Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, March 30, 2009

Sabar Dalam Tahap Membangun Dasar La Ilaha ill-Allah

Ketika Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat berda’wah di Mekkah sebelum hijrah ke Madinah, mereka memfokuskan da’wah Islam kepada urusan membangun dasar kukuh berupa aqidah yang bersumber dari kalimat La ilaha ill-Allah. Mereka tidak bergeser dari tema fundamental ini karena mereka menyedari bahwa untuk mengubah masyarakat jahiliyyah tidak mungkin dilakukan kecuali dengan membongkar dari dasar kepercayaan, ideologi dan konsepsi masyarakat tersebut. Segenap kerusakan moral, ketimpangan sosial-ekonomi, impotensi kepemimpinan dan kezaliman sistem politik serta hukum bersumber dari ketidak-jelasan ideologi, kepercayaan dan konsepsi yang dimiliki masyarakat jahiliyyah. Sehingga percuma saja dilakukan upaya perbaikan bila dilakukan dengan semangat dan metode tampal-sulam. Diperlukan suatu langkah perombakan mendasar sebelum dilakukan upaya perbaikan pada dimensi moral, sosial-ekonomi, kepemimpinan, politik dan hukum yang berlaku. Oleh sebab itu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dengan tekun dan sabar menyerukan da’wah yang menitikberatkan pada pelurusan kepercayaan, ideologi dan konsepsi. Sebagaimana para Nabi dan Rasul lainnya beliau menyerukan pesan universal dan abadi yaitu:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu". (QS An-Nahl ayat 36)



Tidak ada seorang Nabi maupun Rasul kecuali mengajak umatnya masing-masing untuk memerdekakan diri dari penghambaan manusia kepada sesama manusia (yaitu Thaghut) untuk hanya menghambakan diri kepada Allah semata. Sembahlah Allah semata dan jauhilah Thaghut...! Dan sepanjang sejarah bilamana wujud suatu masyarakat jahiliyyah niscaya suburlah kehadiran aneka thaghut di dalam masyarakat tersebut. Sebaliknya bilamana berdiri suatu masyarakat berlandaskan kepercayaan, ideologi dan konsepsi aqidah Tauhid La ilaha ill-Allah, maka bersihlah masyarakat itu dari eksistensi thaghut. Seluruh masyarakat menyembah dan mengesakan Allah secara komprehensif, baik dalam aspek peribadatan, mu’amalat, hukum dan perundang-undangan maupun kepemimpinan. Berjalanlah masyarakat tersebut sarat dengan perlombaan dalam kebaikan menjunjung tinggi nilai-nilai dan hukum Rabbani. Tidak ada yang dipatuhi dan diberikan loyaliti pada prioriti pertama dan utama selain Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

Selama mayoritas warga di dalam masyarakat masih tenggelam dalam kejahiliyyahan maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam terus menganjurkan seruan kalimat La Ilaha ill-Allah. Sebab inti kejahiliyyahan terletak pada kepercayaan, ideologi dan konsepsi yang mengakui dan menerima penghambaan manusia kepada sesama manusia, mematuhi para pemimpin yang tidak menjadikan Allah semata sebagai sumber utama pengabdian, loyalitas dan kepatuhan, baik dalam urusan ritual-peribadatan, nilai-nilai moral maupun sistem hukum dan perundang-undangan. Artinya, tidak mungkin sesaatpun Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memandang urusan pembenahan kepercayaan, ideologi dan konsepsi masyarakat menjadi perkara usang alias out of date apalagi jadul (urusan jaman dulu) sebelum tampak perbaikan hal ini pada mayoritas masyarakat yang menjadi sasaran da’wah beliau.

Tetapi risiko menempuh jalan menyerukan kalimat La Ilaha ill-Allah di dalam suatu masyarakat jahiliyyah ialah menghadapi reaksi keras penentangan. Inilah yang dialami oleh Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat. Dan ini pulalah yang akan dialami oleh siapapun yang konsisten menyerukan hal serupa di negeri manapun di zaman bilapun. Sehingga bila tidak cukup sabar menempuhnya pastilah akan tergoda untuk mencari jalan lain yang kiranya dapat mendatangkan risiko yang lebih ringan bahkan diyakini dapat mendatangkan jalan pintas meraih kemenangan da’wah. Sahabatpun sempat mengalami kondisi seperti itu. Di antaranya apa yang tergambar dalam hadits berikut:

عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ قَالَ شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ قُلْنَا لَهُ أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا أَلَا تَدْعُو اللَّهَ لَنَا قَالَ كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهِ فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ أَوْ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ

Dari Khabab bin Al-Arat ia berkata: ”Kami mengeluh di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam saat beliau sedang bersandar di Ka’bah. Kami berkata kepadanya: ”Apakah engkau tidak memohonkan pertolongan bagi kami? Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kami?” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kemudian bersabda: ”Dahulu seorang lelaki ditanam badannya ke dalam bumi lalu gergaji diletakkan di atas kepalanya dan kepalanya dibelah menjadi dua namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Dan disisir dengan sisir besi sehingga terkelupaslah daging dan kulitnya sehingga tampaklah tulangnya namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, urusan ini akan disempurnakanNya sehingga seorang penunggang kuda akan berkelana dari San’aa ke Hadramaut tidak takut apapun selain Allah atau srigala menerkam dombanya, akan tetapi kalian tergesa-gesa!” (HR Bukhary 3343)

Khabab merupakan salah seorang sahabat yang mendapat penyiksaan luar biasa dari kaum musyrikin semenjak ia masuk Islam. Ia datang kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengeluhkan nasib para sahabat yang mengalami hal serupa dengan dirinya. Ia hanya memohon Nabi shollallahu ’alaih wa sallam agar mendoakan para sahabat tersebut, agar Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memohon pertolongan Allah bagi mereka. Ia tidak sampai mengusulkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam agar merubah strategi berjuangnya. Ia tidak sedang menyatakan protesnya terhadap jalan penuh risiko karena menyerukan kalimat La Ilaha ill-Allah. Ia hanya memohon Nabi shollallahu ’alaih wa sallam agar mendoakan para sahabat agar mendapat pertolongan Allah.

Namun demikian, keluhan Khabab telah dibalas dengan jawaban tegas Nabi shollallahu ’alaih wa sallam. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengingatkan Khabab akan tabiat jalan da’wah yang telah ditempuh orang-orang beriman sepanjang masa. Ini bukanlah jalan melewati taman-taman bunga. Ini bukan jalan bagi mereka yang sengaja melalui jalan da’wah agar menghasilkan berbagai kemudahan dan kesenangan duniawi. Ini bukan jalan bagi mereka yang ingin segera memperoleh kemenangan da’wah dengan meninggalkan seruan asli da’wah Islam iaitu proklamasi umum pembebasan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia menjadi penghambaan manusia kepada Allah semata. Ini bukan jalan bagi mereka yang demi kekuasaan rela mengaburkan seruan La Ilaha ill-Allah menjadi seruan lain, seperti Nasionalisme atau Sosialisme atau bahkan Moralisme.

*******

Ya Allah, teguhkanlah pendirian kami di atas jalanMu. Karuniakanlah sabar sejati di dalam diri kami. Peliharalah istiqomah kami dalam proyek pembangunan Tauhid di dalam diri, keluarga dan masyarakat kami.

Source: www.eramuslim.com


Saturday, March 21, 2009

Kiriman: Da'ie dan Movie?

Posted by ustaz_paksi on 2008/12/10 8:04:53 (165 reads) 

Excerpt from: www.paksi.net

Nak dijadikan cerita, ada seorang sahabat datang mengadu dimarahi teruk ayah gara-gara kerja men'delete' movie dan series ayahnya secara tidak sengaja. Banyak gigabyte juga yang hilang. 300GB komputer, penuh dengan movie, series, anime dan lain-lain. Belum ditambah lagi yang telah di'burn' ke dalam DVD yang bertimbun.



"Bodoh!! aku download berminggu-minggu!! Kurang ajar punya budak!! kata-kata pedas dari ayahnya yang keras kepala.

Perkara ini kelihatan wajar jika ayahnya hanya orang biasa yang tidak pernah ditarbiyyah ataupun yang telah islam sejak lahir tapi tidak komitted mengamalkan ajaran Islam sepenuhnya. Tetapi jangan terkejut jika saya katakan ayahnya merupakan mantan setiausaha agung sebuah jamaah islam.

Adakah kita merasa pelik? atau sikap kita biasa-biasa saja. Saya tertarik dengan status mantan setiausaha agung sebuah jamaah islam yang dimiliki ayahnya. Dah nama pun jemaah islam, mestilah mengaku dirinya berdakwah. Buat itu, buat ini yang saya percaya semuanya hanya lebih kepada kerja-kerja pengurusan. Sikap-sikap seperti ini kalau dianalisa pasti kita akan lihat satu kesamaan antara pelaku-pelakunya.. Bagi saya, ayahnya itu tak ubah seperti Raja Namrud yang membakar Nabi Ibrahim kerana menghancurkan berhala-berhala milik Raja Namrud.

Fokus saya di sini adalah movie yang jelas-jelas haram, yang mempamerkan wanita-wanita yang tidak menutup aurat (ada ke movie barat yang wanita tutup aurat? yang tak tutup pun pakaian tidak sopan) lebih-lebih lagi yang menontonnya adalah seorang yang mengaku da'ie? Saya percaya ayahnya akan menonton secara istiqamah kerana size 300gb itu bukan sekejap untuk khatam.

Mari kita kaji perilaku ayah dia ini. Siapa yang pernah mengalami, tahu-tahu sendiri lah ya. Ayahnya dah tentu bekerja. Kebiasaannya jam 8 pagi hingga 5 petang. Ayahnya juga seorang manager. Selalu balik malam.. Pada pendapat saya, dia tidak akan menonton berhala-berhala yang didownload di pejabat. Jadi, masanya di rumah pasti dia akan gunakan sebaiknya.

Bermula dari sampai di rumah, terus on computer, menonton berhala kesayangan sehingga larut malam sampaikan terpaksa menunda solat isya' ke saat-saat akhir dek kerana tertidur sewaktu menonton berhalanya. Secara tidak langsung, masanya ditiadakan untuk anak-anak. Dia tidak kisah akan anak-anak, lalu anak-anak tidak akan kisah akan bapanya.

Kenapa saya sebut berhala? Kerana berhala ini sesuatu yang kita sembah, yang amat kita cintai dan sedia mengorbankan segalanya kerana berhala ini. Jadi tidak salah jika saya sebut berhala, kerana dia sanggup mengorbankan pandangan orang lain terhadap dia, mengorbankan anak-anak, mengorbankan masa dan sebagainya.

Kalau yang tadi, bapaknya. Sekarang kita cermin diri sendiri, lihat di sekitar kita. Kita bisa lihat bagaimana menonton movie dan series ini seperti menjadi satu kebiasaan bagi kita. Dari yang aktif berdakwah sehingga la yang duduk termenung goyang kaki. Yang dah sibuk bertambah tiada masa, yang menang banyak senggang masa terus takda masa.

Saya tahu diluar sana masih ramai lagi para da'ie yang mengambil enteng akan hal ini. Ada yang nonton Naruto, Bleach, dan lain lagi. Sehingga tahu episod berikut bila bisa di download. Bisa cerita dari mula hingga episod semasa. Untuk berehat? Di manakah tahajud yang menjadi rehat dari dunia yang melelahkan? Apakah rehat seorang da'ie itu dengan memuskan hawa nafsu?

"Akhi, anta dah tengok Quantum of Solace?"

Wah, sekali imbas lunak dan sopan sungguh pertanyaannya. Tapi ramai juga da'ie-da'ie moden ini yang menjawab "masih belum". Apa ini?

Saya ingin berkongsi beberapa sebab yang menjadikan mereka ini tengok movie keluaran terbaru. "Nak catch up supaya tidak ketinggalan bersama mad'u". Waduh-waduh, dahlah murobbinya pun tengok movie berlumba pulak dengan mutarobbi. Nanti bolehlah ikhwah wujudkan satu pawagam untuk ikhwah akhwat (asing ye) sebab semua dah ditarbiyyah tengok movie. Apakah tidak cukup dengan hanya membaca preview atau story plot saja? atau kita lebih rela menghabiskan masa dan menggadaikan keimanan kita dengan melihat aurat wanita?

"Banyak pengajaran yang boleh diambil". Apa lagi yang kalian perlu selain Al-Quran dan Hadith? Sirah para sahabat? Bahan bacaan yang bermanfaat? Dokumentari yang ilmiah? Kenapa mesti movie tayangan perdana? atau movie top ten? Jauh di sudut hati "Rasa best bila tengok movie, enjoy, releks," rasa-rasa hawa nafsu.

Wahai para da'ie, ketahuilah akan bahaya ini dosa kecil ini. Ia seharusnya menjadi takutan umat yang mengaku da'ie ini melainkan jika dia hanya mengaku da'ie tapi tidak bekerja sebagai da'ie. Atau lebih dikenali sebagai da'ie olok-olok. Saya tidak tahu jika masih ada di antara kita yang terus beralasan untuk membenarkan perkara lagho dan bisa menambah dosa ini.

Bermula dengan melihat movie secara kecil-kecilan, bintik-bintik hitam akan mula menutupi hati sehingga membekas seperti marker permanent lalu cahaya ilahi akan sukar masuk ke dalamnya dan hasutan iblis mudah mendekati dan menempel.

Lalu timbul pula dosa-dosa lain yang lebih berat. Tinggal solat, mudah marah (orang yang pentingkan diri akan mudah marah, dan tanda orang yang pentingkan diri adalah orang yang suka mengikut hawa nafsu) dan seterusnya.

Wahai da'ie diluar sana!
Kalian kata kalian berdakwah. Tapi kalau perkara seperti ini tidak dapat kalian pelihara, lupakan saja medanmu kerana hati-hati kalian telah dikotori.

*Penonton movie yang saya gambarkan adalah yang menonton kebanyakan movie. Semua nak tengok. Saya juga menonton movie, Children of Heaven, Paradise Now dll yang boleh dikira dengan jari. Yang peliknya yang berjaya penuhkan hard-disc dengan movie dan series. Takkan simpan saja? mestilah tengok?

Monday, March 09, 2009

Berdayalah Untuk Islam

Makna Tarbiyah itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terus-menerus menempel dan tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikian sunnahnya. Sebab kalau mau, para Sahabat Rasulullah SAW bisa saja menetap dan wafat di Madinah, atau terus-menerus tinggal ber-mulazamah tinggal di Masjidil Haram yang nilainya sekian ratus ribu atau di Masjid Nabawi yang pahalanya sekian ribu kali. Tapi mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi atau di Mala, tetapi makam mereka banyak bertebaran jauh, beribu-ribu mil dari negeri mereka.

Sesungguhnya mereka mengutamakan adanya makna diri mereka sebagai perwujudan firman-Nya : Wal takum minkum ummatuy yad'una ilal khair. Atau dalam firman-Nya : Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnaas (QS : Ali imran : 110). Ummat yang baik tidak untuk disembunyikan tetapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak larut dalam kesendirian.

Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya.Jangan lagi ada kader yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan. Mengapa tidak berkata sebaliknya, karena lingkungan seperti itu, saya harus mempengaruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya. Seharusnya dimanapun dia berada ia harus berusaha membuat kawasan-kawasan kebaikan, kawasan cahaya, kawasan ilmu, kawasan akhlaq, kawasan taqwa, kawasan al haq, setelah kawasan-kawasan tadi menjadi sempit dan gelap oleh kawasan-kawasan jahiliyah, kezhaliman, kebodohan dan hawa nafsu.

Demikianlah ciri kader, dimanapun dia berada terus-menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah da'wah ini, tumbuh dari seseorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu atau berjuta-juta orang.Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna,Antum ruhun jadidah tasri fi jasadil ummah. Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al Qur'an. Jangan ada sesudah ini, kader yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk merasakan eksistensi dirinya.

Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT., ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah SWT., baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan terlihat orang. Kemanapun pergi, ia tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing karena Allah senantiasa bersamanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan Rasul-Nya, ummat dan alam semesta senantiasa.Kehebatan Namrud bagi nabi Ibrahim AS tidak ada artinya, tidaklah sendirian. Allah bersamanya dan alam semesta selalu bersamanya. Api yang berkobar-kobar yang dinyalakan Namrud untuk membinasakan dirinya, ternyata satu korps denganya dalam menunaikan tugas pengabdian kepada Allah. Alih-alih dari menghanguskanya, justeru malah menjadi bardan wa salaman (penyejuk dan penyelamat).

Karena itu, kader sejati yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa membuka jalan bagi pejuang da'wah sesuai dengan janji-Nya, intanshurullah yan shurkum wa yutsabbit aqdamakum (jika kamu menolong Allah, Ia pasti menolongmu dan mengokohkan langkahmu).Semoga para kader mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT di tengah derasnya arus dan badai perusakan ummat. Kita harus yakin sepenuhnya akan pertolongan Allah SWT dan bukan yakin dan percaya pada diri sendiri.

Masukkan diri dalam benteng-benteng kekuatan usrah atau halaqah tempat junud da'wah melingkar dalam satu benteng perlindungan, menghimpun bekal dan amunisi untuk terjun ke arena pertarungan haq dan bathil yang berat dan menuntut pengorbanan. Disanalah kita mentarbiyah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian pelipur kesediaan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru. Generasi yang siap memikul beban da'wah dan menegakkan Islam. Inilah harapan baru bagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Al Qur'an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin. Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang Berkilau di pandang orang Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi Janganlah seperti asap Yang mengangkat diri tinggi di langit Padahal dirinya rendah-hina

(ALMARHUM Ust KH Rahmat Abdullah)

Monday, March 02, 2009

Bab 16 Riyadus Solihin Jilid 1

Perintah Memelihara Sunnah Dan Adab-adabnya

Allah Ta'ala berfirman:

"Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepadamu semua, maka ambillah itu - yakni lakukanlah -dan apa saja yang dilarang olehnya, maka hentikanlah itu." (al-Hasyr: 7)

Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Ia - yakni Muhammad - itu tidaklah berkata-kata dengan kemauannya sendiri. Itu tiada lain kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya." (an-Najm: 3-4)

Juga Allah Ta'ala berfirman pula:
"Katakanlah-hai Muhammad, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah tentu mencintai engkau semua dan akan mengampuni dosa-dosamu." (ali-lmran: 31)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan niscayalah di dalam peribadi Rasulullah itu merupakan ikutan - teladan - yang baik bagimu semua, juga bagi orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhir." (al-Ahzab: 21)

Allah Ta'ala berfirman lagi
"Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum beriman benar-benar sebeium mereka meminta keputusan kepadamu dalam perkara-perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan yang engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat." (an-Nisa': 65)

Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Jikalau engkau semua memperselisihkan dalam sesuatu persoalan, maka kembalikanlah itu kepada Allah dan RasulNya, apabila engkau semua benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir." (an-Nisa': 59)

Para alim-ulama berkata: "Maksudnya itu ialah supaya dikembalikan sesuai dengan al-Kitab - al-Quran - dan as-Sunnah - al-Hadis."

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Barangsiapa mentaati Rasul ia telah benar-benar mentaati Allah." (an-Nisa')

Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya engkau itu niscayalah memberikan petunjuk kejalan yang lurus yaitu jalan Allah.'' (asy-Syura: 52-53)

Allah Ta'ala berfirman:
"Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu menjadi takut, supaya jangan sampai tertimpa oleh kefitnahan atau tertimpa oleh siksa yang pedih." (an-Nur: 63)

Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan ingat-ingatlah olehmu semua - kaum wanita - apa-apa yang dibaca dalam rumahrumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmat - ilmu pengetahuan." (al-Ahzab: 34)

Ayat-ayat dalam bab ini amat banyaknya.
Adapun Hadis-hadisnya ialah:

Pertama: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bersabda: "Tinggalkanlah apa yang saya tinggalkan untukmu semua -maksudnya: Jangan ditanyakan apa yang tidak saya terangkan kepadamu semua, karena hanyasanya yang menyebabkan kerusakan orang-orang - ummat -yang sebelumnya itu ialah sebab banyaknya mereka bertanya-tanya - yang tidak berfaedah - lagi pula mereka suka menyalahi kepada Nabi-nabi mereka. Oleh sebab itu jikalau saya melarang padamu akan sesuatu hal, maka jauhilah itu dan jikalau saya memerintah padamusemua akan sesuatu perkara, maka lakukanlah itu sekuat usahamu."
(Muttafaq 'alaih)

Keterangan:

Isi yang terkandung dalam Hadis ini ialah:
Sesuatu yang merupakan larangan, maka samasekali jangan dilakukan, tetapi kalau berupa perintah, cobalah lakukan sedapat-dapatnya dan jangan putusasa untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Misalnya shalat di waktu sakit: Tidak dapat dengan berdiri, lakukan dengan duduk; tidak dapat dengan duduk, boleh dengan berbaring dan pendek kata sedapat mungkin, asal jangan ditinggalkan sekalipun hanya dengan isyarat memejamkan serta membuka mata dalam melakukan shalat itu.

Allah telah berfirman:
"Allah tidak memaksa pada seseorang melainkan menurut kekuatannya." Ummatnya Nabi Musa 'alaihissalam yang meminta pada beliau sebagaimana kata mereka yang diuraikan dalam al-Quran:
"Tampakkanlah pada kita Allah hu dengan terang-terangan."
Bukankah ini permintaan yang melampaui batas dan tidak bermanfaat sedikitpun?
Juga seperti ummatnya Nabi Isa 'alaihissalam sebagaimana yang diterangkan dalam
al-Quran pula.

Mereka berkata:
"Adakah Tuhan Tuan dapat menurunkan pada kita hidangan dari langit?" Mereka menyangka bahwa Allah tidak kuasa melakukannya. Tetapt setelah dikabulkan permintaan mereka, tetap masih banyak yang ingkar dan kufur. Bukankah ini keterlaluan yang luarbiasa?Menyalahi Nabi-nabinya sendiri sehingga menyebabkan timbul bid'ah yang bermacam-macam dan lain-lain lagi.

Adapun kalau berselisih dalam memahamkan hukum cabang (furu'iyah), maka itu tidaklah menjadi bahaya sebagaimana sabda Nabi s.a.w.:
"Perselisihan ummatku adalah rahmat."
Tetapi perselisihan yang berbahaya dan tercela ialah apabila soal-soal cabang atau perincian-perincian itu dibesar-besarkan hingga menjadi retaknya barisan ummat Islam dalam menghadapi lawannya. Ini sungguh terlarang dalam agama sebagaimana firman Allah:
"Dan janganlah engkau semua bercerai-berai, maka akan lemahlah engkau semua dan
lenyaplah kekuatanmu."

Kedua: Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pernah memberikan wejangan kepada kita semua, yaitu suatu wejangan yang mengesankan sekali, hati dapat menjadi takut karenanya, matapun dapat bercucuran. Kita lalu berkata: "Ya Rasulullah,seolah-olah itu adalah wejangan seseorang yang hendak bermohon diri. Oleh sebab itu, berilah wasiat kepada kita semua!"

Beliau s.a.w. bersabda:
"Saya berwasiat kepadamu semua, hendaklah engkau semua bertaqwa kepada Allah, juga suka mendengarkan dan mentaati -pemerintahan - sekalipun yang memerintah atasmu itu seorang hambasahaya Habsyi. Karena sesungguhnya saja, barangsiapa yang masih hidup panjang di antara engkau semua itu ia akan melihat berbagai perselisihan yang banyak sekali. Maka dari itu hendaklah engkau semua menetapi sunnahku dan sunnah para Khalifah Arrasyidun yang memperoleh petunjuk - Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiallahu 'annum; gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi taringmu - yakni pegang teguhlah itu sekuat-kuatnya. Jauhilah olehmu semua dari melakukan perkara-perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnya segala sesuatu kebid'ahan itu adalah sesat."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa
ini adalah Hadis hasan shahih.

Keterangan:

Banyak sekali hal-hal penting yang terkandung dalam Hadis ini, di antaranya ialah:

  1. Orang yang berpamit yakni hendak meninggal dunia,sebab isi nasihatnya itu sangat mendalam.
  2. Memang kita wajib taat pada pemimpin-pemimpin kita yang memegang pemerintahan itu, apabila mereka itu tetap menjalankan pemerintahan sebagaimana yang diridhai oleh Allah.
  3. Sunnahku yakni perjalanan dan sari hidupku.
  4. Khalifah-khalifah Arrasyidun yakni pengganti-pengganti Nabi yang bijaksana dan senantiasa mengikuti kebenaran. Mereka itu ialah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiallahu 'anhum.
  5. Gigitlah teguh-teguh yakni peganglah selalu sekuat-kuatmu dan jangan sampai terlepas sedetikpun.
  6. Apa yang disabdakan Nabi s.a.w. ini agaknya kini telah tampak benar, bukanlah bermacam-macam perselisihan yang kita hadapi sekarang, baik karena banyak faham yang tumbuh atau memang percekcokan sesama ummat Islam sendiri dan lain-lain sebab lagi. Karena itu satu-satunya jalan agar kita tetap selamat di dunia dan akhirat ialah dengan berpegang teguh pada sunnah Nabi s.a.w. dan sunnah khalifah-khalifah Arrasyidun, yang pokok kesemuanya itu ialah dalam kandungan al-Quran dan Hadis.
  7. Bid'ah yakni sesuatu yang tidakada dalam agama lalu diada-adakan sehingga seolah-olah itu jugatermasuk dalam agama. Bid'ah yang sedemikian inilah yang sesat dan setiap yang sesat pasti ke neraka sebagaimana dalam Hadis lain disebutkan:
    "Maka sesungguhnya setiap sesuatu yang diada-adakan, itu bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah di dalam neraka."
  8. Tetapi kalau yang diada-adakan itu baik (bid'ah hasanah), maka tentu saja tidak terlarang seperti mendirikan sekolah-sekolah (madrasah), pondok-pondok, pesantrenpesantren dengan cara yang serba moden. Semua tidak terlarang sekalipun dalam zaman Rasulullah s.a.w. belum ada.

Ketiga: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Semua ummatku itu dapat memasuki syurga, melainkan orang yang enggan - tidak
suka."
Beliau ditanya: "Siapakah orang yang enggan itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab:
"Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia dapat memasuki syurga dan barangsiapa
yang bermaksiat padaku - menyalahi ajaranku, maka dialah orang yang benar-benar enggan."
(Riwayat Bukhari)


Keempat: Dari Abu Muslim; ada yang mengatakan, dari Abu lyas, yaitu Salamah bin 'Amr bin al-Akwa' r.a., bahwasanya ada seorang lelaki disisi Rasulullah s.a.w., makan dengan tangan kirinya. Kemudian beliau s.a.w. bersabda padanya: "Makanlah dengan tangan kananmu!" Orang itu berkata: "Aku tidak dapat." Beliau s.a.w. bersabda: "Jadi engkau tidak dapat?" Sebenarnya ia berbuat demikian itu hanyalah karena terdorong oleh kecongkaannya belaka. Akhirnya ia benar-benar tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya -
untuk selama-lamanya." (Riwayat Muslim)

Kelima: Dari Abu Abdillah yaitu an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hendaklah engkau semua benar-benar meratakan barisan-barisanmu - dalam shalat, atau kalau tidak suka meratakan barisan, pastilah Allah akan membalikkan antara wajahwajahmu semua -maksudnya ialah bahwa Allah akan memasukkan rasa permusuhan, saling benci membenci dan perselisihan pendapat dalam hatimu semua." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
"Rasulullah s.a.w. itu meratakan barisan-barisan kita sehingga seolah-olah beliau itu meratakan letaknya anak panah, sampai-sampai beliau meyakinkan bahwa kita semua telah mengerti betul-betul akan meratakan barisan itu. Selanjutnya pada suatu hari beliau keluar - untuk bersembahyang - kemudian berdiri sehingga hampir-hampir beliau akan bertakbir. Tiba-tiba beliau melihat ada seorang yang menonjol dadanya - agak ke muka sedikit dari barisannya - lalu beliau bersabda:
"Hai hamba-hamba Allah, hendaklah engkau semua benar-benar meratakan barisanmu, atau kalau tidak suka meratakan barisan, pastilah Allah akan membalikkan antara wajah-wajahmu semua."

Keterangan:
Dalam Hadis di atas terdapat anjuran yang sangat keras agar di waktu shalat, barisan itu benar-benar dilempangkan, diratakan dan diluruskan sekencang-kencangnya. Selain itu terdapat keterangan pula perihal dibolehkannya berkata-kata dalam waktu antara selesai-nya iqamah dengan akan dilakukannya shalat, tetapi kata-kata itu hendaknya yang bermanfaat dan berguna.

Keenam: Dari Abu Musa r.a. katanya:
"Ada sebuah rumah di Madinah yang terbakar mengenai penghuni-penghuninya di waktu malam. Setelah hal mereka itu diberitahukan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya api itu adalah musuhmu semua. Maka dari itu, jikalau engkau semua
tidur, padamkan sajalah api itu dari padamu." (Muttafaq 'alaih)

Ketujuh: Dari Abu Musa r.a. juga, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai bumi.Di antara bumi itu ada bagian yang baik,yaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang yang banyak sekali, tetapi di antara bumi itu ada pula yang gersang, menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang tertahan itu Allah lalu memberikan kemanfaatan kepada para manusia, karena mereka dapat minum daripadanya, dapat menyiram dan menanam. Ada pula hujan itu mengenai bagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin. Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang yang pandai dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi. Maka orang itupun mengetahuinya - mempelajarinya, kemudian mengajarkannya - yang ini diumpamakan bumi yang dapat menerima air atau dapat menahan air, dan itu pulalah contohnya orang yang tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya dirasulkan - ini contohnya bumi yang rata dan licin." (Muttafaq 'alaih)

Faquha, dengan dhammahnya qaf adalah menurut yang masyhur digunakan. Ada pula yang mengatakan dengan dikasrahkan berbunyi Faqiha), artinya menjadi pandai atau ahli fiqih.


Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaanku dan perumpamaan engkau semua itu adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api, kemudian banyaklah belalang dan kupu-kupu yang jatuh dalam api tadi, sedang orang itu mencegah binatang-binatang itu jangan sampai terjun di situ. Saya ini - yakni Rasulullah s.a.w. - adalah seorang yang mengambil -memegang - pengikat celana serta sarungmu semua agar tidak sampai engkausemua terjun dalam neraka, tetapi engkau semua masih juga hendak lari dari peganganku." (Riwayat Muslim)

Al-janadib ialah seperti belalang dan kupu-kupu (dari golongan binatang kecil yang terbang), sedang Al-hujaz adalah jamaknya Hujzah, artinya tempat mengikatkan sarung atau celana.

Kesembilan: Dari Jabir r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. menyuruh menjilat tangan-tangan dan piring; beliau juga bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak tahu di tempat manakah yang ada berkahnya." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan lagi:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau suapan seseorang dari engkau semua itu jatuh, maka baiklah diambil kembali, kemudian hendaklah disingkirkan kotoran yang melekat di situ, selanjutnya hendaklah memakannya dan janganlah itu dibiarkan - ditinggalkan -untuk dimakan oleh syaitan. Jangan pula seseorang itu mengusap tangannya dengan saputangan - sehabis makan itu - sehingga jari-jarinya dijilat-jilatnya dulu, sebab seseorang itu tentulah tidak mengetahui di dalam makanan yang mana letaknya keberkahan."

Dalam riwayat Imam Muslim pula:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mendatangi seseorang di antara engkau semua di waktu ia melakukan segala sesuatu dari pekerjaannya, sampai-sampai syaitan itupun mendatangi orang itu di waktu ia makan. Maka dari itu jikalau suapan itu jatuh dari seseorang di antara engkau semua, maka hendaklah menyingkirkan kotoranRiyadhus kotoran yang melekat di situ, kemudian makanlah dan jangan dibiarkan untuk dimakan oleh syaitan."

Kesepuluh: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. berdiri di hadapan kita semua untuk memberikan nasihat. Beliau bersabda:
"Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua itu akan dikumpulkan kepada Allah Ta'ala dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan kuncup - tidak dikhitan, sebagaimana firman Allah Ta'ala yang artinya: "Sebagaimana Kami memulai membuat makhluk untuk pertama kalinya, maka itulah yang Kami ulangkan kembali. Sedemikian adalah janji atas Kami sendiri,sesungguhnya Kami akan melaksanakan yang sedemikian itu." (al-Anbiya': 104)

"Ingatlah, bahwasanya pertama-tama makhluk yang diberi pakaian pada hari kiamat ialah Ibrahim a.s. Ingatlah, bahwasanya Ibrahim itu akan didatangkan dengan disertai beberapa orang dari ummatku, kemudian orang-orang itu diseret ke sebelah kiri -maksudnya ke arah neraka. Saya berkata: "Ya Tuhanku, mereka adalah sahabat-sahabatku." Lalu kepadaku dikatakan: "Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu." Oleh sebab itu saya berkata sebagaimana yang diucapkan oleh seseorang hamba yang shalih - yakni Nabiullah Isa a.s.: "Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka - semasih sama-sama di dunia," hingga ucapannya "Maha Mulia Serta Bijaksana."

Lengkapnya ucapan Nabiullah Isa a.s. itu tersebut dalam sebuah ayat yang artinya:
"Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka. Tetapi setelah Engkau menghilangkan diriku, maka Engkaulah yang mengamat-amati atas kelakuan kelakuan mereka itu dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jikalau Engkau menyiksa mereka, maka mereka itupun hamba-hambaMu, tetapi jikalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia lagi Bijaksana." (al-Maidah: 117-118)

"Setelah itu lalu dikatakan kepadaku: "Sebenarnya mereka itu tidak henti-hentinya kembali pada kaki-kakinya - maksudnya menjadi murtad dari agama Allah - sejak engkau berpisah dengan mereka itu." (Muttafaq 'alsih)

Kesebelas: Dari Abu Said yaitu Abdullah bin Mughaffal r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu melarang berkhadzaf - yaitu melemparkan kerikil dengan jari telunjuk dan ibu jari yakni kerikil itu diletakkan di jari yang satu yakni ibu jari lalu dilemparkan dengan jari yang lain yakni jari telunjuk.
Selanjutnya ia berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan, tidak dapat pula membunuh musuh. Dan bahwasanya berkhadzaf itu dapat melepaskan mata - membutakannya - dan dapat juga merontokkan gigi." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan: Bahwasanya ada seorang keluarga dekat dari Ibnu Mughaffal berkhadzaf, lalu olehnya orang tersebut dilarang dan berkata bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu dan berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan." Kemudian orang yang dilarangnya itu masih mengulangi lagi perbuatannya. Lalu Ibnu Mughaffal berkata: "Saya telah memberitahukan kepadamu bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu, tetapi engkau masih juga mengulangi perbuatanmu. Mulai sekarang saya tidak akan berbicara lagi padamu selama-lamanya."

Keterangan:
Hadis ini menjelaskan bolehnya tidak menyapa atau tidak berbicara dengan para ahli pelaku kebid'ahan, orang-orang fasik serta para penentang dan pelanggar sunnah Rasulullah s.a.w., sekalipun hal itu dilakukan untuk selama-lamanya. Tetapi keadaan sedemikian itu wajib diakhiri, manakala mereka yang tersebut di atas itu sudah mengubah sikapnya dan suka mentaati ajaran-ajaran agama sebagaimana yang semestinya dilakukan oleh seorang muslim dan mu'min.

Dari'Abis bin Rabi'ah, katanya: "Saya melihat Umar bin Alkhaththab r.a. mencium batu hitam - hajar aswad -dan ia berkata: "Saya mengetahui bahwa engkau itu adalah batu, engkau tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak pula dapat membahayakan. Andaikata saya tidak melihat Rasulullah s.a.w. sendiri menciummu, pastilah aku juga tidak suka menciummu." (Muttafaq 'alaih)

 

Text