Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Ulasan Buku. Show all posts
Showing posts with label Ulasan Buku. Show all posts

Friday, October 09, 2009

Grow Stronger...day by day

الَّذِینَ یُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَیَخْشَوْنَهُ وَلَا یَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ وَآَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا

“Orang-orang yang menyampaikan risalah Tuhannya (Allah) dan takut hanya kepadanya tidak kepada lainnya, cukuplah Allah sebagai Pengira segala Amal dan makhluknya.”
( Al-Ahzab:39)

قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُم بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُم مِّن
جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِیرٌ لَّكُم بَيْنَ یَدَيْ عَذَابٍ شَدِیدٍ

Katakanlah !
Hanya sebuah wasiatku kepadamu, yalah, kamu akan menghadap kepada Allah berdua-dua dan sendiri. Kemudian renungkanlah dalam-dalam. Tidak ada sifat gila pada sahabat kamu itu (Muhammad). ía hanyalah seorang pembawa peringatan buat kamu dihadapan adzab yang pedih. (Saba':46)

قُلْ مَا سَأَلْتُكُم مِّنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ وَهُوَ عَلَى آُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ ( 47
Upah yang kuharapkan dari kamu adalah buat kamu. Balasan jasa buatku terserah kepada Allah, kerana ia menyaksikan segala sesuatu. (Saba' :47)

( قُلْ جَاء الْحَقُّ وَمَا یُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا یُعِيدُ ( 49
Telah datang kebenaran, dan kebathilan tidak bisa memulai sesuatu buat mengalahkan kebenaran dan tidak bisa mengembalikannya. (Saba':49)

ENAM PEGANGAN
  1. Agama hanya akan dapat dirasakan oleh orang yang menegakkan dia dalam dirinya.
  2. Bahagia dan sa’adah hanya akan dirasakan oleh orang yang membela keyakinan, kebenaran dan keadilan.
  3. Kemenangan dan kejayaan hakiki hanya akan diberikan kepada para pejuang yang rela berkorban, kuat menahankan penderitaan dan kepapaan.
  4. Kesabaran dan ketahanan berjuang hanya akan diberikan kepada Mukmin yang mendekatkan dirinya kepada Allah s.w.t.
  5. Tegaklah dengan keyakinan dan perjuangan, kerana makna dan guna hidup terletak pada keyakinan dan perjuangan.
  6. Belajarlah menfanakan diri guna kepentingan Cita dan Agama.
Taken from: Usrah & Dakwah by HAB

Saturday, September 05, 2009

Keutamaan Taubat dan Orang-orang yang Bertaubat dalam al Qur'an

Tentang dorongan dan anjuran untuk bertobat, Al Qur'an berbicara:

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).

Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Rabb semesta alam.

Dalam menceritakan tentang ibadurrahman yang Allah SWT berikan kemuliaan dengan menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan bagi mereka surga, di dalamnya mereka mendapatkan ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT:

"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)dosa(nya)." (QS. Al Furqaan: 68-70.).

Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu mendapatkan ampunan dari Allah SWT , hingga keburukan mereka digantikan dengan kebaikan? Dan dalam penjelasan tentang keluasan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah SWT berfirman:

"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)

Ayat ini membukakan pintu dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakuan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasulullah Saw:

"Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada kalian." (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami' Shagir - 5235)

Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdo'a kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman:

"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar." (QS.Ghaafir: 7-9).

Terdapat banyak ayat dalam Al Qur'an yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukan taubat jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar.
Seperti dalam firman Allah SWT:

"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? ." (QS. At-Taubah: 104)

"Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahankesalahan." (QS. Asy-Syuuraa: 25)

Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: "Yang mengampuni dosa dan menerima taubat." (QS. Ghaafir: 3)

Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah pria dan wanita yang mencuri:

"Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39)

"Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'aam: 54)

"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nahl: 119)

Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya "at-Tawwab" (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam al Quran sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do'a Ibrahim dan Isma'il a.s.:

"Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Baqarah: 128).

Juga seperti dalan sabda Nabi Musa kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi:

"Maka bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang ." (QS. Al Baqarah: 54)

Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya:
"Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu
memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)


copied from: Tuntutan BerTaubat Kepada Allah SWT by Yusuf Al-Qaradhawi

Tuesday, July 28, 2009

Sports Boycott Of Israel

Iran's double gold olympic champion, Arash Miresmaeili, favourite for the 2004 olympics - he forfeited his gold medal for boycotting Israel. Then he was threatened with sanctions from the International Judo Federation but he stood his ground:

"Although I have trained for months and am in shape, I refused to face my Israeli rival in sympathy with the oppressed Palestinian people . . . I am not upset about the decision I have made..."

Arash Miresmaeli
- A truly honourable sportsman


Friday, June 05, 2009

Faktor-faktor yang Membawa Keberhasilan

1. Iman yang tak tergoyahkan bahawa pendidikan adalah satu-satunyajalan untuk merubah masyarakat, membentuk pemimpin danmewujudkan cita-cita. Pemimpin gerakan itu, Hasan Al-Banna,menyedari bahawa pendidikan itu jalannya panjang dan kesulitannyabanyak. Hanya sedikit orang yang sabar menempuh jalannya yangpanjang dan kesulitannya yang banyak, iaitu orang yang berkemahuankeras. Tetapi Hasan Al-Banna yakin pula bahawa pendidikan itu satu-satunya jalan yang dapat menyampaikannya kepada tujuan dantidak ada jalan lain lagi. Itulah jalan yang ditempuh oleh Nabi SAWuntuk membentuk generasi teladan yang diridhai Tuhan, yang tidakpernah disaksikan bandingannya oleh dunia. Mereka inilah yangmelaksanakan pendidikan bagi berbagai bangsa dan mengarahkannyakepada kebenarah dan kebaikan.

2. Rencana pendidikan mempunyai tujuan tertentu, langkah-langkahyang jelas, sumber yang terang, bahagian-bahagian yang salingmendukung, dengan sistem beraneka ragam dan ditegakkan atas falsafahyang jelas, digali dari ajaran Islam bukan dari ajaran lainnya.

3. Suasana kebersamaan yang positif, yang dibina oleh jamaah. Hal ituakan membantu setiap anggotanya untuk hidup secara Islam, melaluisugesti (nasihat), contoh teladan, persamaan perasaan dan tindakan.Manusia menjadi lemah bila menyendiri dan menjadi kuat denganjamaahnya. Jamaah merupakan kekuatan untuk menegakkan kebaikandan ketaatan serta merupakan perisai terhadap kejahatan dan maksiat.

4. Pemimpin yang mendidik dengan bakat, ilmu dan pengalamannyayang dianugerahkan kepadanya kekuatan iman yang luar biasa,membekas pada setiap hati orang yang berhubungan dengannya,melimpah dari hatinya ke hati orang-orang di sekitamya. Dia sepertidinamo yang dari kekuatannya hati mereka diisi dengan "kekuatan" Kata-kata bila keluar dari hati langsung masuk ke hati pendengarnya tanpa memerlukan keizinan, tetapi bila keluar hanyadari lidah maka pengaruhnya tidak akan melampaui telinga. Orang yangmemiliki hati yang hiduplah yang dapat mempengaruhi pendengar danpengikutnya. Sedangkan orang yang mempunyai hati yang matitidaklah mampu menghidupkan hati orang lain. Sebab orang yang tidakmemiliki sesuatu tidak dapat memberikannya kepada orang lain danwanita yang tidur tidak sama dengan wanita yang kehilangan anak.

5. Adalah sejumlah pendidik yang ikhlas, kuat dan terpercaya yangmeyakini jalan yang dibentangkan oleh pimpinan. Mereka mempunyaipengaruh terhadap murid-muridnya dan mereka ini menjadi pendidik -pendidik bagi generasi sesudahnya, demikianlah seterusnya.Dengan para pendidik di sini tidaklah saya maksudkan alumni PerguruanTinggi Ilmu Pendidikan atau pemegang ijazah Majester (MA) dan Doktor dalampendidikan. Yang saya maksudkan ialah orang yang memiliki "kualiti" iman yangtinggi, kekuatan jiwa, keberanian hati, kekerasan kemahuan, kelapangan dada dankesanggupan mempengaruhi orang lain. Mungkin mereka seorang jurutera ataupegawai rendahan atau pedagang atau buruh, diantara orang-orang yang tidakmempelajari dasar-dasar pendidikan atau sistemnya.

6. Cara pelaksanaan yang bermacam-macam, yang bersifat peribadi,yang bersifat kelompok, yang bersifat teori, yang bersifat praktikal, yangbersifat pemikiran, yang bersifat perasaan, yang berbentuk perintah danyang berbentuk larangan semua itu dilaksanakan dalam bentuk pelajaran,ceramah, seminar, diskusi dan pendekatan peribadi, begitu pula syairsyairyang dihafal, bacaan-bacaan yang diulang-ulang, nyanyian-nyanyiandengan kata-kata, irama dan lagunya mempunyai pengaruh tertentu . . .pertemuan-pertemuan bergilir dari kelompok-kelompok di rumahrumah dengan acara membaca Al Qur-an, memperluas ilmu pengetahuan, ibadat dan memperkuat tali persaudaraan, semuanya itu dinamakan kelompok "keluarga" yang menanamkan perasaan cinta dankasih sayang di antara anggota-anggota keluarga itu.

Disalin drpd buku Madrasah Tarbiyyah Hassan Al-Banna

Monday, March 02, 2009

Bab 16 Riyadus Solihin Jilid 1

Perintah Memelihara Sunnah Dan Adab-adabnya

Allah Ta'ala berfirman:

"Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepadamu semua, maka ambillah itu - yakni lakukanlah -dan apa saja yang dilarang olehnya, maka hentikanlah itu." (al-Hasyr: 7)

Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Ia - yakni Muhammad - itu tidaklah berkata-kata dengan kemauannya sendiri. Itu tiada lain kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya." (an-Najm: 3-4)

Juga Allah Ta'ala berfirman pula:
"Katakanlah-hai Muhammad, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah tentu mencintai engkau semua dan akan mengampuni dosa-dosamu." (ali-lmran: 31)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan niscayalah di dalam peribadi Rasulullah itu merupakan ikutan - teladan - yang baik bagimu semua, juga bagi orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhir." (al-Ahzab: 21)

Allah Ta'ala berfirman lagi
"Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum beriman benar-benar sebeium mereka meminta keputusan kepadamu dalam perkara-perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan yang engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat." (an-Nisa': 65)

Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Jikalau engkau semua memperselisihkan dalam sesuatu persoalan, maka kembalikanlah itu kepada Allah dan RasulNya, apabila engkau semua benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir." (an-Nisa': 59)

Para alim-ulama berkata: "Maksudnya itu ialah supaya dikembalikan sesuai dengan al-Kitab - al-Quran - dan as-Sunnah - al-Hadis."

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Barangsiapa mentaati Rasul ia telah benar-benar mentaati Allah." (an-Nisa')

Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya engkau itu niscayalah memberikan petunjuk kejalan yang lurus yaitu jalan Allah.'' (asy-Syura: 52-53)

Allah Ta'ala berfirman:
"Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu menjadi takut, supaya jangan sampai tertimpa oleh kefitnahan atau tertimpa oleh siksa yang pedih." (an-Nur: 63)

Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan ingat-ingatlah olehmu semua - kaum wanita - apa-apa yang dibaca dalam rumahrumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmat - ilmu pengetahuan." (al-Ahzab: 34)

Ayat-ayat dalam bab ini amat banyaknya.
Adapun Hadis-hadisnya ialah:

Pertama: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bersabda: "Tinggalkanlah apa yang saya tinggalkan untukmu semua -maksudnya: Jangan ditanyakan apa yang tidak saya terangkan kepadamu semua, karena hanyasanya yang menyebabkan kerusakan orang-orang - ummat -yang sebelumnya itu ialah sebab banyaknya mereka bertanya-tanya - yang tidak berfaedah - lagi pula mereka suka menyalahi kepada Nabi-nabi mereka. Oleh sebab itu jikalau saya melarang padamu akan sesuatu hal, maka jauhilah itu dan jikalau saya memerintah padamusemua akan sesuatu perkara, maka lakukanlah itu sekuat usahamu."
(Muttafaq 'alaih)

Keterangan:

Isi yang terkandung dalam Hadis ini ialah:
Sesuatu yang merupakan larangan, maka samasekali jangan dilakukan, tetapi kalau berupa perintah, cobalah lakukan sedapat-dapatnya dan jangan putusasa untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Misalnya shalat di waktu sakit: Tidak dapat dengan berdiri, lakukan dengan duduk; tidak dapat dengan duduk, boleh dengan berbaring dan pendek kata sedapat mungkin, asal jangan ditinggalkan sekalipun hanya dengan isyarat memejamkan serta membuka mata dalam melakukan shalat itu.

Allah telah berfirman:
"Allah tidak memaksa pada seseorang melainkan menurut kekuatannya." Ummatnya Nabi Musa 'alaihissalam yang meminta pada beliau sebagaimana kata mereka yang diuraikan dalam al-Quran:
"Tampakkanlah pada kita Allah hu dengan terang-terangan."
Bukankah ini permintaan yang melampaui batas dan tidak bermanfaat sedikitpun?
Juga seperti ummatnya Nabi Isa 'alaihissalam sebagaimana yang diterangkan dalam
al-Quran pula.

Mereka berkata:
"Adakah Tuhan Tuan dapat menurunkan pada kita hidangan dari langit?" Mereka menyangka bahwa Allah tidak kuasa melakukannya. Tetapt setelah dikabulkan permintaan mereka, tetap masih banyak yang ingkar dan kufur. Bukankah ini keterlaluan yang luarbiasa?Menyalahi Nabi-nabinya sendiri sehingga menyebabkan timbul bid'ah yang bermacam-macam dan lain-lain lagi.

Adapun kalau berselisih dalam memahamkan hukum cabang (furu'iyah), maka itu tidaklah menjadi bahaya sebagaimana sabda Nabi s.a.w.:
"Perselisihan ummatku adalah rahmat."
Tetapi perselisihan yang berbahaya dan tercela ialah apabila soal-soal cabang atau perincian-perincian itu dibesar-besarkan hingga menjadi retaknya barisan ummat Islam dalam menghadapi lawannya. Ini sungguh terlarang dalam agama sebagaimana firman Allah:
"Dan janganlah engkau semua bercerai-berai, maka akan lemahlah engkau semua dan
lenyaplah kekuatanmu."

Kedua: Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pernah memberikan wejangan kepada kita semua, yaitu suatu wejangan yang mengesankan sekali, hati dapat menjadi takut karenanya, matapun dapat bercucuran. Kita lalu berkata: "Ya Rasulullah,seolah-olah itu adalah wejangan seseorang yang hendak bermohon diri. Oleh sebab itu, berilah wasiat kepada kita semua!"

Beliau s.a.w. bersabda:
"Saya berwasiat kepadamu semua, hendaklah engkau semua bertaqwa kepada Allah, juga suka mendengarkan dan mentaati -pemerintahan - sekalipun yang memerintah atasmu itu seorang hambasahaya Habsyi. Karena sesungguhnya saja, barangsiapa yang masih hidup panjang di antara engkau semua itu ia akan melihat berbagai perselisihan yang banyak sekali. Maka dari itu hendaklah engkau semua menetapi sunnahku dan sunnah para Khalifah Arrasyidun yang memperoleh petunjuk - Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiallahu 'annum; gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi taringmu - yakni pegang teguhlah itu sekuat-kuatnya. Jauhilah olehmu semua dari melakukan perkara-perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnya segala sesuatu kebid'ahan itu adalah sesat."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa
ini adalah Hadis hasan shahih.

Keterangan:

Banyak sekali hal-hal penting yang terkandung dalam Hadis ini, di antaranya ialah:

  1. Orang yang berpamit yakni hendak meninggal dunia,sebab isi nasihatnya itu sangat mendalam.
  2. Memang kita wajib taat pada pemimpin-pemimpin kita yang memegang pemerintahan itu, apabila mereka itu tetap menjalankan pemerintahan sebagaimana yang diridhai oleh Allah.
  3. Sunnahku yakni perjalanan dan sari hidupku.
  4. Khalifah-khalifah Arrasyidun yakni pengganti-pengganti Nabi yang bijaksana dan senantiasa mengikuti kebenaran. Mereka itu ialah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiallahu 'anhum.
  5. Gigitlah teguh-teguh yakni peganglah selalu sekuat-kuatmu dan jangan sampai terlepas sedetikpun.
  6. Apa yang disabdakan Nabi s.a.w. ini agaknya kini telah tampak benar, bukanlah bermacam-macam perselisihan yang kita hadapi sekarang, baik karena banyak faham yang tumbuh atau memang percekcokan sesama ummat Islam sendiri dan lain-lain sebab lagi. Karena itu satu-satunya jalan agar kita tetap selamat di dunia dan akhirat ialah dengan berpegang teguh pada sunnah Nabi s.a.w. dan sunnah khalifah-khalifah Arrasyidun, yang pokok kesemuanya itu ialah dalam kandungan al-Quran dan Hadis.
  7. Bid'ah yakni sesuatu yang tidakada dalam agama lalu diada-adakan sehingga seolah-olah itu jugatermasuk dalam agama. Bid'ah yang sedemikian inilah yang sesat dan setiap yang sesat pasti ke neraka sebagaimana dalam Hadis lain disebutkan:
    "Maka sesungguhnya setiap sesuatu yang diada-adakan, itu bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah di dalam neraka."
  8. Tetapi kalau yang diada-adakan itu baik (bid'ah hasanah), maka tentu saja tidak terlarang seperti mendirikan sekolah-sekolah (madrasah), pondok-pondok, pesantrenpesantren dengan cara yang serba moden. Semua tidak terlarang sekalipun dalam zaman Rasulullah s.a.w. belum ada.

Ketiga: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Semua ummatku itu dapat memasuki syurga, melainkan orang yang enggan - tidak
suka."
Beliau ditanya: "Siapakah orang yang enggan itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab:
"Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia dapat memasuki syurga dan barangsiapa
yang bermaksiat padaku - menyalahi ajaranku, maka dialah orang yang benar-benar enggan."
(Riwayat Bukhari)


Keempat: Dari Abu Muslim; ada yang mengatakan, dari Abu lyas, yaitu Salamah bin 'Amr bin al-Akwa' r.a., bahwasanya ada seorang lelaki disisi Rasulullah s.a.w., makan dengan tangan kirinya. Kemudian beliau s.a.w. bersabda padanya: "Makanlah dengan tangan kananmu!" Orang itu berkata: "Aku tidak dapat." Beliau s.a.w. bersabda: "Jadi engkau tidak dapat?" Sebenarnya ia berbuat demikian itu hanyalah karena terdorong oleh kecongkaannya belaka. Akhirnya ia benar-benar tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya -
untuk selama-lamanya." (Riwayat Muslim)

Kelima: Dari Abu Abdillah yaitu an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hendaklah engkau semua benar-benar meratakan barisan-barisanmu - dalam shalat, atau kalau tidak suka meratakan barisan, pastilah Allah akan membalikkan antara wajahwajahmu semua -maksudnya ialah bahwa Allah akan memasukkan rasa permusuhan, saling benci membenci dan perselisihan pendapat dalam hatimu semua." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
"Rasulullah s.a.w. itu meratakan barisan-barisan kita sehingga seolah-olah beliau itu meratakan letaknya anak panah, sampai-sampai beliau meyakinkan bahwa kita semua telah mengerti betul-betul akan meratakan barisan itu. Selanjutnya pada suatu hari beliau keluar - untuk bersembahyang - kemudian berdiri sehingga hampir-hampir beliau akan bertakbir. Tiba-tiba beliau melihat ada seorang yang menonjol dadanya - agak ke muka sedikit dari barisannya - lalu beliau bersabda:
"Hai hamba-hamba Allah, hendaklah engkau semua benar-benar meratakan barisanmu, atau kalau tidak suka meratakan barisan, pastilah Allah akan membalikkan antara wajah-wajahmu semua."

Keterangan:
Dalam Hadis di atas terdapat anjuran yang sangat keras agar di waktu shalat, barisan itu benar-benar dilempangkan, diratakan dan diluruskan sekencang-kencangnya. Selain itu terdapat keterangan pula perihal dibolehkannya berkata-kata dalam waktu antara selesai-nya iqamah dengan akan dilakukannya shalat, tetapi kata-kata itu hendaknya yang bermanfaat dan berguna.

Keenam: Dari Abu Musa r.a. katanya:
"Ada sebuah rumah di Madinah yang terbakar mengenai penghuni-penghuninya di waktu malam. Setelah hal mereka itu diberitahukan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya api itu adalah musuhmu semua. Maka dari itu, jikalau engkau semua
tidur, padamkan sajalah api itu dari padamu." (Muttafaq 'alaih)

Ketujuh: Dari Abu Musa r.a. juga, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai bumi.Di antara bumi itu ada bagian yang baik,yaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang yang banyak sekali, tetapi di antara bumi itu ada pula yang gersang, menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang tertahan itu Allah lalu memberikan kemanfaatan kepada para manusia, karena mereka dapat minum daripadanya, dapat menyiram dan menanam. Ada pula hujan itu mengenai bagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin. Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang yang pandai dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi. Maka orang itupun mengetahuinya - mempelajarinya, kemudian mengajarkannya - yang ini diumpamakan bumi yang dapat menerima air atau dapat menahan air, dan itu pulalah contohnya orang yang tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya dirasulkan - ini contohnya bumi yang rata dan licin." (Muttafaq 'alaih)

Faquha, dengan dhammahnya qaf adalah menurut yang masyhur digunakan. Ada pula yang mengatakan dengan dikasrahkan berbunyi Faqiha), artinya menjadi pandai atau ahli fiqih.


Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaanku dan perumpamaan engkau semua itu adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api, kemudian banyaklah belalang dan kupu-kupu yang jatuh dalam api tadi, sedang orang itu mencegah binatang-binatang itu jangan sampai terjun di situ. Saya ini - yakni Rasulullah s.a.w. - adalah seorang yang mengambil -memegang - pengikat celana serta sarungmu semua agar tidak sampai engkausemua terjun dalam neraka, tetapi engkau semua masih juga hendak lari dari peganganku." (Riwayat Muslim)

Al-janadib ialah seperti belalang dan kupu-kupu (dari golongan binatang kecil yang terbang), sedang Al-hujaz adalah jamaknya Hujzah, artinya tempat mengikatkan sarung atau celana.

Kesembilan: Dari Jabir r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. menyuruh menjilat tangan-tangan dan piring; beliau juga bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak tahu di tempat manakah yang ada berkahnya." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan lagi:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau suapan seseorang dari engkau semua itu jatuh, maka baiklah diambil kembali, kemudian hendaklah disingkirkan kotoran yang melekat di situ, selanjutnya hendaklah memakannya dan janganlah itu dibiarkan - ditinggalkan -untuk dimakan oleh syaitan. Jangan pula seseorang itu mengusap tangannya dengan saputangan - sehabis makan itu - sehingga jari-jarinya dijilat-jilatnya dulu, sebab seseorang itu tentulah tidak mengetahui di dalam makanan yang mana letaknya keberkahan."

Dalam riwayat Imam Muslim pula:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mendatangi seseorang di antara engkau semua di waktu ia melakukan segala sesuatu dari pekerjaannya, sampai-sampai syaitan itupun mendatangi orang itu di waktu ia makan. Maka dari itu jikalau suapan itu jatuh dari seseorang di antara engkau semua, maka hendaklah menyingkirkan kotoranRiyadhus kotoran yang melekat di situ, kemudian makanlah dan jangan dibiarkan untuk dimakan oleh syaitan."

Kesepuluh: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. berdiri di hadapan kita semua untuk memberikan nasihat. Beliau bersabda:
"Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua itu akan dikumpulkan kepada Allah Ta'ala dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan kuncup - tidak dikhitan, sebagaimana firman Allah Ta'ala yang artinya: "Sebagaimana Kami memulai membuat makhluk untuk pertama kalinya, maka itulah yang Kami ulangkan kembali. Sedemikian adalah janji atas Kami sendiri,sesungguhnya Kami akan melaksanakan yang sedemikian itu." (al-Anbiya': 104)

"Ingatlah, bahwasanya pertama-tama makhluk yang diberi pakaian pada hari kiamat ialah Ibrahim a.s. Ingatlah, bahwasanya Ibrahim itu akan didatangkan dengan disertai beberapa orang dari ummatku, kemudian orang-orang itu diseret ke sebelah kiri -maksudnya ke arah neraka. Saya berkata: "Ya Tuhanku, mereka adalah sahabat-sahabatku." Lalu kepadaku dikatakan: "Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu." Oleh sebab itu saya berkata sebagaimana yang diucapkan oleh seseorang hamba yang shalih - yakni Nabiullah Isa a.s.: "Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka - semasih sama-sama di dunia," hingga ucapannya "Maha Mulia Serta Bijaksana."

Lengkapnya ucapan Nabiullah Isa a.s. itu tersebut dalam sebuah ayat yang artinya:
"Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka. Tetapi setelah Engkau menghilangkan diriku, maka Engkaulah yang mengamat-amati atas kelakuan kelakuan mereka itu dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jikalau Engkau menyiksa mereka, maka mereka itupun hamba-hambaMu, tetapi jikalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia lagi Bijaksana." (al-Maidah: 117-118)

"Setelah itu lalu dikatakan kepadaku: "Sebenarnya mereka itu tidak henti-hentinya kembali pada kaki-kakinya - maksudnya menjadi murtad dari agama Allah - sejak engkau berpisah dengan mereka itu." (Muttafaq 'alsih)

Kesebelas: Dari Abu Said yaitu Abdullah bin Mughaffal r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu melarang berkhadzaf - yaitu melemparkan kerikil dengan jari telunjuk dan ibu jari yakni kerikil itu diletakkan di jari yang satu yakni ibu jari lalu dilemparkan dengan jari yang lain yakni jari telunjuk.
Selanjutnya ia berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan, tidak dapat pula membunuh musuh. Dan bahwasanya berkhadzaf itu dapat melepaskan mata - membutakannya - dan dapat juga merontokkan gigi." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan: Bahwasanya ada seorang keluarga dekat dari Ibnu Mughaffal berkhadzaf, lalu olehnya orang tersebut dilarang dan berkata bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu dan berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan." Kemudian orang yang dilarangnya itu masih mengulangi lagi perbuatannya. Lalu Ibnu Mughaffal berkata: "Saya telah memberitahukan kepadamu bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu, tetapi engkau masih juga mengulangi perbuatanmu. Mulai sekarang saya tidak akan berbicara lagi padamu selama-lamanya."

Keterangan:
Hadis ini menjelaskan bolehnya tidak menyapa atau tidak berbicara dengan para ahli pelaku kebid'ahan, orang-orang fasik serta para penentang dan pelanggar sunnah Rasulullah s.a.w., sekalipun hal itu dilakukan untuk selama-lamanya. Tetapi keadaan sedemikian itu wajib diakhiri, manakala mereka yang tersebut di atas itu sudah mengubah sikapnya dan suka mentaati ajaran-ajaran agama sebagaimana yang semestinya dilakukan oleh seorang muslim dan mu'min.

Dari'Abis bin Rabi'ah, katanya: "Saya melihat Umar bin Alkhaththab r.a. mencium batu hitam - hajar aswad -dan ia berkata: "Saya mengetahui bahwa engkau itu adalah batu, engkau tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak pula dapat membahayakan. Andaikata saya tidak melihat Rasulullah s.a.w. sendiri menciummu, pastilah aku juga tidak suka menciummu." (Muttafaq 'alaih)

Friday, August 08, 2008

Promote Buku best

Bismillahi walhamdulillah




Assalamualaikum wbt

Buku ini merupakan the most favourite. Mengupas sirah nabawiyah dengan cara yang berbeza, dalam rangka pembentukan sebuah negara Islam. Menceitakan bermula dari awal phase Islam berkembang di Makkah. Bagus untuk dimiliki dan dibaca, insyaAllah. Membuka lebih luas ruang berfikir dan manhaj 'haraki' yang sebenar.

Apa yang dimaksud dengan Manhaj Haraki?

Manhaj Haraki ialah langkah-langkah terprogram (manhajiah) yang ditempuh Nabi SAW dalam gerakan dakwahnya sejak kenabiannya sampai pulang kepada Allah. Jika kita ingin agar gerakan Islam yang kita lakukan berjalan secara benar, kita harus memerhatikan tahapan-tahapan pergerakan Rasulullah SAW langkah demi langkah serta mengikuti langkah-langkah tersebut. Firman Allah,

"Sesungguhnya telah ada dalam (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat... (Al-Ahzab,33:21)

Tidak diragukan lagi bahawa mengikuti langkah-langkah dan tahapan dakwah ini adalah masalah ta'abbudi. Jika kita mengikutinya, kita akan sampai kepada mardhatillah (Redha Allah).

Selain itu, ia merupakan panduan bagi gerakan Islam dalam langkah politisnya untuk mencapai sasaran menegakkan pemerintahan Allah di muka bumi.

Kami meyakini bahawa manhaj haraki ini merupakan taujih Rabbani 'arahan ilahi'. Allah sahajalah yang menuntun NabiNya dalam seluruh langkahnya. Ia bukan sekadar reaksi spontan terhadap situasi yang menghadangnya.

Selanjutnya, dapatlah kami sebutkan beberapa periode manhaj ini serta karakteristik dari periode-periode tersebut secara berasingan, tanpa menyebutkan rincian topik-topik dalam sirah nabawiyah , kecuali hal-hal yang diperlukan.

Periode-periode manhaj ini ditentukan dalam lima periode yang kami istilahkan sebagai berikut:

  • Periode pertama : Sirriyatu ad-Dakwah dan Sirriyatu at-Tanzhim (Dakwah secara sembunyi-sembunyi dan merahsiakan struktur organisasi).
  • Periode kedua : Jahriyatu ad-Dakwah dan Sirriyatu at-Tanzhim (Dakwah secara terang-terangan dan merahsiakan struktur organisasi).
  • Periode ketiga : Iqamatu ad-Daulah (Mendirikan negara)
  • Periode keempat : ad-Daulah wa Tatsbiti Da'a'imiha (Negara dan Penguatan tiang-tiangnya).
  • Periode kelima : Intisyaru ad-Dakwah fi al-Ardhi (Penyebaran dakwah di muka bumi)- masuk jilid 2

Jika kita harus memerhatikan awal dan akhir setiap periode, dapatlah kami sebutkan sebagai berikut:

  1. Periode pertama dimulai dari Bi'tsah Nabawiyah (pengangkatan sebagai nabi) sampai dengan turunnya firman Allah "wa andzir 'asyiratakal Aqrabi" (asy-Syu'araa,42: 214)
  2. Periode kedua berakhir pada tahun kesepuluh kenabian.
  3. Periode ketiga berakhir pada awal tahun pertama hijrah.
  4. Periode keempat berakhir dengan Shulhul Hudaibiyah.
  5. Periode kelima berakhir dengan wafatnya Rasulullah SAW.

Tidak perlu dijelaskan bahawan akhir setiap periode adalah awal periode berikutnya.

p/s: 'kami' disini merujuk kepada penulis/penerbit buku.

Wallahua'laam

Thursday, June 19, 2008

How many of us really perform Dhuha Prayer?

Volume 2, Page 29b: The excellence of the duha prayer
Many hadith describe the excellence of the duha prayer.

Abu Zharr reports that the Prophet sallallahu aleihi wasallam said: "Charity is required from every part of your body daily. Every saying of 'Glory be to Allah' is charity. Every saying of 'Praise be to Allah' is charity. Every saying of 'There is no God but Allah' is charity. Every saying of 'Allah is the Greatest' is charity. Ordering the good is charity. Eradicating the evil is charity. And what suffices for that (as a charity) are the two rak'at of duha." This is related by Ahmad, Muslim, and Abu Dawud.

Ahmad and Abu Dawud record from Buraidah that the Prophet sallallahu alehi wasallam said: "In a human (body) there are 360 joints and man must make a charity for each one." The people said: "Who can do that, O Messenger of Allah?" He responded: "One may cover the mucus that one finds in the mosque or remove something harmful from the road. If one could not do that, he could pray two rak'at of duha and that will be sufficient for him."

Talking of the legal import of these hadith, ash-Shaukani says: "These two hadith point to the greatness, excellence, and importance of the duha prayer, stressing its legality as its two rak'at suffice for 360 charities. Something like this should be performed regularly and persistently. The hadith also establish the importance of saying 'Glory be to Allah', 'Praise be to Allah', and 'There is no God but Allah.' And [the importance of] ordering the good, eradicating the evil, removing the spittle, removing what is harmful from the path, and such other acts that will fulfill what is required of a person of daily charities."

An-Nawas ibn Sam'an relates that the Prophet sallallahu alehi wasallam said: "Allah said: 'Son of Adam, do not fail in performing four rak'at in the early day as it will be sufficient for the latter part of the day."' This is related by al-Hakim and at-Tabarani and its narrators are trustworthy. Ahmad, at-Tirmizhi, Abu Dawud, and an-Nasa'i relate it on the authority of Na'im al-Ghatfani with a good chain. At-Tirmizhi's wording is: "Son of Adam, pray four rak'at for Me in the early day and it will be sufficient for you for the latter part of the day."

'Abdullah ibn 'Amr says: "The Messenger of Allah sent an expedition and they obtained lots of booty and returned quickly. The people talked about their quick victory, abundant booty, and quick return. At this the Messenger of Allah said: 'Shall I not guide you to a closer battle, a greater booty and a quicker return? Whoever makes wudu' and then goes to the mosque to pray duha, that is the closer battle, better booty, and quicker return."' This is related by Ahmad and at-Tabarani. Abu Ya'la has something similar to it.

Abu Hurairah says: "My friend [the Messenger of Allah] advised me to do three things: fasting three days of every month, praying the duha prayer, and praying the witr prayer before I sleep." This is related by alBukhari and Muslim.

Anas says: "During a journey, I saw the Messenger of Allah pray eight rak'at in the early day. When he finished, he said: 'I prayed my prayer wishing and fearing. I asked my Lord for three things and He gave me two and withheld one. I asked Him not to put my ummah to trial by famine and He granted that request. And I asked that they would not be overtaken by their enemies and He granted that request. And I asked that they not be split into groups and parties and He refused that request."' This is related by Ahmad, an-Nasa'i, al-Hakim, and ibn Khuzaimah who classifies it as sahih.

Volume 2, Page 31: Salatul duha is a prized prayer
Salatul duha is a prized prayer and whoever wishes to earn reward should pray it, while there is no blame upon the one who does not pray it.

Abu Sa'id reports: "The Prophet sallallahu alehi wasallam would pray duha until we thought he would never abandon it. And he would abandon it to the point that we thought he would no longer perform it." This is related by at-Tirmizhi who says it is hasan.

Anas relates that the Messenger of Allah said: "Prayer in my mosque is equal to ten thousand prayers [elsewhere]. And prayer in the inviolable mosque is equivalent to one hundred thousand prayers [elsewhere]. And prayer in the battlefield is equivalent to one million prayers [elsewhere]. And what is more than all of that is two rak'at by a slave [of Allah] during the middle of the night." This is reported by Abu ash-Shaikh, Ibn Hibban in his work ath-Thawab, and al-Munzhiri, in his book at-Targhib watTarhib, is silent about it.

Volume 2, Page 31a: Recommended time for the duha prayer
The time for duha begins when the sun is about a spear's length above the horizon and it continues until the sun reaches its meridian. It is preferred to delay it until the sun has risen high and the day has become hot.

Zaid ibn Arqam relates: "The Messenger of Allah sallallahu alehi wasallam went to the people of Quba', and they were performing duha, and he said: 'The prayer of devotion should be observed when the young weaned camels feel the heat of the sun.'" This is related by Ahmad, Muslim, and at-Tirmizhi .

Volume 2, Page 31b: Number of rak'at for the duha prayer
The minimum number of rak'ah to be prayed is two, as was mentioned in the hadith of Abu Zharr. The most that the Prophet sallallahu alehi wasallam performed was eight rak'at, whereas, the most he mentioned was twelve rak'at. Some people, such as Abu Ja'far at-Tabari, al-Mulaimi, and ar-Ruwyani, who subscribes to the Shafi' school, say there is no maximum limit to the number of rak'at that one may perform for duha.

Al-'lraqi says, in the commentary on Sunan at-Tirmizhi: "None of the companions or followers are known to have restricted it to twelve rak'at." As-Syuti agrees with it.

Sa'id ibn Mansur records that al-Hassan was asked: "Did the companions perform it?" He answered: "Yes . . . some of them would pray two rak'at and some of them would pray four rak'at. And some of them would continue until half the [early] day [had passed]."

Ibrahim an-Nakha'i reports that al-Aswad ibn Yazid was asked: "How many rak'at are to be prayed for duha?" He answered: "As many as you wish ."

Umm Hani narrates that the Prophet sallallahu alehi wasallam prayed eight rak'at of duha and made the taslim after every two rak'at. This is related by Abu Dawud with a sahih chain.

'Aishah reports: "The Prophet sallallahu alehi wasallam would pray four rak'at for duha and would add to it whatever Allah willed." This is related by Ahmad, Muslim, and ibn Majah.

p/s: Taken from Fiqh As-Sunnah Sayyid Sabiq

Tuesday, November 13, 2007

Buku: Detik-detik Hidupku-Hassan Al-Banna

Latar Belakang Ringkas
Al-Syahid Hasan Al-Banna

Keadaan di Mesir pada zamannya.
Hasan al-Banna dilahirkan di Mesir pada awal abad 20 Masehi. Dalam suku
pertama abad 20 Masehi ini dia telah melancarkan satu gerakan Islam yang besar,
yang terkenal dengan nama “Ikhwanul Muslimin”. Hasan al-Banna dan Ikhwanul
Muslimin adalah dua nama yang tidak dapat dipisahkan. Begitu bertenaga sekali
gerakan tersebut sehingga pengaruhnya bukan saja merebak di Mesir, tetapi telah
meresapi seluruh Dunia Arab. Gerakan Ikhwan telah mencetuskan kebangkitan Islam
dan roh Islam di Dunia Arab.

Jika kita betul-betul hendak menghargai segala usaha beliau dan memahami
peribadinya, maka perlulah kita mengenali suasana (keadaan) dan zaman ketika beliau
dilahirkan, dibesarkan dan dididik. Disamping itu, kita juga perlu mengetahui
cabaran-cabaran dalaman dan antarabangsa yang sedang mengancam Mesir ketika
Imam Hasan al-Banna dilahirkan. Sekarang kita akan mengkaji zaman ketika beliau
dilahirkan dan peranan besar yang dimainkan olehnya.

Gerakan Pembebasan - Terbahagi kepada dua kumpulan besar.
Pemberontakan Airabi Pasya gagal pada tahun 1833 Masehi. Kegagalan ini
merupakan satu malapetaka politik yang besar bagi Mesir. Peristiwa tersebut
menimbulkan ketakutan dan kekecewaan diseluruh negara Mesir. Lantaran itu, Mesir
dilanda pertikaian disegi akhlak dan kefahaman (ideologi). Orang ramai berasa takut
bila nama gerakan pembaharuan atau politik disebut. Keadaan ini berlarutan sehingga
permulaan abad 20 Masehi. Akhirnya sebuah pertubuhan belia Mesir telah ditubuhkan
untuk memupuk kesedaran kepada rakyat Mesir. Mereka melancarkan gerakan
menentang British. Para pemuda ini tergolong ke dalam dua kumpulan. Kumpulan
pertama memiliki semangat Islam. Kumpulan yang kedua pula inenggunakan cara
yang agak baru dan berlainan. Cogan kata mereka ialah “Kebangsaan Mesir”. Dasar
perjuangan kumpulan kedua ini bertentangan dengan kumpulan pertaina yang
berlandaskan nilai-nilai Islam serta menyebelahi Kerajaan Turki Bani Othmaniah.

Kumpulan Pertama
Kumpulan pertama cintakan Islam dan tanah air. Kumpulan ini diwakili oleh
pertubuhan “Al Hizbul Watani” yang dipirnpin oleh Mustaffa Kamal, seorang yang
bijak bersyarah. Beliau memupuk semangat kebangsaan yang berdasarkan Islam di kalangan orang orang Mesir. Beliau tidak menganggap agama dan semangat kebangsaan
itu bertentangan antara satu sama lain. Cogan katanya ialah “Agama (Deen) dan tanah
air adalah saudara kembar yang tidak boleh dipisahkan.” Kumpulan ini
membayangkan kecintaan mereka kepada tanah air umparna seorang kekasih memuji
orang yang dicintainya. Inilah yang dibayangkan oleh penyair terkenal, Ghayati dan
Muharram melalui syair-syair mereka. Di antara pernimpin-pemimpin kumpulan ini
ialah dua orang ulama' yang bernama Muhammad Farid Wajdi dan Abdul Aziz
Jawesh. Kegiatan kumpulan ini telah menimbulkan kebimbangan dipihak penjajah
British dan Raja Mesir. Muhammad Farid Wajdi dan Abdul Aziz Jawesh telah
dipenjarakan kerana menulis huraian mengenai kumpulan syair karya Ghayati.

Kumpulan Kedua
Kumpulan kedua terdiri daripada para pejuang fahaman kebangsaan yang
mulhid (atheis). Dasar perjuangan mereka bertentangan dengan dasar perpaduan dan
persaudaraan Islam. Golongan ini tidak suka orang ramai mencorakkan kehidupan
mereka menurut dasar-dasar Islam. Kumpulan ini menegakkan fahaman kebangsaan
Mesir. Fahaman kebangsaan mereka adalah salah kerana mereka menjaga
kepentingan negara mereka saja tanpa mempedulikan segala masalah yang menimpa
Negara-negara Islam yang lain. Mereka menyungkil kembali ciri-ciri sejarah Mesir
kuno untuk memperkukuhkan fahaman kebangsaan mereka tadi. Bahkan mereka
mengaitkan sejarah mereka dengan sejarah para Firaun. Mereka menganggap
perjuangan menegakkan fahaman kebangsaan Mesir adalah satu perjuangan yang baik
walaupun terpaksa mengorbankan kepentingan-kepentingan lain. Walaupun kumpulan
ini bersatu atas dasar fahaman kebangsaan Mesir, tetapi sebenamya mereka berpecah
pula kepada dua ranting berdasarkan kepada perbezaan pemikiran dan pendapat.

Ranting Pertama
Ranting pertama ini diketuai oleh akhbar “Al Muqattam” yang selalu
menyokong pendapat pihak British. Ia menimba pendapat daripada Gabenor British di
Mesir, Lord Cromer. Sebenarnya, pihak Britishlah yang memainkan peranan penting
dalam menyebarkan fahaman kebangsaan Mesir. Mereka ingin memisahkan rakyat
Mesir dari Dunia Islam. Pihak British suka rakyat Mesir memelihara kepentingan
Mesir sahaja tanpa mempedulikan saudara se Islam mereka di Semenanjung Arab,
Turki, Iran dan Asia. Sebahagian daripada komplot British ialah memutuskan
hubungan di antara orang orang Arab dan orang orang Turki; juga memecahbelahkan
orang-orang Arab kepada kumpulan-kumpulan yang bertentangan antara satu sama
lain.

Di dalam akhbar Al-Muqattam ada ditulis:
'Orang orang British yang tinggal di Mesir ingin membawa kebaikan kepada
rakyat Mesir. Mereka ingin membebaskan rakyat Mesir daripada kekejaman
pentadbiran sekarang. Mereka ingin rakyat Mesir menikmati keamanan dan keadilan.
Mereka patut dihargai kerana menyelamatkan Mesir daripada masalah (kemelut)
ekonomi dengan memberinya satu corak (sistem) ekonomi yang seimbang.'
Sebuah majalah yang bernama ‘Al-Muqattaf’ juga turut memberi bantuan
dalam usaha ini. Ramai juga para pemuda Mesir yang dipengaruhinya. Mereka ini
turut mernuji Gabenor British (Lord Cromer). Rakyat Mesir yang menentang Aq
Mudattaf dan Al-Muqattam dituduh menyokong Turki. Seorang ulama' besar seperti
Muhammad Abduh pun menyokong Gabenor British itu. Satu kenyataan yang tidak
dapat dinafikan ialah bahawa para penyokong Al-Muqattam dan Al-Muqattaf
memang tidak ikhlas kepada tanah air mereka sendiri. Mereka hanya ingin melayani
kepentingan diri mereka sahaia. Akhirnya orang-orang yang tamak ini menubuhkan
satu pertubuhan mereka sendiri yang mereka namakan ‘Al-Hizbul Watani Al-Hura’.
Tujuan pertubuhan ini ialah menentang Al-Hizbul Watani yang dipimpin oleh
Mustaffa Kamal.

Ranting Kedua
Ranting kedua golongan kebangsaan ini terdiri daripada Hizbul Ummah. Ia
mewakili golongan pemerintah Mesir dan tuan-tuan tanah. di Mesir. Golongan ini
menganggap kuasa sebenar negara Mesir berada ditangan Gabenor British, Lord
Cromer. Mereka berpendapat dia mesti disokong dan bukannya ditentang. Hizbul
Ummah ditubuhkan pada tahun 1907 Masehi dibawah pimpinan Mahmood Sulaiman
Pasya. Kesemua pasya-pasya (ketua ketua atau para pemerintah) dan tuan-tuan tanah
ini bersifat tamak dan selalu membuat perancangan yang memenuhi kepentingan
mereka. Beberapa orang cendekiawan yang rakus dan curang seperti Lutfi as-Syed
telah memasuki kumpulan ini. Akhbar ‘Al-Jaridah’ menjadi lidah rasmi mereka.

Golongan pemerintah Mesir dan tuan-tuan tanah memasuki Hizbul Ummah
untuk mendapat keuntungan duniawi tetapi para cendekiawan seperti Lutfi as-Syed
dan ahli-ahli falsafah lain mewakili fahaman kebangsaan Mesir. Mereka ini berpegang
kepada pendirian dan fahaman politik tertentu. Mereka menyokong dasar kebebasan
berfikir, dasar kerjasama dengm British dan dasar menurut secara membuta tuli segala
corak hidup orang Eropah. Mereka ingin Mesir mencontohi Eropah dari segi
kebudayaan, ekonomi dan politik.

Lutfi as Syed menulis:
‘Negara Mesir inginkan keamanan. Negara Mesir sayangkan rakyat British.
Walaupun dari segi undang-undang, kerajaan Mesir berada ditangan Raja Mesir,
tetapi dari segi amalinya, Mesir diperintah oleh Gabenor Lord Cromer. Sudah sampai
masanya kedua kuasa ini dipusatkan. Ini bermakna kerajaan yang sah dari segi
undang-undang itu diserahkan kepada Gabenor British.’
Mereka ini menentang cara hidup Islam. Salah seorang pemimpin mereka,
Abdul Hamid az-Zahrawi, telah menulis di dalam akhbar Al-Jaridah:
“Perpaduan umat Islam berakhir setelah Saidina Umar Al-Khattab meninggal
dunia. Perpaduan umat Islam juga berakhir setelah Saidina Ali bin Abi Talib syahid.
Mengapakah sekarang hendak ditegakkan perpaduan yang telah musnah seribu tiga
ratus tahun dahulu?”

Pertelingkaban antara dua kumpulan besar.
Pertentangan berlaku di antara Al-Hizbul Watani pimpinan Mustaffa Kamal,
Farid Wajdi dan Abdul Aziz Jawesh dengan kumpulan-kumpulan lain yang berbagai
corak itu. Al-Hizbul Watani Al-Hurra memperjuangkan kepentingannya dengan
bantuan Al-Muqattam dan Al-Muqattaf. Hizbul Ummah pula meneruskan usahanya
untuk mencapai keuntungan duniawi dengan bantuan Al-Jariyah. Muhammad Abduh
sedang menjalankan usahanya untuk membaratkan seluruh Mesir. Terdapat perbezaan
antara dua gerakan yang bertentangan ini. Pendekatan Al-Hizbul Watani dan Mustaffa
Kamal lebih berlandaskan perasaan. Pendekatan Al-Hizbul Ummah, Lutfi as-Syed
dan Al-Hizbul Watani Al-Hurra pula berlandaskan akal fikiran. Mereka ini berusaha
menyerapkan fahaman Liberalisme (kebebasan individu yang tidak terbatas dan
mengenepikan hak serta kepentingan) dan fahaman kebendaan ke dalam jiwa para
pemuda Mesir. Mustaffa Kamal dan akhbarnya A-Liwa’ telah mengecam hebat para
penentangnya. Beliau memperjuangkan fahaman kebangsaan yang berdasarkan Islam
dan ingin meletakkan seluruh Dunia Islam di bawah satu bendera Islam saja. Beliau
mengisytiharkan bahawa Perjanjian Turki dan Mesir pada tahun 1840 haruslah
dihormati. Perjanjian tersebut menjamin kebebasan dalam negara Mesir di bawah
naungan kerajaan Turki. Menurut perjanjian itu, Mesir perlu membayar cukai kepada
Turki dan Turki pula akan melantik para hakim untuk Mesir. Hizbul Ummah dan
Hizbul Watani Al-Hurra menuduh Mustaffa Kamal cuba menghancurkan cengkaman
British ke atas Mesir dan menegakkan kekuasaan Turki yang sepenuhnya di Mesir.
Untuk mengukuhkan pendapat ini Al-Muqattam menerbitkan makalah-makalah yang
memaparkan Turki sebagai penindas dan British pula sebagai pihak yang adil.
Mustaffa Kamal tidak memisahkan kebangsaan daripada Deen (agama).
Katanya, jika seorang British boleh memperjuangkan kebangsaan disamping mazhab
Protestannya, maka seorang Mesir juga boleh menjadi seorang muslim dan seorang
pejuang kebangsaan pada masa yang sama.

Peranan British.
Pihak British sedang berusaha melemahkan semangat Islam dan pengaruh
kerajaan Turki Bani Othmaniah yang menguasai rakyat Mesir. Pihak British
menyokong setiap orang yang mengecam Khalifah orang Islam (yakni Sultan Turki)
atau menentang Raja Mesir. Mereka juga menyokong setiap orang yang menyebelahi
mereka dan inginkan pembaharuan dalam negeri saja. Kerana itulah, Mustaffa Kamal
ingin pihak British keluar dari Mesir. Pihak British menyokong ‘Gerakan Khalifah
Arab’ yang dipelopori oleh Syarif Hussin di Mekah kerana ini boleh melemahkan
kedudukan Khalifah orang Islam di Turki. Pihak British mengalu-alukan kedatangan
para anggota gerakan ‘Turkiya Al-Fatat’ dan gerakan ‘Anjuman Ittihadi wa Taraqqi’
yang telah meninggalkan Turki untuk menetap di Mesir. Para anggota gerakangerakan
tersebut menerbitkan akhbar mereka sendiri yang mengecam Sultan Abdul
Hamid Turki. Apabila baginda menulis surat kepada Raja Abbas Mesir memintanya
menghantar pulang orang-orang yang lari dari Turki itu, Lord Cromer campurtangan
dan menahan Raja Abbas daripada berbuat demikian. Apabila hubungan antara
Muhammad Abduh dan Raja Abbas Mesir menjadi tegang, Lord Cromer telah
memberi sokongan kepada Muhammad Abduh. Lantaran sokongan ini, Muhammad
Abduh dapat mengekalkan kedudukannya walaupun ditentang oleh Raja Abbas. Pihak
British juga menyokong rakan-rakan Muhammad Abduh seperti Mustaffa Fahmi,
Riyaz Pasya, Sa’ad Zaghlol, Fatahi Zaghlol dan Qasim Amin kerana mereka ini
menentang Raja Mesir dan inginkan pembaharuan dalam negeri saja.

Pihak British telah berusaha untuk melemahkan semangat Islam di Mesir agar
orang-orang Islam kekal dalam keadaan berpecah-belah. Mereka memupuk pendapat
yang mengatakan bahawa orang-orang Mesir adalah keturunan Fir’aun; orang-orang
Lubnan adalah keturunan bangsa Ponisia (Phoenician); orang-orang Iraq adalah
keturunan bangsa Babil dan orang-orang Mekah adalah keturunan Arab yang
sebenarnya. Mereka juga mengatakan bahawa orang-orang Mekah sahaja yang berhak
memegang jawatan Khalifah kerana Islam turun ditanah suci Mckah. Mereka
bertujuan memisahkan orang-orang Arab dari Daulah Othmaniah Turki kerana
kerajaan ini berkemampuan menyatukan seluruh umat Islam diatas landasan Islam.
Berikutan itu, pihak British menjalankan usaha memburukkan Raja Abbas Mesir.
Ramai juga orang-orang Mesir yang menyokong usaha British ini tanpa menyedari
bahawa kelemahan Raja Abbas akan memperkukuhkan kekuasaan British di Mesir.

Para penyajak seperti Naseem dan Waliuddin Yakan telah mengarang sajaksajak
yang memuji pihak British di Mesir. Peranan mereka ini serupa dengan para
penyajak India yang menulis sajak-sajak memuji kerajaan British di India. Penyajakpenyajak
Mesir ini cuba menghidupkan semula sejarah kuno Mesir dan kebudayaan
Fir’aun. Mustaffa Kamal pula mendapat sokongan daripada penyajak-penyajak seperti
Syouqee dan Barudi dan para cendekiawan seperti Abdul Aziz Jawesh dan Farid
Waidi. Mereka ini membantu usaha kebangkitan Islam dan kebudayaan Arab di
Mesir.

Sikap golongan bukan Islam
Pertentangan antara dua golongan ini begitu meruncing sekali sehingga sampai
keperingkat perkelahian dalam tahun 1911 Masehi. Perbezaan antara Kebangsaan
Islam dan Kebangsaan Mesir telah bertukar arah menjadi pertentangan antara Islam
dan bukan Islam. Keadaan ini menjadi semakin tegang. Pertikaian ini menggugat
Mesir sendiri. Pihak British berasa gembira dan secara halus, mereka telah mengapiapikan
lagi permusuhan itu. British sangat suka mengamalkan dasar ‘pecah belah dan
perintah’.

Selama beratus tahun orang-orang Islam dan bukan Islam Mesir dapat hidup
bersama dengan aman damai. Hubungan antara mereka begitu baik sekali. Kini
berlaku permusuhan antara kedua golongan ini hasil perencanaan pihak British. Cara
inilah yang digunakan oleh British terhadap tanah-tanah jajahannya. Sebahagian
daripada komplot British ialah menghasut golongan yang berjumlah sedikit (minoriti)
supaya memberontak menentang golongan yang berjumlah teramai (majoriti). Pihak
British menjalankan usaha menindas golongan yang paling ramai ini dengan memberi
sokongan kepada golongan yang sedikit tadi. Pihak Perancis juga melakukan perkara
yang serupa terhadap orang-orang Islam Syria, yang merupakan golongan paling
ramai di situ.

Apabila pihak British memijak bumi Mesir, mereka telah menjalankan dasar
politik kotor. Mereka menghasut golongan yang sedikit (minoriti). Apabila golongan
Islam menentang kekuasaan British, golongan yang sedikit ini pula mengambil
peluang peluang yang ada dibidang pendidikan dan ekonomi. Mereka dapat
memegang jawatan-jawatan yang tinggi dan berpeluang mengumpul harta kekayaan.
Tindakan mereka yang tidak adil ini menimbulkan kebencian dihati orang-orang
Islam. Orang-orang Islam menganggap kerjasama dengan pihak British sebagai suatu
pengkhianatan. Tetapi bagi orang-orang Kristian pula, perkara itu ialah satu tugas
yang suci. Hal ini telah mencetuskan ketegangan antara orang-orang Islam dan orang
orang Kristian. Pengaruh pihak British yang kian meluas itu telah membawa
penindasan kepada golongan Islam dan memberi galakan kepada golongan Kristian di
Mesir.

Dalam tahun 1909 M., seorang Kristian telah menjadi Perdana Menteri Mesir.
Dia menghidupkan semula Akta Percetakan yang dikuatkuasakan ketika berlaku
pemberontakan terhadap A’raabi Pasya dalam tahun 1881 M. Kesemua akhbar orangorang
Islam Mesir menentang tindakan Perdana Menteri tersebut. Tetapi akhbarakhbar
Kristian mengalu-alukan tindakan itu. Akhbar Ahbar Kristian juga menuduh
akhbar akhbar Islam sebagai gila dan penjenayah.

Dalam tahun 1910 M., Presiden Amerika Syarikat, iaitu Theodore Roosevelt
melawat Mesir. Dia menyampaikan sebuah syarahan di Universiti Kaherah.
Syarahannya itu terbukti bertentangan dengan kepentingan rakyat Mesir. Lantaran itu
bantahan daripada rakyat Mesir. Sebaliknya, akhbar-akhbar Kristian telah memuji
syarahan Roosevelt dan menganggapnya sebagai seorang yang inginkan kebaikan
bagi Mesir. Sikap akhbar-akhbar Kristian ini telah membuatkan orang-orang Islam
berasa sangsi terhadap golongan Kristian. Orang-orang Islam tidak percaya kepada
orang-orang Kristian.

Perang Saudara.
Pada 10hb Februari 1910 M., Pitras Ghali telah dibunuh oleh Ibrahim Nasif,
seorang anggota Al-Hizbul Watani. Berikutan peristiwa ini, berlakulah perang saudara
di Mesir. Golongan Islam dan golongan Kristian mula bertempur di jalan jalan raya
secara terbuka. Puak Kristian belum berpuas hati dengan kegiatan akhbar-akhbar
mereka. Oleh itu, mereka pun meminta sokongan daripada akhbar-akhbar British.
Akhbar British, ‘Daily News’ memenuhi permintaan itu dan mula menjalankan
kegiatan menentang orang-orang Islam Mesir. Orang-orang Kristian Mesir
menghantar perwakilan ke England untuk menyebarkan berita-berita palsu mengenai
penderitaan mereka.

Pada 5 Mac 1910 M., orang-orang Kristian Mesir telah mengadakan satu
persidangan. Hasil daripada persidangan itu ialah mereka telah membuat banyak
tuntutan terhadap kerajaan Mesir. Hal ini meruncingkan lagi perang agama antara
golongan Islam dengan golongan Kristian. Para pemimpin di kedua belah pihak serta
pengintip dan kuncu-kuncu British telah berusaha sedaya upaya untuk membinasakan
Mesir. Apabila Riyaz Pasya menjadi Perdana Menteri dalam tahun 1911 M., beliau
telah meredakan keadaan. Walaupun keadaan dapat dikawal dan rakyat mula bercakap
mengenai keamanan dan perpaduan, namun begitu, peristiwa hitam itu tetap
rneninggalkan kesan yang mendalam ke atas kehidupan masyarakat Mesir. Kekeliruan
berleluasa di dalam masyarakat. Salah faham di antara golongan Islam dan golongan
Kristian tidak dapat diredakan. Golongan berpendidikan lama (tradisional) tidak
percaya kepada golongan berpendidikan moden (begitu jugalah sebaliknya). Keadaan
ini semua merumitkan lagi sebarang usaha daripada orang-orang yang ingin
membawa pembaharuan.

Ahli-ahli politik dan orang-orang yang ingin membawa pembaharuan.
Ahli-ahli politik yakin bahawa punca utama berlaku kekacauan di Mesir ialah
kerana tertegaknya kuasa asing di bumi Mesir dan kuasa asing ini perlulah dihalau.
Orang-orang yang terlibat dalam kerja kerja pembaharuan pula berpendapat faktor
faktor yang membawa kepada tertegaknya kuasa asing sebagai punca kekacauan
dalaman Mesir. Mereka menyarankan supaya usaha usaha permbaharuan dijalankan
ke atas masyarakat sebagai satu cara untuk menjatuhkan kuasa asing di Mesir.

Tenaga pembaharuan pula terbahagi kepada dua kumpulan. Kumpulan
pertama ingin mengamalkan kebudayaan Barat. Kumpulan yang kedua ingin
mengamalkan nilai nilai Islam dan Timur. Kedua aliran pembaharuan ini
mempengaruhi keadaan politik Mesir. Para penyokong Fahaman Kebangsaan Mesir
menyebelahi kumpulan pertama. Para penyokong Fahaman Kebangsaan Islam pula
berpihak kepada kumpulan kedua tadi. Pertikaian ini juga mempengaruhi
kesusasteraan Mesir. Kesusasteraan Mesir terbahagi kepada dua kumpulan. Kumpulan
pertama bersumber dari Eropah dan kumpulan kedua pula mengutarakan nilai-nilai
Arab lama dan Timur. Bidang pendidikan pun tidak terkecuali daripada kesan
pertikaian ini. Para pendidik juga terbahagi kepada dua kumpulan. Satu kumpulan
berpegang kepada corak pendidikan Barat. Satu kumpulan lagi pula berpegang kepada
cara hidup dan corak pendidikan lama (tradisional).

Pertikaian di kalangan para pemerintah.
Dua aliran pemikiran ini telah membahagikan masyarakat kepada dua puak
yang membenci antara satu sama lain. Satu kumpulan ketiga muncul di kalangan dua
kumpulan tadi. Kumpulan ini cuba bertindak sebagai jambatan penghubung antara
dua kumpulan yang bertelagah tadi. Usaha kumpulan ini telah melahirkan sikap
dualisme (berpegang kepada dua aliran fahaman yang bertentangan dalam sesuatu
masyarakat). Usaha ini bermula di istana Raja Abbas di Mesir. Dalam bulan
Ramadhan, dia mengadakan kuliah tafsir Al-Qur’an di istananya (yang bernama Qasri
Abideen) untuk memuaskan hati pihak yang memperjuangkan nilai-nilai hidup Islam
dan Timur. Dia juga mengadakan majlis tari-menari di istananya setahun sekali untuk
memuaskan hati para pemuja kebudayaan Barat. Sikap dualisme yang bermula di
istana Qasri Abideen itu pun merebak ke seluruh Mesir. Penyajak terkenal, Syouqee
telah mengarang sajak-sajak memuji Rasulullah (s.a.w.) dan disamping itu, beliau
juga menghasilkan sajak-sajak yang memuji majlis tari-menari anjuran Raja Abbas.

Peranan Tenaga Pembaharuan
Kebanyakan pejuang kebudayaan Barat terdiri daripada orang-orang Kristian
Syria dan Lubnan yang menetap di Mesir dan juga mereka yang menuntut di Eropah
atau sekolah-sekolah zending Kristian Mesir. Orang-orang Kristian Syria dan Lubnan
terbahagi kepada dua kumpulan. Kumpulan pertama berada dibawah pengaruh Britain
dan kumpulan kedua pula berada di bawah pengaruh Perancis. Akhbar Al-Muqattam
dan Al-Muqattaf mewakili kerajaan British. Para pembaharu Mesir ini bersikap
mengecam Islam. Mereka berpendapat, ‘Islam adalah agama yang tidak bernilai.
Islam telah menyatupadukan orang-orang Badui Arabia ratusan tahun yang lalu tetapi
ia tidak mampu memimpin masyarakat moden abad 20 ini.’ (dalam buku Al-Ittijahat
Al-Watania, fil Adab-il-Mausir).

Lord Cromer mengukuhkan pendapat ini dengan berkata, seorang Islam yang
tidak kenal adab susila Eropah tidak layak menjadi pemerintah Mesir.Penyajak
terkenal, Hafiz Ibrahim telah membaca sebuah sajak di Maktab Wanita Amerika di
Mesir dalam tahun 1706 M. Dalam sajaknya itu, dia ada menyebut seperti berikut,
'Duhai orang Barat, kami sepatutnya menurut dan menyokong mu. Beginilah caranya
kami boleh mendapatkan semula maruah kami.’
 

Text