunia ini, besar kemungkinan ‘superman’ itu bukan ditakdirkan sebagai pasangan kita. Kerana itu, marilah kita berpijak di bumi nyata. Usah terpengaruh dengan hebatnya cerita superman. Tidak salah mempunyai impian, namun jangan di‘paksa’ pasangan kita untuk menjadi superman. Terimalah dia seadanya. Dialah pasangan kita yang punya kelebihan dan terlalu banyak kelemahan. Sehingga senarai kelemahan kekadang lebih banyak dari kelebihan sekiranya kelemahan dirinya yang ingin kita tonjolkan. Betapa dia sering melakukan salah dan silap, kerana sesungguhnya dia bukanlah seorang superman. Sekali lagi terimalah dia seadanya, dia bukannya superman.

Kita manusia biasa, sesungguhnya terlalu banyak khilafnya. Berbicara tentang kelemahan, kekurangan dan seringnya melakukan kekhilafan bukanlah ruang untuk penerimaan seadanya tanpa kesungguhan usaha untuk memperbaikinya. Terima seadanya adalah menerima kelemahan ‘manusia melakukan kesalahan’ bagi memberikan peluang untuk kita menjadi terbaik dan lebih baik. Kerana kita mempunyai sisi kelemahan, marilah kita berusaha memperbaikinya. Sebenarnya ‘kesempurnaan’ adalah perasaan yang ‘hebat’ namun kesempurnaan mungkin menjadi satu-satunya kekurangan seseorang manusia biasa. Justeru kita adalah seorang manusia biasa, maka melakukan kesalahan adalah suatu perkara yang boleh diterima. Namun apa yang penting dari sekadar penerimaan adalah bagaimana kita berusaha memperbaikinya.

Profil ‘Superman’ kita

Dengan adanya sisa-sisa impian juga banyaknya kelemahan, marilah kita berusaha mengurangkan jurang antara keduanya. Kesungguhan kita memperbaiki diri inilah antara bekal amal soleh kita. Sampai masanya, nafas kita akan terhenti. Segala janji Allah menjadi suatu hakikat yang pasti. Kita memang bukan superman di dunia ini. Namun kita mengharapkan kita mampu menjadi ‘superman’ di akhirat sana. Terbang menuju syurga yang tertinggi bersama Rasulullah dan mereka yang ikhlas mengikut jejak langkah perjuangan baginda.

Cukuplah syurga menjadi motivasi untuk kita menjadi pasangan yang hebat buat pasangan kita. Meskipun terlalu banyak cabaran dan ujian dalam kehidupan, kita cuba melaksanakan apa yang terbaik dan semampu kita untuk kebahagiaan keluarga yang kita cinta dalam skala lingkungan terdekat kita, dan untuk kemenangan islam dalam skala kerja dakwah untuk ummat manusia. Semoga usaha optima kita yang mana mungkin tidaklah sehebat mana pada orang lain mampu menjadi bekal berharga untuk kita lulus ‘periksa’ pada hari akhirat. Sesungguhnya ‘superman’ pada kita adalah orang yang berjaya melepasi ujian kehidupan dunia dan akhirnya mampu terbang laju menuju syurga.


Dipetik dari Risalah exam Paksi.net

Saturday, October 30, 2010

10 CIRI KADER ANDALAN

Ada ungkapan yang mengatakan, “yang tidak memiliki tak kan bisa memberi”.
Bagi seorang kader dakwah, ungkapan itu menggambarkan perlunya membentuk karakter yang memungkinkannya menjadi salah satu motor penggerak dakwah. Ini pula yang akan membedakannya dengan orang kebanyakan. Agar ia selalu bisa ’memberi’ di tengah kekacauan umat.

1. Salimul Aqidah (aqidahnya bersih)
Akidah adalah asas dari amal. Amal-amal yang baik dan diridhai Allah lahir dari aqidah yang bersih. Dari sini akan lahir pribadi-pribadi yang memiliki jiwa merdeka, keberanian yang tinggi, dan ketenangan. Sebab, tak ada ikatan dunia yang mampu membelenggunya, kecuali ikatan kepada Allah swt. Seorang kader dakwah yang baik akan selalu menjaga kemurnian aqidahnya dengan memperhatikan amalan-amalan yang bisa mencederai keimanan dan mendatangkan kemusyrikan. Sebaliknya, selalu berusaha melakukan amalan-amalan yang senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Aplikasi: Senantiasa bertaqorrub (menjalin hubungan) dengan Allah, ikhlas dalam setiap amal, mengingat hari akhir dan bersiap diri menghadapinya, melaksanakan ibadah wajib dan sunnah, dzikrullah di setiap waktu dan keadaan, menjauhi praktik yang membawa pada kemusyrikan.

2. Shahihul Ibadah (ibadahnya benar)
Ibadah, wajib dan sunnah, merupakan sarana komunikasi seorang hamba dengan Allah swt. Kedekatan seorang hamba ditentukan oleh intensitas ibadahnya. Ibadah menjadi salah satu pintu masuk kemenangan dakwah. Sebab, ibadah yang dilakukan dengan ihsan akan mendatangkan kecintaan Allah swt. Dan kecintaan Allah akan mendatangkan pertolongan.
Aplikasi: Menjaga kesucian jiwa, berada dalam keadaan berwudhu di setiap keadaan, khusyu dalam shalat, menjaga waktu-waktu shalat, biasakan shalat berjamaah di masjid, laksanakan shalat sunnah, tilawah al-Qur’an dengan bacaan yang baik, puasa Ramadhan, laksanakan haji jika ada kesempatan.

3. Matinul Khuluq (akhlaqnya tegar)
Seorang kader dakwah harus ber-iltizam dengan akhlaq islam. Sekaligus memberikan gambaran yang benar dan menjadi qudwah (teladan) dalam berperilaku. Kesalahan khuliqiyah pada seorang kader dakwah akan berdampak terhadap keberhasilan dakwah.
Aplikasi: Tidak takabur, tidak dusta, tidak mencibir dengan isyarat apapun, tidak menghina dan meremehkan orang lain, memenuhi janji menghindari hal yang sia-sia, pemberani, memuliakan tetangga. Bersungguh-sungguh dalam bekerja, menjenguk orang sakit, sedkit bercanda, tawadhu tanpa merendahkan diri.

4. Qadirul’alal Kasb (kemampuan berpenghasilan)
Kita mengenal prinsip dakwah yang berbunyi ”shunduquna juyubuna (sumber keuangan kita dari kantong kita sendiri)”. Yang berarti setiap kader harus menyadari bahwa dakwah membutuhkan pengorbanan harta. Oleh karena itu setiap kader dakwah harus senantiasa bekerja dan berpenghasilan dengan cara yang halal. Tidak menjadikan dakwah sebagai sumber kehidupan.
Aplikasi: Menjauhi sumber penghasilan haram, menjauhi riba, membayar riba, membayar zakat, menabung meski sedikit, tidak menunda hak dalam melaksanakan hak orang lain, bekerja dan berpenghasilan, tidak berambisi menjadi pegawai negeri. Mengutamakan produk umat Islam, tidak membelanjakan harta kepada non-muslim.

5. Mutsaqaful Fiqr (pikirannya intelek)
Intelektualitas seorang kader dakwah menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan dakwah. Sejarah para nabi juga memperlihatkan hal itu. Kita melihat bagaimana ketinggian intelektualitas Nabi Ibrahim, dengan bimbingan wahyu, mampu mematahkan argumentasi Namrud. Begitu pula kecerdasan Rasul dalam mengemban amanah dakwahnya, sehingga ia digelari fathonah (orang yang cerdas).
Aplikasi: Baik dalam membaca dan menulis. Upayakan mampu berbahasa Arab, menguasai hal-hal tertentu dalam masalah fiqih seperti shalat, thaharah dan puasa, memahami syumuliatul Islam, memahami ghazwul fikri, mengetahui problematika kaum nasional dan internasional, menghafal al-Qur’an dan hadits, memiliki perpustakaan pribadi sekecil apapun.

6. Qawiyul Jism (fisiknya kuat)
Beban dakwah yang diemban para kader dakwah sangat berat. Kekuatan ruhiyah dan fikriyah saja tidak cukup untuk mengemban amanah itu. Harus ditopang oleh kekuatan fisik yang prima. Sejumlah keterangan al-Qur’an dan Hadits menjelaskan betapa pentingnya aspek ini.
Aplikasi: Bersih pakaian, badan dan tempat tinggal, menjaga adab makan dan minum sesuai dengan sunnah, berolahraga, bangun sebelum fajar, tidak merokok, selektif dalam memilih produk makanan, hindari makanan/minuman yang menimbulkan ketagihan, puasa sunnah, memeriksakan kesehatan.

7. Mujahidu Linafsihi (bersungguh-sungguh)
Bersungguh-sungguh adalah salah satu ciri orang mukmin. Tak ada keberhasilan yang diperoleh tanpa kesungguhan. Kesadaran bahwa kehidupan manusia di dunia ini sangat singkat, dan kehidupan abadi adalah kehidupan akhirat, akan melahirkan kesungguhan dalam menjalani kehidupan.
Aplikasi: Menjauhi segala yang haram, menjauhi tempet-tempat maksiat, memerangi dorongan nafsu, selalu menyertakan niat jihad, hindari mengkonsumsi yang mubah, menyumbangkan harta untuk amal islami, menyesuaikan perkataan dengan perbuatan, memenuhi janji, sabar, berani menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

8. Munazham fi syu’unihi (teratur dalam semua urusannya)
Seorang kader dakwah harus mampu membangun keteraturan dalam kehidupan pribadi dan keluarganya agar bisa menghadapi persoalan umat yang rumit dan kompleks.
Apalikasi: Memperbaiki penampilan, jadikan shalat sebagai penata waktu, teratur di dalam rumah dan tempat kerjanya, disiplin dalam bekerja, memprogram semua urusan, berpikir secara ilmiah untuk memecahkan persoalan, tepat waktu dan teratur.

9. Haritsun ’ala waqtihi (efisien menjaga waktu)
Untuk menggambarkan betapa pentingnya waktu, ada pepatah mengatakan ”waktu ibarat pedang”. Bila tak mampu dimanfaatkan maka pedang waktu akan menebas leher kita sendiri. Seorang kader harus mampu seefektif mungkin memanfaatkan waktu yang terus bergerak. Tak boleh ada yang terbuang percuma.
Aplikasi: Bangun pagi, menghabiskan waktu untuk belajar, mempersingkat semua urusan (tidak bertele-tele). Mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, tidak tidur setelah fajar.

10. Nafi’un Lighairihi (berguna bagi orang lain)
Rasul menggambarkan kehidupan seorang mukmin itu seperti lebah yang akan memberi manfaat pada lingkungan sekitarnya. Kader dakwah memberi manfaat karena setiap ucapan dan gerakannya akan menjadi teladan bagi sekitarnya.
Aplikasi: Melaksanakan hak orang tua, ikut berpartisipasi dalam kegembiraan, membantu yang membutuhkan, menikah dengan pasangan yang sesuai, komitmen dengan adab Islam di dalam rumah, melaksanakan hak-hak pasangannya (suami-istri), melaksanakan hak-hak anak, memberi hadiah pada tetangga, mendo’akan yang bersin.


source: deddy24.multiply.com/journal/item/6

Buah Manis dari Sebuah Kesabaran

Oleh Mira Kania Dewi

Aku mengenalnya empat tahun silam. Usianya terpaut empat tahun lebih muda dariku. Sebut saja Melati (bukan nama sebenarnya). Kami pertama bertemu saat bersama-sama melakukan tadabbur alam ke pantai Rayong bersama komunitas muslim Indonesia lainnya di Negeri Siam.


Melati menikah di tahun yang sama dengan pernikahanku (tahun 1995). Pernikahannya tergolong muda di jaman seperti sekarang ini. Aku menikah di usia 24 tahun, berarti tentunya Melati menikah di usia 20 tahun.


Sejak mengenalnya aku banyak belajar hal-hal baru yang tentunya bernilai positif. Banyak keunggulan yang dimiliki Melati sebagai seorang wanita sekaligus seorang istri. Walaupun usianya masih muda namun pengetahuannya sangat luas. Selain ia sudah menyandang gelar S2 dan menguasai berbagai bahasa asing, Melati juga pandai mengaji dan memiliki pemahaman yang baik tentang Islam. Tak heran, ia menjadi salah satu ustadzahku dalam menimba ilmu agama.


Tak hanya itu, Melati juga seorang yang sangat bersahaja, mandiri, dan seorang wanita yang kuat dalam menjalani hidup. “Tiada seorangpun yang dapat kita sandarkan termasuk suami, ayah, ibu atau kakak dan adik, kecuali Alloh,” sahutnya lirih kepadaku saat ia menghadapi cobaan hidup.


Persahabatan kami tak hanya seputar murid dan guru, Melati juga menjadi partnerku dalam bermain badminton di akhir pekan. Kami mempunyai tujuan yang sama, ingin menjaga kesehatan dan stamina tubuh.


Satu hal yang membedakan kami berdua, aku telah meraih gelar “ibu” sedangkan Melati masih berjuang mendapatkannya. Melati bercerita, berbagai ikhtiar telah dilakukannya sejak awal pernikahannya termasuk usaha bayi tabung. Namun akhirnya ia harus menelan kekecewaan saat mengalami keguguran di usia kehamilan satu bulan.


Entah satu dan lain hal yang aku sendiri tak tahu pasti, Melati berkata bahwa keguguran yang ia alami mengharuskannya menjalani operasi di perutnya. Maka sejak saat itu pula perutnya mengalami gangguan. Pihak rumah sakit di Negara Hitler tempat dahulu ia bermukim di sana, menyatakan bahwa Melati tak mungkin bisa hamil dan mendapatkan keturunan. Kejadian itu terjadi lebih dari 10 tahun silam. Melati berduka, pupus sudah asa menjadi seorang ibu dan menimang buah hati di pangkuannya. Namun ia tetap berusaha untuk tetap tegar dan selalu riang.


Seiring dengan kepindahannya ke Negeri Gajah Putih, suatu hari sempat aku utarakan kepada Melati agar ia mencoba untuk berobat lagi untuk mendapatkan keturunan.


“Setahuku, sudah cukup banyak lho orang-orang Indonesia yang berhasil mendapatkan keturunan di sini,” sahutku.


“Iya, sebetulnya aku sudah ada niat berobat lagi. Nanti deh kalau sedang agak longgar waktunya,” begitulah kurang-lebih jawaban Melati kepadaku. Tak sepertiku, Melati adalah seorang wanita karir yang bekerja di sebuah perusahaan besar sehingga hari-harinya sudah disibukkan dengan bekerja seharian di kantor. Sehingga akhir pekan menjadi sangat berharga baginya untuk melepaskan lelah sekaligus tetap mengurusi urusan rumah tangga lainnya. Jadwal yang cukup padat buat Melati.


Lama kami tak berjumpa. Dalam sebuah pengajian akbar di KBRI, aku bertemu lagi dengan Melati. Tiba-tiba di akhir acara, ia menghampiriku dan dengan sedikit berbisik ia berseru,” Mbak, aku hamil!”.


“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (QS 16 : 96)


Aku terharu mendengarnya. Subhanalloh! Sahutku sambil memeluknya. Mataku sedikit berair. “Jaga kesehatan ya, Melati,” lanjutku kemudian. Pernyataan dokter tentang ketidakmampuannya memberikan keturunan terbukti keliru. Memang, jika Alloh sudah berkehendak maka tak ada sesuatupun yang dapat menghalanginya.


Kegiatan bermain badminton di akhir pekan tak dapat lagi dilakukannya. Sejak saat itu kami menjadi lebih jarang bertemu. Melati harus menjaga kesehatan dan kehamilannya dengan baik. Belum lagi, ia harus berjuang melawan rasa mual yang menjadi-jadi di awal kehamilan. Namun itulah anugerah yang tiada terkita buat kami, para ibu. Ya, itulah kenikmatan yang hanya diberikan oleh wanita-wanita pilihan-NYA kala memegang amanah untuk menjadi seorang ibu.


Tak terasa empat bulan berlalu. Semua tampak lancar-lancar saja. Namun suatu siang, aku dikejutkan oleh berita via sms tentang kehamilan Melati. Melati mengalami pendarahan. Astagfirullohal’adzim, semoga Melati dan bayinya diberikan kekuatan, kesehatan, dan keselamatan, jeritku dalam hati.


Alloh Hafidz, bayi dalam kandungannya dinyatakan sehat wal’afiat. Melati boleh pulang ke rumah dengan syarat harus tetap bed rest (istirahat di tempat tidur). Tak terbayangkan bagaimana besarnya pengorbanan yang dilakukan Melati dan berjuta-juta wanita lainnya selama masa kehamilan. Maka sudah sepantasnyalah predikat “surga di bawah telapak kaki ibu” disandang oleh wanita-wanita pilihan termasuk Melati.


Dua hari kemudian aku menjenguknya di rumah. Rupanya Melati mengalami plasenta yang letaknya di bawah (plasenta previa) sehingga akan terjadi pendarahan jika ia melakukan suatu aktivitas. Kulihat Melati berbaring tak berdaya di atas tempat tidur. “Sabar ya, Melati. Beginilah kalau menjadi ibu. Harus siap berkorban kapan saja, di situlah letak surganya,” sahutku perlahan. Aku yakin, Melati pasti lebih paham tentang hal ini daripada aku.


“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)...” (QS 46 : 15).


“Do’akan kami ya, Mbak. Aku sangat bersyukur dan bahagia sekali sudah bisa merasakan hamil dan sampai ke tahap seperti ini,” ujarnya sambil berusaha tersenyum. Tanpa ia jelaskan, aku sudah mafhum betapa bahagianya ia menyambut buah hatinya. Foto-foto hasil USG (ultra sono grafi) dipajang di dinding kamar Melati bersebelahan dengan tempat tidurnya. Belum lagi, berbagai literatur yang dibaca Melati untuk mempersiapkan kehadiran jabang bayi.


Melati menceritakan kejadian yang telah dialaminya malam itu. Sekitar pukul 12 malam ia terbangun dari tidur dan terkejut menemukan seprai tempat tidurnya berlumuran darah segar. Meski takut dan bingung, Melati berusaha berjalan perlahan dituntun sang suami menembus gelapnya malam mencari sebuah taksi menuju rumah sakit.


Ah, sudah tiga buah taksi yang ia hentikan di pinggir jalan namun tak satupun yang mau mengantarnya ke rumah sakit. Melati panik dan gelisah. Melati lupa, bahwa hari itu adalah hari terakhir masih berlakunya jam malam akibat konflik politik yang sedang melanda Negeri Gajah Putih saat itu. Sesuai aturan yang berlaku, tidak boleh ada yang keluar rumah saat jam malam diberlakukan (24.00-04.00). Jadi itulah sebabnya mengapa beberapa taksi tak bersedia mengantarnya. Allohu Akbar!


Do’a seorang wanita hamil, diijabah oleh Alloh dan di’amin’kan oleh beribu-ribu malaikat. Alhamdulillah, Alloh Maha Penolong, akhirnya taksi ke-4 bersedia mengantarnya menuju rumah sakit.


Singkat cerita, empat bulan berlalu sejak aku meninggalkan Negeri Siam untuk berhijrah pulang ke tanah air tercinta. Tiga hari lalu, aku kembali dikejutkan oleh berita tentang Melati. Namun kali ini berita gembira yang aku dapat dari sms telepon genggamku. Alhamdulillah, Melati telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat wal’afiat melalui operasi caesar.


Melati, kuucapkan selamat atas kelahiran buah hatimu yang telah engkau dambakan dan engkau tunggu 15 tahun lamanya. Aku turut bahagia. Aku do’akan dari jauh, semoga anakmu menjadi anak yang sholeh, yang menjadi penyejuk hati ayah-bundanya.
Melati, akhirnya gelar “ibu” berhasil kau raih. Betapa mulianya derajat itu sehingga patut kita syukuri bersama. Tak semua wanita mendapatkan gelar yang indah itu. Kau layak mendapatkannya. Semua itu adalah buah manis dari Yang Maha Penyayang dari kesabaran dan keihklasanmu selama ini.


Melati, semoga suatu hari nanti kita dapat bertemu kembali dan berkenalan dengan permata hatimu. Kelak kau akan menyadari betapa nikmat dan bahagianya menjadi seorang ibu seperti yang aku rasakan.


Wallohua’lam bishshowaab.

(mkd/bintaro/19.10.10)


source: www.eramuslim.com

Saturday, October 23, 2010

Worried, anxious, eager...

Bismillahi walhamdulillah...

?????

Dunno why, but plz don't make any wrong perception. Many things mixed up in my mind, at the same time, I have many plans to make in order to achieve my big dream...

Duhai adik-adikku yang dikasihi kerana Allah,
Di kala dirimu jauh dari diri ini, dan tak tertanggung rasanya menahan perasaan dan kasih kerana Allah. Kerisauan diriku tatkala menerima berita yang dirimu kini tidak menerima tarbiyyah dengan baik... Perasaan bersalah yang menghurung tatkala dirimu mengadu tidak mempunyai bi'ah Islam yang dapat membantu meningkatkan keimanan kepada Allah... Juga ketidakkeruan hati ini bila mendapat balasan sms-sms rindu...

Aduhai adik-adikku yang dirindui kerana Allah,
Bukan diri ini tidak mahu. Jika Allah memberikan aku 100 kudrat, mahu sahaja ku beri satu seorang. Jelajah satu negara untuk menyampaikan ilmu-ilmu keislaman kepada adik-adik yang dahulu pernah bersama suka dan duka, pernah bersatu menjayakan amanat-amanat Islam. Subhanallah, adik-adikku. Walaupun kini aku disibukkan dengan tugasan-tugasan dan amanah-amanah baru, tetapi percayalah bahawa kerisauan dan ingatan diriku buat dirimu tidak pernah luput dan sentiasa sahaja diri ini mencari peluang untuk bertemu kembali satu hari nanti, insyaAllah...

Tetaplah bersabar dengan keimanan. Jadikan Allah tempat utama untuk mengadu segala permasalahan, mudah-mudahan Dia memberikan kekuatan dan jalan keluar untuk segala kesulitan tersebut...

"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang-orang apabila dia berdoa kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)Ku dan beriman kepadaKu agar mereka memperoleh kebenaran..." (Surah Al-Baqarah,2:186)

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar..." (Surah Al-Baqarah, 2: 153)

Just pouring out my special feelings for my sisters in their first year of study at the university all over the country. Dearie sisters, May Allah guide you always in His Rahmah n Love =)

Pray to Allah Always, may He grants us for our next meeting,insyaAllah.
Uhibbukum fillah... =)
Wassalam

p/s: Specially dedicated to my sisters all over the world =)

Wednesday, October 06, 2010

The Miracle Of Talking birds 1

The Physical Formation of Sound in Birds

You might assume that in order for a parrot to be able to imitate the human voice-to use a person's same spoken words, stresses and pronunciation-they must possess a larynx whose structure is similar to a human's. However, the structure of the human larynx bears no resemblance to these creatures' physical structures. The larynx, vocal cords, tongue, lips, palate and teeth that humans use in speech are completely different in birds, and some do not exist at all. But even though all birds lack these structures, still these species can reproduce phrases spoken by humans-and in the same tones. If we consider that a person without a tongue is unable to speak or that we lose our voice if the vocal cords are damaged, it's also worth considering that parrots, budgerigars, and mynahs, members of the crow family, have completely different physical characteristics which nevertheless enable them to talk in the same way as humans.

There are other differences between the systems that humans and birds use to produce vocal sounds. We produce most sounds d by expelling air from the lungs through the larynx. Different sounds are created, according to the degree of vibration of the vocal cords. The position of the tongue and lips and the flow of air through the mouth or nasal cavity are only a few of the many other factors affecting sound production. The pharynx, found in humans, lets the tongue divide the vocal tract above the larynx into two cavities with their own distinct resonances. Where these resonances occur, the overtones of the frequencies (or number of vibrations) from the vocal cords are amplified. Formants (from the Latin formare: to shape, or form) are resonant frequencies of the vocal tract, the natural shapes that air assumes in the vocal passage. When you make a consonant, for example, this has an effect on the formants of the neighbouring vowels, raising or lowering formants as the vowel sound gets closer to the corsonant. Experiments have shown that two formants are sufficient in order to differentiate speech sounds from each other. 5

Birds have no larynx similar to a human's, but do have a special vocal organ, known as the syrinx, that enables them to produce sounds. In birds, air from the lungs passes through this organ. In a sense, the bird's syrinx is the equivalent of our human larynx. One of the principal differences is that in humans, our vocal cords are positioned closer to the windpipe. So far, the fact that the bird's syrinx is deep inside the body has prevented scientists from obtaining a complete answer as to how birds produce sound. Scientists have filmed birds using infra-red and x-ray cameras, and have made close studies of their song and speech by means of fiber-optic microscopes inserted in their throats. Yet we still cannot explain the physical process by which birds produce song and imitate sounds.

Within the bird's breast, its vocal organ is like a branched instrument, located at where its voice box meets the two bronchial tubes. As shown on the adjacent page, one branch of the syrinx opens into one bronchus and the second branch into the other; and either one of these two bronchi can produce sound. Some birds can use either both sides of their voice organ simultaneously, or one of the two independently and, by this means, can produce two separate tones of the same frequency, at the same time. They can sing a high note with one side, while producing a low note with the other. And since the bird's vocal organ is situated at the juncture of the two bronchial tubes, it can produce sound from two different sources. This even allows the bird to produce two different notes simultaneously, and even to sing a duet with itself. To a great extent, sounds produced here are subsequently combined, giving birds the potential of creating rich melodies. While humans use only about 2% of the air they inhale to produce sound, birds have the ability to use it all.6

The syrinx is located in a pouch within the clavicle below the bird's throat. The membrane covering this pouch is sensitive to the air coming from the lungs, and its elasticity and complexity of the membrane are factors that determine the quality of sounds. The sound quality is also affected by the length of the windpipe, the constriction of the voice box, the neck muscles, structure of the beak, and their respective movements. In short, the complexity of the birds' syrinx determines the complexity of the sounds they produce. Its muscles affect the air flow and consequently, the quality of the sound. In parrots, budgerigars, and some songbirds, the syrinx has a greater number of muscles, and its structure is more complex.

Furthermore, the different techniques that parrots and budgerigars employ for imitating the human voice are most effective. Like humans, parrots have thick tongues that enable them to produce sounds resembling ours. Sound is produced by blowing air through two separate places in their syrinx, and at the same time producing the independent sounds required to produce consonants. The initial sound from the syrinx is shaped with the help of the throat, and then in the mouth with the tongue. In their research studies with grey parrots, Dianne Patterson and Irene Pepperberg reached important conclusions on vowel production: Due to the radically different anatomy of this parrot's vocal organ, even though they lack teeth and lips, they can produce sounds that closely resemble sounds produced by humans.7 Indeed, parrots and budgerigars can quite clearly imitate sounds such as "m" and "b," which we normally produce with the help of our lips.

Budgerigars, however, due to their small size, are not able to use the same technique as parrots. Using their syrinx to create frequencies from 2,000 to 3,000 Hz, they then add on a second vibration. This system is known as frequency modulation or FM, the principle behind the AM (amplitude modulation) radios to be found in practically every home. These days, many FM broadcasting stations add low transmitters to their signals which, in common with normal signals, are adjustable through a transmitter, but are of a very high frequency. While the frequency of normal signals varies from 20 to 20,000 Hz, the frequency of many low transmitters starts at 56,000 Hz. The main reason for using the FM system is to offset the major disadvantage of the AM system-namely, the interference of many natural or man-made radio sounds, called "parasites." Because the weak signals of AM radio are quieter than the stronger ones, differences in signal level are formed, which are then perceived as noise. AM receivers have no facility for cutting out these parasitic sounds.

To solve this problem, Edwin H. Armstrong invented a system for eliminating noise caused by the power of the waves. Instead of changing the transmission signal or the strength of the transmitter, he changed the frequency of sound waves per second. Thanks to this system, the amplitude of noise (strength of sound waves) could be reduced to a minimum. But scientists are still mystified how budgerigars manage to use this same system.
To solve this problem, Edwin H. Armstrong invented a system for eliminating noise caused by the power of the waves. Instead of changing the transmission signal or the strength of the transmitter, he changed the frequency of sound waves per second. Thanks to this system, the amplitude of noise (strength of sound waves) could be reduced to a minimum. But scientists are still mystified how budgerigars manage to use this same system.
Of course, no little budgerigar can possibly work out for itself from the time it is hatched how to apply a series of principles discovered by man only after long trials. In the same way, no parrot can know that it must produce auxiliary sounds in order to make consonants distinct or to develop systems in its throat to enable it to do so. Also, it's not possible for such a system to be the end product of a series of blind coincidences. All these complex systems we have seen are without doubt, the work of God, the Creator.

Birds' Sense of Hearing

For birds to display their talents in communicating by sound, song and in the case of some birds, words, they require excellent hearing. At critical times in their lives, their sense of hearing becomes particularly important. Experiments have shown that in order for birds to learn their species' song, they need an auditory feedback system. Thanks to this system, young birds learn to compare the sounds they produce themselves with the patterns of a song they have memorized. If they were deaf, it wouldn't normally be possible for them to sing recognizable songs.8

Birds' ears are well equipped for hearing, but they hear in a different way from us. For them to recognize a tune, they have to hear it in always the same octave (a series of seven notes), whereas we can recognize a tune even if we hear it in a different octave. Birds cannot, but can instead recognize timbre-a fundamental note combined with harmonies. The ability to recognize timbre and harmonic variations lets birds hear and reply to many diverse sounds, and sometimes even reproduce them.

Birds can also hear shorter notes than we can. Humans process sounds in bytes in about 1/20th of a second 9, whereas birds can distinguish these sounds in 1/200th of a second, which means that birds are superior at separating sounds that arrive in very rapid succession.10 In other words, a bird's capacity to perceive sound is approximately ten times greater, and in every note heard by a human, it can hear ten.11 Moreover, some birds are also able to hear lower sounds than we are. Their hearing sensitivity is so finely tuned that they can even tell the difference between pieces by such famous composers as Bach and Stravinsky.
Birds' extremely sensitive hearing functions perfectly. Clearly, each of this sense's components is created by special design, for if any one failed to work properly, the bird would not be able to hear anything. This point also disproves the theory that hearing evolved or emerged gradually, as a result of coincidental influences.

source: www.harunyahya.com

Tuesday, October 05, 2010

Rezeki Allah...

Bismillahi Walhamdulillah...

Assalamualaikum wbt...

Terasa malas nak tulis panjang-panjang. Banyak peristiwa berlaku, tapi malas nak tulis. Harini gi kelas, dapat lucky draw lagi. Kali ni memang saya tak dapat menahan gelak dalam kelas tadi. Terasa kelakar, lepas banyak libatkan aktiviti dengan produk halal ni, rasa rezeki melimpah ruah. Walau banyak jugakla duit habis nak bayar itu, bayar ini... tapi bila once tangan ini terasa ringan untuk memberi, yakinlah rezeki Allah sangat luas buat hamba-hambaNya yang berusaha menuju ketaqwaan dengan banyak memberi, insyaAllah...

Saya sangat ingat pesan ibu saya yang satu ni. "Kita ni kalau tak banyak buat amal pun, banyakla bagi orang sedekah. Jangan kedekut. Walau sedikit pun wang yang ingin diberi, beri dengan hati yang ikhlas. Kelak nanti Allah murahkan rezeki kita, malah melimpah ruah..."

Alhamdulillah, saya punya ibu yang sangat suka bersedekah...

Bukanlah niat menunjuk-nunjuk, tapi mudah-mudahan dapat diambil ibrah, insyaAllah...

Masih belajar tentang perubatan herba. Tapi kadang-kala agak 'panas' jugakla hati ni bila ada jumpa manusia yang terlalu sempit pemikiran. Kapsul susah nak telan, ubat tak sedap, kari cair tak sedap, produk melayu tak berkualiti n mahal...Geram, memang sangat geram. Tapi manusia ni macam-macam, tarbiyyah Allah juga pada jiwa saya. Nak jadi herbalis yang sabar bukan mudah. Bila berjumpa dengan macam-macam kerenah manusia ni buat hati saya bertambah besar, bertambah matang... nak cari jalan supaya bertambah sabar dengan realiti kehidupan dan ragam manusia.

Tentang informasi produk, saya perlu tambah lagi pengetahuan saya. Bila ada customer datang, tanya produk apa sesuai untuk anak yang ada gelemair kat tekak? gulp, tak tahu dan tak pasti, maka jawapan saya adalah tak pasti. Mana boleh prescribe produk sesuka hati. Maka, saya forwardkan padanya number contact perawat yang saya kenal. Maka kesimpulannya, saya sedang mengumpul idea bagaimana cara yang memungkinkan saya untuk ke Sijil Herbalis bulan Disember ni...

Tanggungjawab semakin bertambah. Mintalah didoakan mudah-mudahan Allah memberikan kecukupan kepada saya, amiin...

Cukuplah, Wassalam...

Tuesday, September 21, 2010

2nd Lucky Draw in my Life...

Bismillahi Walhamdulillah...

Assalamualaikum wbt...

Alhamdulillah...Went to the class, heh, I won the 2nd lucky draw in my life. HPA new product, the Soy Bean Drink. wa~~ very happy... (because I love soy bean so much) ^_^

Kali ni kami didatangi oleh Leader HPA yang dijemput khas untuk memberi ilmu lagi tentang perawatan herba dan juga memberi motivasi, semangat untuk berusaha dengan produk halal. Alhamdulillah, banyak sangat ilmu baru dapat lagi, dan menambah lagi keyakinan menjadi herbalis yang baik. Bulan Disember ni ada Sijil Herbalis 3 minggu, mungkin I can't make it... sebab? [...adalah...]

Bertolak keluar dari rumah semalam, boleh dikatakan separuh semangat saya hilang... huh, biasalah... keluar dari zon selesa, tempat yang paling selamat dan paling menyenangkan di dunia ni adalah berada di rumah sendiri di samping ibu, ayah, bergurau senda dengan acik & adik dan dekat dengan keluarga tersayang. Tapi apakan daya, janji mesti dikota, dan saya bukan seorang yang suka buat kerja separuh jalan. Meskipun berderau juga darah ni bila wan (nenek belah ayah) tak bagi saya balik... zzzzzzz...

Raya 2010 kali ni macam biasa, kami sekeluarga jalan sakan. Balik kampung belah ibu kat Johor, tambah majoriti adik beradik ibu pun kumpul sama, wah memang meriah rumah tu. Berkumpul dengan sepupu macam-macam cerita keluar. Nak kawen? wah, sapa klik kami yang nikah dulu ni? Budak-budak ni memang tak habis-habis!... Yang best, kami berkonvoi ramai-ramai ke umah saudara-mara, sampai tak cukup ruang kat rumah pakcik tu, separuh duduk di luar. Memang seronok dan satu yang saya cukup bangga dengan keluarga ini, kami agak menjaga ikhtilat antara lelaki dan perempuan. Takdalah cuit-cuit antara sepupu, apalagi bersalaman. Yang perempuan dalam rumah memang jaga aurat... Alhamdulillah... masing-masing dah besar.

Peristiwa best yang paling menyenangkan hati saya raya ini ialah bila adik-beradik lelaki yang masih bujang telah berjangkit dengan habit ayah... Alhamdulillah...

Bila saya kata, "Adik, tolong kaklang jemur kain?..." Selang bape minit, dia pun buat...
"Acik, tolong isikan kuih dalam bekas?..." Kejap tu, diapun duduk atas meja, susun kuih-kuih...
"Angah, tolong carik ayam ni?... nak buat sotolaa..." Tak lama tu, dia amek pisau ngan pelandas, potong ayam yang dah direbus kecik-kecik. Nak cepat katanya... ceh, orang guna tangan jela...

Seronok!... tengok suma orang bekerjasama buat keje. Takda muncung-muncung, takda ngelat-ngelat, suma redhaaa je. Nak tergelak pun ada. Bagusnya... Ibu saya kata, saya yang paling malas. heheh...

Bukan apa, kalau nak banding dengan ayah, memang jauh lagila mereka ni. Ayah saya, satu sifatnya yang saya sangat kagumi adalah caranya mencontohi Rasulullah SAW dalam satu hal ni. (Banyak lagi sebenarnya)... Bila ibu saya memasak, ayahlah orang yang paling sibuk di dapur. Dia buat kerja yang banyak dan susah especially dalam kuantiti yang banyak (untuk kenduri, jamu tetamu dan open house) seperti basuh ayam, siang ikan, siang udang. Subhanallah... kalau hari-hari biasa pun, ayahlah orang yang akan mengemas rumah, lipat kain, lap dapur, sebab ibu allergik habuk, dia akan bersin dengan teruk. Haha, saya anak perempuan ni pun malu kalau keluar bilik, semua dah bersih. Selalu memang rasa bersalah teramat, bila ayah balik kerja, dia nampak ruang tamu agak semak, dia akan bersihkan tanpa bunyi sedikitpun. Kalau pinggan mangkuk saya lambat basuh, dia akan basuh senyap-senyap sampai singki-singki dilapnya. Adeh, macam karen menyengat ke kepala... zzzzzzzzzz.... Saya malu sendiri. Takpa, takpa, saya belajar... Fuh, dalam hati saya doa, moga-moga Allah memberi saya calon suami seperti ayah saya (Ameen...)

Masa open house kelmarin, saya amikkan makanan untuk wan (nenek belah ayah). Agak banyak juga... untuk menghargai kedatangannya. Pastu saya duduk di sebelahnya lepas kerja saya selesai dengan niat untuk menolong menghabiskan makanannya. Tapi saya lihat wan saya bersungguh-sungguh menghabiskan semua makanan tersebut.

Wah... saya katakan, "Wan, kalo tak habis, meh yati habiskan...".
Wan jawab, "Takpa, takpa... nak habis dah ni..." sambil menyuap makanan dan meminum air masak berselang seli, tanda bersungguh-sungguh menghabiskan makanan... Saya hanya melihat dengan kagum. Dalam hati, barulah saya tahu, from whom my father took that good side...

Moga menjadi ibrah...
Wassalam...

Monday, September 06, 2010

Making Up for Bad Health Habits

By Sarah Jio, Woman's Day
Tue, Aug 31, 2010


i specially dedicate this article to my beloved housemates =)


Bad Habit #1: Not Enough Calcium

Your mother told you to drink your milk (you didn’t). Your doctor encouraged you to take calcium supplements (you didn’t). Now what? “Your body will lay down bone mass until your early 30s, so if you are in your teens or 20s, you have time to reverse the years of inadequate calcium intake and start building stronger bones,” says Nikki Tierney, a registered dietician in private practice in Quincy, Massachusetts. “If you've passed this age, all is not lost. You may have missed the opportunity to build bone mass, but it is never too late to prevent more bone loss.”

Women who are 19 to 50 years old need 1,000 mg of calcium per day; those 51 or older need 1,200 mg per day. “You absorb calcium best from food sources, so be sure to include these in your diet,” she says. “The easiest way to get your calcium is to get three servings of milk or yogurt each day. If you are looking to add in a supplement, get something with 500 to 1,000 mg, such as calcium chews.” In addition to dairy, you can get your calcium from the following sources: ½ cup firm tofu (204 mg), 3 oz canned salmon (181 mg), 1 cup pinto beans (103 mg) or 1 cup cooked kale (94 mg).

Bad Habit #2: Poor Posture
Misaligned posture can lead to back, knee, hip and neck issues as well as collapsed arches and a host of other problems, says Dana Davis, MA, CYT, a senior certified balance teacher in Petaluma, California. If you’ve had poor posture most of your life, you probably think there’s nothing you can do to improve it. Not true, says New York City–based fitness expert Story von Holzhausen. “You can make changes instantly, transform yourself and don't have to wait to see results,” says von Holzhausen.

She suggests this easy exercise to turn back years of bad posture habits: “Stand with your heels almost touching a wall. Roll your shoulder blades back and drop them down until they touch the wall. Slightly lower your chin and pull the base of your head against the wall, lengthening the back of your neck. Hold this position for 15 seconds, breathe, rest and repeat. If you cannot touch the wall, then your goal is to work up to it slowly.” Photo by Shutterstock.

Bad Habit #3: Smoking Cigarettes
So you smoked in college—OK, and grad school, and maybe occasionally when you’re socializing. You already feel guilty about it, but what can you do now? “The quickest way to improve your health if you're a smoker is to quit now rather than later,” says Shelena C. Lalji, MD, founder of the Dr. Shel Wellness and Medical Spa in Houston. “Research shows that people who quit smoking when they're in their 30s and 40s have a much lower risk of emphysema, stroke, hypertension and cardiac disease. Medical-grade supplements can help smokers reduce their cravings to increase their success.”

According to the American Cancer Society, after three months of not smoking, your lung function improves dramatically and your circulation is revitalized. After one year of being cigarette-free, your risk of coronary heart disease is 50 percent less than when you were a smoker. One of the best ways to reclaim your smoke-ravaged lungs is to make a new commitment to fitness, says Dr. Lalji. “Increasing exercise both during the transition from smoker to nonsmoker and afterward will help you keep the commitment to yourself while improving circulation, gaining lung capacity and reducing cardiac-related problems.”

Bad Habit #4: Too Much Booze
Do you regret years of excess drinking? While alcohol-related damage to the body can be harmful, and experts say there’s no way to completely reverse it, there are certain things you can do to improve your liver function and overall health. “Drinking can cause fat buildup in the liver, which causes the liver to work harder to metabolize the fat,” says Carlos Tirado, MD, MPH, chief medical officer of Enterhealth, an addiction disease management provider in Dallas.

Help your liver recover by starting a weight-loss regimen and eating a lowfat diet. “In general, eating a diet rich in fruits and vegetables and reducing fat—especially trans fat and saturated fat—can enhance recovery from alcohol-related liver injury,” he says. If you haven’t completely cut alcohol from your life, health experts recommend one drink per day, max, for women, and two for men—though it’s best not to drink daily, so to pick a few days a week that you don’t drink at all.

Bad Habit #5: Being Overweight
One of the leading causes of heart disease—and the number-one cause of death in women in the U.S.—is being overweight. But once you’re diagnosed with cardiovascular issues, it doesn’t mean it’s a life sentence. “Losing weight will significantly reduce this risk,” says Sohah Iqbal, MD, a cardiologist practicing at New York University Hospital. “Weight loss, through a diet and exercise program, can significantly reduce multiple cardiac risk factors that significantly increase the risk of coronary artery disease and heart attacks.”

Weight loss is not only associated with lower blood pressure, but it has also been shown in studies to improve your lipid profile—decreasing LDL (bad cholesterol) and increasing HDL (good cholesterol)—and reduce triglycerides. “Cholesterol buildup in arteries starts at a young age, but if you improve your cholesterol profile later in life, it stabilizes the cholesterol plaque and decreases the risk of it enlarging and occluding the artery or rupturing and causing a heart attack,” says Dr. Iqbal. The American Heart Association says you can reduce your risk of death from cardiovascular disease by 20 percent and ensure your ticker is in optimal health by following their 7-Point Checklist. Visit MyLifeCheck.Heart.org to learn more.

Bad Habit #6: Exercise Procrastination
You know that old saying: If you don’t use it, you lose it? Well, it’s only partly true, says Sarah Clachar, a New England–based health educator, fitness expert and the cofounder of Fit Family Together. “The opposite is true as well. When you start to use your muscles, you can regain them—at any age. So even if you've never worked out or had muscles to show off, you can certainly acquire them through a good fitness strategy.”

Where to start? Avoid an intense jog or hike, and think weights first. “If you haven't been active for years, your muscles aren't up for the activity,” she says. To avoid injury, focus on strength-training first. “Start by building up your muscles so you have the capacity to do exercise,” she recommends. Also, consider short bursts of intense exercise known as interval training. “Not only is research showing that this has more impact on your health with less wear and tear, but it works faster and it's easier [to do].” Here’s how: “Whatever you start to do, do it in shorter, intensive spurts,” says Clachar. “Walk briskly for 1 minute, then stop and rest. Walk briskly again for 1 minute and repeat. Or bike hard for 4 minutes and then rest.” With this method, you can pack 30 minutes of regular exercise into just 15 minutes, with less injury risk.

Bad Habit #7: Not Eating Right for Years
The antidote for years of burgers, fries and ice cream binges? Eating right, of course. Here’s an easy way to jump-start your health and get the vital nutrients you need without going on a restrictive diet: Eat one salad every day, suggests Brian Zehetner, MS, a registered dietician with Anytime Fitness in Hastings, Minnesota. “The primary reason to have a salad is because it helps to reduce the energy density of the diet,” he says. “You can eat a very large salad for very few calories.”

Plus, you’ll load up on vegetables that can give your body the nutrients it’s crying out for: vitamins C and E, selenium, beta-carotene and lots of fiber. Add 3 ounces of lean chicken, and you have a filling meal. If you eat a salad once a day for a year, you could lose up to 30 pounds without making any other major dietary changes. By just having one salad per day—for lunch or dinner—Zehetner says, your body will feel the difference.

Bad Habit #8: Staying Too Long in an Unhealthy Relationship
According to Howard Rankin, PhD, a clinical psychologist and founder of The Rankin Center for Neuroscience and Integrative Health, a bad marriage or relationship can be as hard on you as any other damaging health choice. “The impact of a negative relationship goes beyond self-esteem, into the very body itself,” Dr. Rankin explains. “Under chronic stress, the immune system breaks down, leading to a whole host of diseases. A recent study of breast cancer patients showed that many women believed that their cancer was caused by stress. Technically, no one gets cancer because of stress. But what does happen is that the suppression of the immune system by prolonged stress makes it more likely that the body can't fight off the cancer and creates an environment where cancer cells can grow.”

How can you get healthy and happy after years of being in a negative relationship? “It’s important to look at all the main relationships in your life and reevaluate which work for you and which don't,” he says. If a decades-long friendship is the culprit, cut the ties. If it’s a boyfriend who treats you poorly, move on. “Recognize that detachment is always difficult but sometimes necessary, and stay focused on the realities of the situation.” One of the best ways to give yourself a boost of happiness—and health—when doing so is to remember that there are infinite possibilities for you out there.

Bad Habit #9: Negative Self-Talk and Poor Body Image
After years of negative self-talk (“Look at how fat I am,” or “No one likes me at work because I’m not talented”), a funny thing happens, says Dr. Rankin: People tend to withdraw from social situations and intimacy. A poor or destructive self-image is also linked with depression and anxiety.

So how do you break the cycle of negativity toward yourself? “The variables that drive behavior are brain biochemistry, innate drives, habits and addictions, and relationships,” says Dr. Rankin. “Note that logic isn't in there. So you need to do things that will optimize brain function—exercise, good-quality sleep, stress management and proper diet all are critical for proper brain function.” And, because our self-image is so often affected by the people in our lives, he suggests you “hang around positive friends and ditch the people who are not on the same page as you.”

Bad Habit #10: Too Much Tanning
Did you once have a love affair with the tanning salon? There may be a ray of hope for sun-damaged skin, say experts. “There is not much one can do to undo serious sun exposure, but it is never too late to protect your skin,” says Pamela Jakubowicz, MD, a board-certified dermatologist at Montefiore Medical Center in New York. She stresses the importance of annual skin checks with your dermatologist or primary care physician.

But you can also take matters into your own hands: “Products containing retinols, soy and some antioxidants have been shown to provide some reversal of sun damage,” she explains. “Retinol is a milder form of Retin-A that makes collagen stronger and can bring about changes in the skin. Researchers believe soy makes the skin lighter when there is pigmentation from sun damage.” Fortunately, you don’t have to spend a lot of money to get products that work. Dr. Jakubowicz recommends Aveeno's Positively Radiant SPF 30 lotion, a product that contains soy, and Neutrogena Healthy Skin lotion, which is made with retinols. Also, consider your diet and activity level, says Marina Peredo, MD, an assistant clinical professor at Mount Sinai Medical Center in New York. “Adding a diet rich in omega-3s and vitamin E is a must, as is a daily exercise regimen to get the blood circulating to the face and other parts of the body.”


source: http://health.yahoo.net/articles/womens-health/making-bad-health-habits
 

Text