Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, December 15, 2011

Rasa Bertuhan

Kalau manusia mengenali Tuhannya
Hancur luluh hatinya lembutlah jiwanya
Tak sempat mengingati perkara yang lain
Hati n jiwanya semata-mata terpaku
Dengan Tuhannya

Jika manusia mengenali kehebatan
Keagungan Tuhannya kecutlah perutnya
Kalau manusia sentiasa sedar pendengaran
Penglihatan dan pengetahuannya

Tuhan tidak pernah lekang dari manusia
Nescaya manusia ini tawaduk merendah diri
Di bumi Tuhannya

Jika manusia rasa bertuhan hidup di hatinya
Matilah angan-angan
Takut pun datang menerpa dihatinya
Manusia akan sibuk dengan dirinya
Tak sempat memikirkan diri orang lain
Takut dan bimbang tak sempat mengumpat

Aduh! kalau Tuhan sentiasa di hati
Perasaan berTuhan mencengkam di hati
Mengenang pula nikmat
Nikmat Tuhan yang banyak
Bertambah perasaan cinta dan takut
Cinta kerana nikmat dan kasih sayangnya
Takut kalau nikmat ditarik semula
Kalau terbuat dosa akan diazabnya

Begitulah kalau seseorang hamba mengenali Tuhannya
Hatinya sangat sibuk dengan Tuhan
Dunia dan nikmatnya tidak mempengaruhinya
Sekalipun dunia di tangannya


Adapted from Mawaddah's Nasyid "Rasa Bertuhan"

Friday, October 21, 2011

One Meaningful Day...

Today, I had lunch with my colleagues at a restaurant quite far away from our office. One of them is an Indian girl who is quite modern and free to discuss about anything. She sat in front of me during the lunch and while waiting for the food to come, we chat chat chat until she touched on one interesting topic…


“Hey, Yati. I wonder how long your hair is?”


Upon hearing that question, I just smiled. I looked at her for a while, moved my head slightly towards her and whispered, “It’s a secret…” and burst out of laughter.


She had a long sighed and said, “Oh, come on! It’s just the length and I’ve seen my Malay friends hair. They even told me about it”. The Malay colleagues who sat beside us just looked at me, waiting for an explaination.


“Well, if I tell you about my hair, then what’s the purpose of me wearing this tudung?…”


“Alaa, there’s no difference right? U’re still covering it. Not exposing it. I’m confused…”


“No, for me if I tell you, it’s just like exposing everything. It’s my pride and dignity. I can’t let you see it”. “I know you are curious about everything but it’s a really long debate if I really want to explain everything. I’ll tell you slowly someday, but If you are curious about something, maybe you can read something about Islam in the internet if you want to…”


Then the topic stopped there. After a while… Wargh, I realized I’ve made a really grave mistake. I shouldn’t have asked her to find the answer herself. She might be just curious, but it may also leads her to Hidayah…who knows, right?


Now I realize something. Ever since I immersed myself in my profession, I’ve had less time studying hadith and fiqh. I forgot that the people around me is also the target of dakwah.I forgot the way to dakwah to a Non-Muslim. I’ve forgotten the answers to all these simple questions and yet ……


Oh, Allah. Please guide me to the right path …Thank you Allah for making me realize something about myself. My true mistake...so that I can change for the better...


Alhamdulillah...

Tuesday, October 18, 2011

INDIBATH (KOMITMEN)


www.AlHikmah.com

Penulis: Muhammad Ihsan Setiawan Ihsan (Mesir)

alhikmah.com - Hudzaifah ra berkata, Rosulullah SAW bersabda pada suatu malam di perang Khondak (Ahzab) kepada para sahabatnya : 'Siapa diantara kalian yang mau melakukan
pengintaian untuk melihat kondisi pasukan Quraisy dan koleganya kemudian kembali untuk memberitahukan kondisi mereka, maka saya akan memohon kepada Allah untuk menjadinya
teman saya di surga ?'.

Tiada satupun diantara para sahabat yang bersegera melaksanakan permintaan Rosulullah karena katakutan, kelaparan dan kedinginan yang luar biasa. Tatkala Rosulullah SAW memperhatikan tak satupun diantara para sahabatnya menyambut seruan dan jaminannya maka Rosulullah SAW memanggil saya namun saya tidak bersegera menyambut panggilan Rosulullah SAW. Kemudian Rosulullah SAW memanggil saya kembali dan bersabda :
'wahai Hudzaifah, berangkatlah dan menyusuplah di tengah pasukan musuh serta selidikilah apa yang mereka lakukan dan ingat jangan melakukan sesuatu tindakan sampai kembali kepadaku dan mengabarkan hasilnya !'. Maka saya berangkat dan menyusup ditengah-tengah musuh yang sedang mendapatkan serangan hebat berupa angin kencang dan tentara Allah lainnya.

Terdengar suara Abu Sofyan berkata : 'Wahai kaum Quraisy, setiap kalian coba tanya siapa teman disampingnya ?' maka saya segera memegang tangan laki-laki yang berada di sebelah
kanan dan kiri saya dan bertanya : ' siapa kamu ?' maka seorang diantara mereka menjawab : Mua'awiyah bin Abi Sofyan' dan lainnya menjawab : 'Amru bin 'Ash '. lalu Abu Sofyan berkata : kembalilah kalian ke Makkah karena saya akan kembali !'. Kemudian Hudzaifah melanjutkan ceritanya :

'Kalau saja tidak ada perjanjian antara saya dengan Rosulullah SAW untuk tidak melakukan sesuatu sampai datang ke Rosulullah SAW tentu aku akan membunuh Abu Sofyan dengan
panahku.'

Maka Hudzaifah ra kembali ke Rosulullah SAW dan memdapatkan beliau sedang melakukan sholat. Setelah beliau selesai menunaikan sholat maka saya kabari kondisi musuh dan apa yang mereka lakukan. Kisah ini menunjukan akan urgennya keindhibathan dan keiltizaman terhadap tugas yang dibebankan seorang Qoid (pemimpin) kepada junudnya (tanpa melakukan ijtihad) walaupun ijtihad yang dilakukan dapat memberikan suatu manfaat.

Bila kita melirik dan bertanya kepada kondisi kita apakah kita sudah indhibath terhadap segala aktivitas yang kita lakukan baik skala individu maupun jama'i ? contoh kecil
adalah masalah waktu.

Bagi setiap kader dakwah dituntut untuk indhibath dalam setiap detik dari waktu yang Allah berikan kepadanya plus waktu saudaranya. Berapa banyak bila kita menyia-yiakan waktu yang berakibat hilangnya kemaslahatan, rusak dan gagalnya suatu rencana dan target ? bahkan berapa banyak perjuangan yang hancur di kalahkan musuh karena teledor dalam pensiasatan waktu ? gagal dan lalainya seorang ikhwah/akhwat dalam pengaturan waktu dan aktivitasnya maka secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi gerak dan perjalanan kereta dakwah.

Bukankah kita adalah satu badan, yang mana bila salah satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh lainnya akan merasakan sakit ?. Bukankah kita terikat dengan amal jama'i yang satu dengan lainnya saling menopang dan melengkapi ?. Kalau diperumpamakan membangun suatu bangunan maka masing-masing pekerja memiliki tugas dan peranan tersendiri.

Bila saja salah seorang pekerja kurang cermat dalam menentukan ukuran dan takaran bahan bangunan maka akan menimbulkan efek yang negatif terhadap bangunan tersebut baik cepat ataupun lambat. Terakhir ada dua buah kisah keindhibathan yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dan motivasi untuk membentuk jati diri yang indhibath.

Suatu hari Ustadz Hasan Al-Banna dan beberapa ikhwah sepakat untuk mengadakan pertemuan di taman umum, ada diantara ikhwah yang datang lebih cepat (mubakir) beberapa saat dari janji yang disepakati dan sebagian lainnya datang tepat pada waktunya, maka imam syahid menyalami para ikhwah dengan senyuman penuh makna kecuali ikhwah yang datang lebih cepat dari waktunya dengan senyuman yang dingin sambil berkata : setiap kalian tepat waktu kecuali saudara kalian ini ...

Disini memberikan pelajaran bahwa datang lebih cepat dari waktunya disamakan dengan datang terlambat dan kedua-duanya tidak benar dan tertolak.

Dalam suatu pertemuan perdana dengan imam Hudaibi dengan beberapa ikhwah setelah beliau mengemban amanah kepemimpinan, lalu beberapa ikhwah datang kerumah beliau beberapa menit sebelum waktu yang di sepakati maka beliau tidak membukakan pintu dan membiarkan mereka menunggu didepan pintu hingga datang waktu yang disepakati, ketika waktunya tiba maka beliau menyuruh mereka masuk dan menutup pintu kembali dan tidak mengizinkan masuk kepada ikhwah yang terlambat.

Wallahua'lam bish showab.

Source: http://groups.yahoo.com/group/partai-keadilan/message/18702

Tuesday, August 16, 2011

Festival Infaq Ramadhan


FESTIVAL “INFAQ”
‘Program INFAQ sempena Ramadhan supaya kita semua mendapat ganjaran berlipat kali ganda’


.:Sempena Ramadan:.
Bagaimana boleh berinfaq?


Salurkan infaq anda ke


PAKSI TRAINING


Akaun Maybank
562405701409


Terbuka kepada semua yang meminati keuntungan akhirat!


“Perumpamaan orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah :261)


Barangsiapa yang melaksanakan amalan sunnah pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala melaksanakan ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan. Dan barangsiapa yang melakukan ibadah wajib pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala melaksanakan tujuh puluh ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan. (H.R. Al-Baihaqi)



source: www.paksi.net

Wednesday, August 10, 2011

Ramadhan 2011 Around the World...

Anak-anak berbuka puasa di Masjid King Fahad pada hari pertama bulan puasa Ramadhan di Culver City, Los Angeles, California 1 Agustus 2011. (Reuters)

Seorang pemberontak Libya membaca Al-Quran sebelum berbuka puasa di garis depan dekat kota Libya Zlitan, 160 km (100 mil) timur Tripoli, 1 Agustus 2011. (Reuters)

Para wanita mempersiapkan makanan untuk dijual di hari pertama bulan suci Ramadhan di distrik Utako ibukota Nigeria Abuja, 1 Agustus 2011. (Reuters)

Acara buka puasa massal di kota Istanbul, Turki (AA)

Seorang Muslim Nepal membaca Al-Quran pada hari kedua puasa di bulan suci Ramadhan di kota Kathmandu, 2 Agustus 2011. (Reuters)

Seorang pria membaca Al-Quran pada hari pertama Ramadhan saat berlindung dari hujan di trotoar kota Lahore, 2 Agustus 2011. (Reuters)

Muslim Kashmir melakukan pembersihan di sebuah masjid di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India, 1 Agustus 2011. (EPA)

Sebuah gambar yang menunjukkan Saleh Tayseer, salah satu pemimpin dari masjid Dar Al Salam menyambut jamaah yang berkumpul di dalam masjid untuk tarawih bersama pada malam bulan suci puasa Ramadhan di Budapest, Hungaria, 31 Juli 2011. (EPA)

Tembakan meriam polisi UEA, sebagai sinyal berbuka puasa di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 1 Agustus 2011. (EPA)

Demonstran Yaman anti pemerintah berdoa sebelum berbuka puasa pada hari pertama bulan puasa Ramadhan, di kota Sanaa, Yaman, 1 Agustus 2011.

Source: www.eramuslim.com

Thursday, August 04, 2011

~Ramadhan...


Selamat Menyambut Ramadhan...

Semoga Ramadhan ini mencetus semangat menjadi Muslim terbaik...

Semoga Ramadhan ini tidak disia-siakan lagi...

Moga bertemu malam Al-Qadr...

Saturday, July 23, 2011

HOME SWEET HOME...

Bismillahi Walhamdulillah...

Assalamualaikum wbt...

Lega rasanya bila sudah berada dalam bilik sendiri, memandu kereta sendiri... Berada jauh di tempat orang buat diri rasa tak senang duduk, apalagi lama tidak menjamah butir-butir bernilai murobbi terchenta, kata-kata hikmah akhawat seliqo dan melihat semangat-semangat syabab adik-adik taman syurga yang amat dirindui... Subhanallah...

Mudah-mudahan safar ini Allah berkahi dan Allah sudi memberikan petunjuk dalam bentuk yang lain, Ameen..

Afwan, asik menukar blogskin. Sebab blogskin yang sebelum ni macam tak menambah iman orang yang melihatnya =)...

Wassalam.

Wednesday, June 29, 2011

Quote from My Fav Author...

(Resensi Buku) Delapan Mata Air Kecemerlangan

Oleh : M Anis Matta, LC
Islam datang dengan 2 pesona; pesona kebenaran yang abadi dan pesona manusia muslim yang temporal. Dan pada setiap momentum sejarah di mana kedua pesona itu bertemu, Islam selalu berada di puncak kekuatan dan kejayannya. Akan tetapi, itulah masalah Islam saat ini. Ia memang tidak akan pernah kehilangan pesona kebenarannya, karena kebenarannya bersifat abadi. Namun, ia kini masih kehilangan pesona manusianya.

Buku Delapan Mata Air Kecemerlangan ini merupakan upaya Anis Matta menjawab problematika itu. Untuk menjadikan muslim sebagai pesona Islam, maka kita harus mempertemukan manusia-manusia muslim itu dengan mata air kecemerlangannya.

Mata Air Pertama: Konsep Diri

Konsep diri adalah suatu kesadaran pribadi yang utuh, kuat, jelas, dan mendalam tentang visi dan misi hidup; pilihan jalan hidup beserta prinsip dan nilai yang membentuknya; peta potensi; kapasitas dan kompetensi diri; peran yang menjadi wilayah aktualisasi dan kontribusi; serta rencana amal dan karya unggulan. Konsep Diri menciptakan perasaan terarah dalam struktur kesadaran pribadi kita. Keterarahan adalah salah satu mata air kecemerlangan.

Konsep Diri manusia Muslim adalah kesadaran yang mempertemukan antara kehendak-kehendaknya sebagai manusia; antara model manusia Muslim yang ideal dan universal dengan kapasitas dirinya yang nyata dan unik, antara nilai-nilai Islam yang komprehensif dan integral dengan keunikan-keunikan pribadinya sebagai individu; antara ruang aksi dan kreasi yang disediakan Islam dengan kemampuan pribadinya untuk beraksi dan berkreasi; dan antara idealisme Islam dengan realitas pribadinya.

Mata Air Kedua: Cahaya Pikiran

Perubahan, perbaikan, dan pengembangan kepribadian harus selalu dimulai dari pikiran kita. Sebab, tindakan, perilaku, sikap, dan kebiasaan kita sesungguhnya ditentukan oleh pikiran-pikiran yang memenuhi benak kita. Bukan hanya itu, semua emosi atau perasaan yang kita rasakan dalam jiwa kita seperti kegembiraan dan kesedihan, kemarahan dan ketenangan, juga ditentukan oleh pikiran-pikiran kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan.

Maka, kekuatan kepribadian kita akan terbangun saat kita mulai memikirkan pikiran-pikiran kita sendiri, memikirkan cara kita berpikir, memikirkan kemampuan berpikir kita, dan memikirkan bagaimana seharusnya kita berpikir. Benih dari setiap karya-karya besar yang kita saksikan dalam sejarah, selalu terlahir pertama kali di sana: di alam pikiran kita. Itulah ruang pertama dari semua kenyataan hidup yang telah kita saksikan.

Mata Air Ketiga: kekuatan Tekad

Tekad adalah jembatan di mana pikiran-pikiran masuk dalam wilayah fisik dan menjelma menjadi tindakan. Tekad adalah energi jiwa yang memberikan kekuatan kepada pikiran untuk merubahnya menjadi tindakan.

Pikiran tidak akan pernah berujung dengan tindakan, jika ia tidak turun dalam wilayah hati, dan berubah menjadi keyakinan dan kemauan, serta kemudian membulat menjadi tekad. Begitu ia menjelma jadi tekad, maka ia memperoleh energi yang akan merangsang dan menggerakkan tubuh untuk melakukan perintah-perintah pikiran.

Bila tekad itu kuat dan membaja, maka tubuh tidak dapat, atau tidak sanggup menolak perintah-perintah pikiran tersebut. Akan tetapi, bila tekad itu tidak terlalu kuat, maka daya rangsang dan geraknya terhadap tubuh tidak akan terlalu kuat, sehingga perintah-perintah pikiran itu tidak terlalu berwibawa bagi tubuh kita.

Maka, kekuatan dan kelemahan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh sebesar apa tekadnya, yang merupakan energi jiwa dalam dirinya. Tekad yang membaja akan meloloskan setiap pikiran di sleuruh prosedur kejiwaan, dan segera merubahnya menjadi tindakan.

Mata Air Keempat: Keluhuran Sifat

Pada akhirnya semua kekuatan internal –kosep diri, pikiran dan tekad- yang telah kita bangun dalam diri kita, haruslah bermuara pada munculnya sifat-sifat keluhuran. Kecemerlangan seseorang di dalam hidup sesungguhnya berasal –salah satunya- dari mata air keluhuran budi pekertinya. Dari mata air keluhuran itu, semua nilai-nilai kemanusiaan yang mulia terjalin menjadi satu kesatuan, dan menampakkan diri dalam bentuk sifat-sifat terpuji.

Sifat-sifat itulah yang akan tampak di permukaan kepribadian kita, mewakili keseluruhan pesona kekuatan kepribadian yang kita miliki, yang sebagiannya terpendam di kedalaman dasar kepribadian kita. Kekuatan pesona sifat-sifat keluhuran itu seperti sihir, yang akan menaklukkan akal dan hati orang-orang yang ada di sekitarnya, atau yang bersentuhan dengannya secara langsung.

Setiap sifat memiliki akar tersendiri yang terhunjam dalam di kedalaman pikiran dan emosi kita. Seperti juga pohon, sifat-sifat itu tersusun sedemikian rupa di mana sebagian mereka melahirkan sebagian yang lain. Ada sejumlah sifat-sifat tertentu yang berfungsi seperti akar pada pohon, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi batang, dahan dan ranting, daun dan buah. Demikianlah kita tahu bahwa semua sifat keluhuran berakar pada lima sifat: cinta kebenaran, kesabaran, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian.

Mata Air Kelima: Manajemen Aset Fundamental

Obsesi-obsesi besar, pikiran-pikiran besar, dan kemauan-kemauan besar selalu membutuhkan daya dukung yang juga sarana besarnya. Salah satunya dalam bentuk pengelolaan dua aset fundamental secara baik, yaitu kesehatan dan waktu.

Fisik adalah kendaraan jiwa dan pikiran. Perintah-perintah pikiran dan kehendak-kehendak jiwa tidak akan terlaksana dengan baik, bila fisik tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima. Kadang-kadang, jumlah “penumpang” yang mengendarai fisik kita melebihi kapasitasnya dan membuatnya jadi oleng. Akan tetapi, perawatan yang baik akan menciptakan keseimbangan yang rasional antara muatan dan kapasitas kendaraan.

Waktu adalah kehidupan. Setiap manusia diberikan kehidupan sebagai batas masa kerja dalam jumlah yang berbeda-beda, yang kemudian kita sebut dengan umur yang terbentang dari kelahiran hingga kematian. Tidak ada manusia yang mengetahui akhir dari batas masa kerja itu, yang kemudian kita sebut ajal. Hal itu menciptakan suasana ketidakpastian, tetapi itulah aset paling berharga yang kita miliki.

Ibarat menempuh sebuah perjalanan yang panjang, fisik kita berfungsi sebagai kereta, dan waktu yang terbentang jauh atau dekat, seperti rel kereta. Seorang masinis boleh menentukan stasiun terakhir yang kita tuju, tetapi dia harus menjamin bahwa kereta yang dikemudikannya dan rel yang akan dilewatinya benar-benar berada dalam keadaan baik.

Kesehatan dan waktu adalah dua perangkat keras kehidupan yang sangat terbatas. Akan tetapi, manusia-manusia cemerlang selalu dapat meraih sesuatu secara maksimal dari semua keterbatasan yang melingkupinya.

Mata Air Keenam: Integrasi Sosial

Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat di mana kita berada bukan saja merupakan ukuran kematangan pribadi seseorang, tetapi lebih dari itu. Sebab, lingkungan sosial kita harus dipandang sebagai wadah kita untuk menyemai semua kebaikan yang telah kita kembangkan dalam diri.

Dengan cara pandang ini, maka setiap diri kita akan membangun hubungan sosialnya dengan semangat partisipasi: menyebarkan bunga-bunga kebaikan di taman kehidupan masyarakat kita.

Dengan semangat ini, maka semua usaha kita untuk menciptakan keharmonisan sosial menjadi niscaya. Bukan saja karena dengannya kita dapat menyebarkan kebaikan yang tersimpan dalam diri kita, tetapi juga karena kita menciptakan landasan yang kokoh untuk meraih kesuksesan, berkah kehidupan, dan kebahagiaan dalam hidup.

Jika kematangan pribadi merupakan landasan bagi kesuksesan sosial, maka kesuksesan sosial merupakan landasan bagi kesuksesan lain dalam hidup, seperti kesuksesan profesi.

Mata Air Ketujuh: Kontribusi

Kehadiran sosial kita tidak boleh berhenti pada tahap partisipasi. Harus ada langkah yang lebih jauh dari sekadar itu. Harus ada karya besar yang kita kontribusikan kepada masyarakat, yang berguna bagi kehidupan mereka; sesuatu yang akan dicatat sebagai jejak sejarah kita, dan sebagai amal unggulan yang membuat kita cukup layak mendapatkan ridha Allah SAW dan sebuah tempat terhormat dalam surga-Nya.

Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya. Namun, kontribusi apa pun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat: memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita. Masyarakat adalah pengguna karya-karya kita, maka yang terbaik yang kita berikan kepada mereka adalah apa yang paling mereka butuhkan, dan apa yang tidak dapat dipenuhi oleh orang lain. Akan tetapi, kita tidak dapat berkarya secara maksimal di luar dari kompetensi inti kita. Karena itu, kita harus mencari titik temu diantara keudanya.

Caranya adalah sebagai berikut: buatlah peta kebutuhan kondisional masyarakat kita, dan kemudian buatlah peta potensi kita, untuk menemukan kompetensi inti diri kita. Apabila titik temu itu telah kita temukan, maka masih ada satu lagi yang harus kita lakukan; menjemput momentum sejarah untuk meledakkan potensi kita menjadi karya-karya besar yang monumental. Ini semua mengharuskan kita memiliki kesadaran yang mendalam akan tugas sejarah kita sebagai pribadi, sekaligus firasat yang tajam tentang momentum-momentum sejarah kita.

Mata Air Kedelapan: Konsistensi

Sebagai manusia beriman, kita meyakini sebuah prinsip, bahwa bagian yang paling menentukan dari seseorang adalah akhir hidupnya. Maka, persoalan paling berat yang kita hadapi sesungguhnya bukanlah mendaki gunung, tetapi bagaimana bertahan di puncak gunung itu hingga akhir hayat.

Mengukir sebuah prestasi besar dalam hidup dan mempertahankannya hingga akhir hayat, adalah dua misi dan tugas hidup yang berbeda; berbeda pada kapasitas energi jiwa yang diperlukannya, berbeda pada proses-proses psikologisnya, berbeda pula pada ukuran kesuksesannya.

Untuk dapat bertahan di puncak, kita harus menghindari jebakan-jebakan kesuksesan, seperti rasa puas yang berlebihan atau perasaan menjadi besar dengan kesuksesab yang telah kita raih. kita harus mempertahankan obsesi pada kesempurnaan pribadi, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan pertumbuhan tanpa batas akhir, dan mempertahankan semangat kerja dengan menghadirkan kerinduan abadi kepada surga dan kecemasan abadi dari neraka, serta menyempurnakan semua usaha-usaha manusiawi kita dengan berdoa kepada Allah untuk mendapatkan husnul khatimah. Semua itu agar kita menjemput takdir sejarah kita yang terhormat di bawah naungan ridha Allah SWT, dan agar kita kelak menceritakan episode panjang kepahlawanan ini kepada saudara-saudara kita di surga.

source: EduMuslim.org

Tuesday, May 31, 2011

Rindu itu Adalah...

Entah mengapa, satu perasaan rindu menyelinap dalam hati saya waktu lunch hour ini... maka Allah mengilhamkan saya untuk copy paste lagu Hijjaz ini...

____________
Rindu itu adalah
Anugerah dari Aallah
Insan yang berhati nurani
Punyai rasa rindu

Rindu pada kedamaian
Rindu pada ketenangan
Rindukan kesejahteraan
Dan juga kebahagiaan

Orang-orang yang bertaqwa
Rindu akan kebenaran
Kejujuran dan keikhlasan
Keredhaan Tuhannya

Orang mukmin merindukan
Anak-anak yang soleh
Isteri-isteri solehah
Keluarga bahagia

Para pencinta kebenaran
Rindukan suasana
Masyarakat yang terjalin
Aman dan sejahtera

Merindukan tertegaknya
Kalimah Allah di muka bumi
Dan dalam merindukannya
Keampunan Tuhannya

Dan seluruh umat itu
Merindukan cahaya
Yang menyinari kehidupan
Rindu pada Tuhan

...

rindunya pada adik-adik saya...
rindunya pada kawan-kawan seperjuangan saya dahulu...
rindunya pada tanah suci yang saya kunjungi dahulu...
rindunya pada orang-orang soleh yang pernah saya temui dahulu...
rindunya pada kalimah-kalimah nasihat berbekas yang pernah saya dapati dahulu...
rindunya pada diri saya yang dahulu...
rindunya...



لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami ! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir”.

( Surah al-Baqarah : 286 )

Monday, May 30, 2011

Jiwa yang Berbekas

Bismillahi Walhamdulillah...

Assalamualaikum wbt...

Saya sangat terkesan dengan pemergian hamba Allah ini... Semat dalam hati, saya bercita-cita ingin mencontohinya, insyaAllah...

___________________

Ustadzah Yoyoh: Penjaga Hati Para Ummahat

Rabu, 25/05/2011 10:26 WIB | email | print

“Semoga kita mampu mengikuti jejak dan kiprah beliau dalam dakwah ini…” demikian curahan hati seorang kawanku Nurmala dalam statusnya di Facebook. Hatiku membantah, sosoknya terlalu 'sempurna', beliau begitu mampu mengerjakan apa saja yang tidak mampu dikerjakan orang lain.


Beliau mengerjakan semua pekerjaan yang dilakukan oleh lebih dari 10 orang. Terlalu jauh bagiku atau kita untuk mengejar apa yang telah dilakukan, sosoknya terlalu sempurna... Bagiku... beliau adalah... penjaga hati para ummahat.


Bila ada ummahat yang sakit hati atau disakiti, maka beliau menjadi bahu sandarannya, ucapannya penguat dan disingkirkannya semua beban persoalan lain, termasuk persoalan dirinya hanya untuk menampung masalah dakwah dan pribadi para ummahat seakan-akan masalah pribadi ummahat adalah masalah yang terpenting dan tergenting di dunia ini.


Dan hal ini mendatangkan rasa aman dan nyaman bagi para muslimah disekelilingnya. Beliau selalu siap untuk didatangi, diajak, ditelepon, di-SMS, diganggu walau malam hari sekalipun.


Terkadang, aku bingung. Kapan beliau tidur? karena handphonenya selalu siaga untuk menjawab sms yang masuk setiap waktu, walau pukul 3 pagi sekalipun. Padahal, masih teringat kuat dalam benakku, suatu ketika beliau baru pulang pukul 00.30 dini hari demi menunaikan tugas dakwah yang begitu melelahkan. Namun demikian, beliau menjawab dengan cepat ketika di sms pada pukul 3 pagi... Subhanallah... Padahal jawaban yang dinanti bisa saja dibalas di pagi hari setelah matahari datang.


Wanita yang solihah itu, yang akrab dipanggil Ummu Umar, Ustadzah Yoyoh, selalu mengutamakan diri kami, mengutamakan masalah-masalah orang lain, selalu menjaga hati kami agar tidak pecah. Hati-hati yang seringkali berdarah dan luka karena berbagai macam persoalan dan masalah. Maka hati-hati itu selalu menjadi segar seperti bunga yang disiram air mawar, kembali tumbuh dan kuat untuk menempuh apapun cobaan di dunia ini. Sungguh, kehilangan yang amat sangat.


Kadang aku heran, kepada siapa engkau mengadu ketika banyak masalah berdatangan menghampiri. Ketika kutanyakan hal itu baik-baik, dengan tegar engkau selalu mengajak kami kembali pada Allah, dan menyerahkan segalanya pada Allah. Engkau selalu tampil dimuka mendukung dan mensupport siapa saja dengan caramu yang indah, yang tidak menyinggung hati siapapun, yang selalu tersenyum walaupun disakiti, yang selalu sabar dan menganggap semua cobaan hidup ada jalannya.


Benar katamu, setiap peluru di Palestina sudah ada pasangannya masing-masing, itulah yang membuatmu tak gentar sedikit pun ketika harus berangkat ke Palestina dan mengajak kami semua kesana menyemangati para muslimah disana, menjenguk pabrik roti yang sedang kita buat, dan berbincang-bincang, dengan janji untuk menyebarkan pada siapa saja tentang perjuangan Palestina.


Batinku pagi ini, siapa yang akan menggantikan sosokmu yang begitu sempurna?


Ummahat di Palestina, begitu mereka sangat kehilangan dirimu, PASTI! Dimana mereka membutuhkan sekali kehadiranmu, LAGI dan LAGI!... Dengan semangatmu yang membara, itu semua membuat mereka bahagia. Ada banyak muslimah yang diwakili dirimu, bersedia menanggung beban dan membawa doa bagi rakyat Palestina.


Aku tahu, di MATAMU ADA CINTA yang menyorot lembut ketika berkisah mengenai dakwah dan perjuangan umat Islam dimana-mana, dari Indonesia sampai Palestina. Sosokmu demikian sempurna, hatimu begitu lembut, engkau adalah guru, kakak, murobbiyah, da’iyyah, sahabat, juga kawan perjalanan yang sudah sampai pada hari terakhir yang dijanjikan...


Allah sayang padamu dan mengetahui engkau menyimpan beban yang teramat berat dan maksimal. Tugasmu di dunia selesai sudah, dan bergembiralah menjadi salah seorang syuhada, dengan caramu, tatapanmu, dan juga semangatmu yang membekas dihati siapa saja yang pernah dekat denganmu.


Bagiku, tiada siapa yang mampu menggantikan dirimu, letakmu ada di dalam hatiku yang paling dalam, melekat erat tak tergoyahkan. Kepergianmu membuat banyak orang terhenyak, namun salah satu ciri orang soleh adalah kepergiannya membuat orang merasa sangat kehilangan, membuat orang menjadi ingin berbuat baik, membuat orang hanya ingat pada kebaikannya saja.


Selamat jalan guruku, sahabatku, murrobiyahku, naqibahku, kecintaanku, tempat dimana aku menangis, dan kau adalah ciptaan Allah yang merupakan segalanya bagiku. Sekali lagi ingin kukatakan, tempatmu ada dalam hatiku, dalam relung ujung dan dasar hatiku, takkan tergantikan oleh siapapun di dunia ini selain suamiku.


Engkau mujahidah dengan kualitas terbaik yang pernah kutemui di dunia ini.


Note : Dalam khayalku, mungkin kita akan berjumpa di sebuah pasar di surga di setiap jum’at. Dan engkau menubrukku sebagaimana engkau pernah menubrukku di depan Masjidil Haram sembilan bulan lalu dan memanggilku, ”Fiii, sama siapaaa...?” (bila harapan surgaNya kita tidak sama tingkatannya), atau “Assalamu’alaikum, ini ikan bakar dan gudeg, tolong kasih Mam Fifi yaa, buat anak-anak, bilangin (bisiknya lembut pada khadimahku), dari bu Yoyoh...” Begitu sering sekali beliau lakukan itu ketika pulang dari bepergian dakwah dan perjalanan yang jauh, memberi sesuatu yang sedap dimakan. “Untuk tetanggaku di surge,” pesannya diatas secarik kertas. Indah ungkapannya, masih terasa kuat menghujam di hati.


Potongan email Ustadzah Yoyoh sebelum beliau berangkat ke Sudan pada bulan Maret :


“Ketika mau naik pesawat saat petugas mengumumkan waktu boarding, saya menuju toilet terlebih dahulu untuk bersih-bersih dan berwudhu. Saya selalu berusaha menjaga wudhu karena saya ingin bila suatu saat saya dipanggil Allah SWT, maka saya dalam keadaan berwudhu. Kita menyadari bahwa hidup ini memang penuh misteri, kita hanya menjalankan program pilihan Allah, bukan pilihan kita. Sering kali kita membuat program detail untuk jangka pendek, menengah atau jangka panjang, baik untuk kepentingan pribadi atau kepentingan organisasi namun ternyata yang terealisir hanya beberpa persen saja dari yang kita rencanakan seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 34,


Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman [31] : 34)


Potongan SMS Ustadzah Yoyoh pada beberapa sahabat :


Ya Rabb, aku sedang memikirkan posisiku kelak di akhirat...


Mengkaitkan aku dengan berdampingan penghulu para wanita, Khadijah Al-Qubro yang berjuang dengan harta dan jiwanya? Atau dengan Habsah binti Abu Bakar yang dibela oleh Allah saat akan dicerai karena Showwamah dan Qowwamahnya? Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500-an hadist, sedang aku... ehm.. 500 juga belum.. atau dengan Ummu Sulaiman yang shobiroh atau dengan asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad... atau dengan siapa ya?


Ya Allah tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliyah mereka.. sehingga aku layak bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di taman firdausmu.


“Jiwa yang bebas terbang ‘tuyuur’ (terbang dengan bebas seperti burung) untuk mentaati perintah Allah tanpa dipenjara oleh fisik dan lain-lain.” (Yoyoh Yusroh)


Source: http://www.eramuslim.com/akhwat/wanita-bicara/ustadzah-yoyoh-siapakah-penerusmu-kelak.htm

Wednesday, May 11, 2011

Things That Happen To Me These Days...

Things that I would like to share with readers...

_____________________________
Question:

Dear Prof Azhar,

Assalamualaikum wbt and a very good morning.

I am Nor Izyati Md. Rahim, your USM Food Technology ex-student batch 2006-2010 which was graduated last year in August, 2010. Right now I am working in a health and nutrition communication consultant and would like to ask you some questions on behalf of the Nutrition Month Malaysia 2011, the annual nutrition promotion campaign jointly organised by the Nutrition Society of Malaysia (NSM), the Malaysian Dietitians’ Association (MDA) and the Malaysian Association for the Study of Obesity (MASO).

Recently, I am sure you have watched the advertisement on TV and newspaper about Fonterra (Malaysia) Sdn. Bhd claims that their growing up milk (Anmum Essential) has no added sugar which is very good for the children, and they are the only milk company that does not add sugar in their milk product. This claim has exaggerated the milk industry where most of the growing up milk company are nervous and said that the claim is too much and they have already followed the food act about the necessary amount of sugar to be added in milk.

For your information, right now the Steering Committee (SC) of the Nutrition Month Malaysia 2011 which is chaired by Dr. Tee E Siong, the president of Nutrition Society of Malaysia (NSM) are having discussion and decided to write an article to overcome the situation and explain the truth to the society. The claim has also made the mothers becoming sensitive of the sugar in milk and some of them have opinion that milk is not good as it contains added sugar, thus no need to give their children milk, as recently there are issues about obesity in children. But the SC members think that it is not suppose to happen, as some sugar is also needed and good for children.

We have some questions to ask you as the expert in food processing:


1) As an expert in food processing, what is your opinion on this issue? Prof Dr Azhar: As below.

2) We found that in food labels of milk powder product, they listed ‘lactose’ as the ingredients (but not in fresh milk). Does that mean that they add the lactose instead of having it naturally in milk?
Prof Dr Azhar: Sometimes lactose is added to standardize solid milk.

3) We understand that adding sugar might give some advantages to the production of milk, that is increasing the palatability and also the volume of the milk after being spray dried. But referring to Fonterra (Anmum Essential) case, is it still ok if the milk did not added with any sugar, no matter how and what type of sugar it is?
Prof Dr Azhar: There are other milk in the market that do not list sucrose. It is OK without sugar, it's a choice. really we need to run sensory evaluation to prove a point - added sugar enhances taste, motivating milk drinking, good for their growth.


Thank you for your time reading the email. Appreciate your opinions as we need also some thought from a food technology expert and concern in terms of giving knowledge and true understanding about the situation to the society.

Thank you.

Warmest Regards,
Secretariat
Nutrition Month Malaysia 2011

Nor Izyati Md. Rahim
Communications Executive


Answer:

Salam Nor Izyati,
thank you for the questions.

Yes Anmum is promoting their milk well. However it is all based on perception rather than true value. The value delivered to consumers are simply perceived value. There is no study to support the idea that added sugar in milk is harmful in any way.

If we run sensory evaluation on all the milk on the market then we might find out the reason for adding sugar, that is to improve taste and flavor. Food technologists use their formulation skills to produce milk that is perceived as tasty and nutritious. Not many kids like drinking milk as it is, thus sugar is essential in order to motivate daily consumption. These kids are young and their metabolic rates are high. Consuming milk with added sugar would not cause obesity, in fact the energy obtained from the sugar is used for building tissues and growth.

The other companies could join fonterra, or they can relaunch their milk as products with more carbo-energy for growth (another perceived value). (more views above in green)

Azhar Mat Easa

Wednesday, May 04, 2011

Wanita di bawah Cahaya al-Quran dan al-Sunnah

Oleh : AisyahHumaira (al-ahkam.net)

Pendahuluan

Apakah sifat seorang wanita yang beriman kepada Allah dan RasulNya? Bagaimanakah seorang wanita itu seharusnya bertingkahlaku untuk dia digelar wanita yang solehah? Dan apakah petunjuk Nabi :selawat kepada kaum wanita dari kalangan umatnya dalam menjalani kehidupannya? Sesungguhnya tidaklah seorang wanita itu mengikut setiap pesanan dan nasihat dari guru sekalian umat ini -:selawat- melainkan dia digelar wanita yang solehah. Tiada satu pun yang dapat mengukur kebaikan dan kemuliaan seorang wanita itu melainkan dengan kekuatannya berpegang kepada al-Quran dan al-Sunnah. Tulisan ini akan menjawab persoalan-persoalan yang diutarakan di atas berdasarkan dalil-dalil dari al-Quran dan al-Sunnah. Wahai kaum wanita, perhatilah dan selamilah petunjuk serta wasiat dari Penciptamu dan Rasulmu serta hadapilah hidup ini dengan hati yang lurus!

.

Sifat wanita yang beriman

Sekiranya seorang wanita itu berakhlak dan menghiasi dirinya dengan sifat-sifat berikut, maka bergembiralah dia dengan syurga yang dijanjikan oleh Allah untuknya.

(1) Keimanan dan taqwa kepada Allah serta kecintaannya kepada Rasul :selawat. Seorang wanita itu seharusnya mendahulukan Allah dan Rasul :selawat dalam apa jua perkara serta menjadikan keduanya sebagai kayu ukur dalam setiap gerak-geri dan tingkahlakunya. Allah Taala berfirman yang bermaksud : «Tiadalah bagi lelaki yang beriman dan wanita yang beriman (hak) untuk memilih dalam urusan mereka apabila Allah dan RasulNya telah memutuskan urusan itu. Barangsiapa menderhakai Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata» [al-Ahzab : 36]. Dan Nabi :selawat telah menjanjikan bahawa mereka yang mendahulukan Allah dan RasulNya dalam setiap perkara maka mereka akan mendapat kemanisan iman. Nabi :selawat berkata yang membawa maksud : «Tiga perkara yang mana ia terdapat pada diri seseorang itu, maka dia akan merasai kemanisan iman ; orang yang mencintai Allah dan RasulNya melebihi segala sesuatu; orang yang mencintai orang lain kerana Allah; dan orang yang membenci kekafiran sebagaimana dia membenci dimasukkan ke dalam api neraka»[1].

Seorang wanita yang beriman itu selalu mengingati Allah dalam keadaan bersendiri mahupun ramai, dan dalam keadaan senang ataupun susah. Hatinya sentiasa terikat dengan Allah dan dia sentiasa memelihara iman di dalam hatinya dengan zikir, ibadah-ibadah sunat, membaca al-Quran serta memerhati tanda-tanda kekuasaan Allah. Kehidupan bagi seorang wanita itu bukanlah emas dan perhiasan, kehidupan juga bukan suami ataupun keluarga; tetapi kehidupan bagi seorang wanita itu ialah iman dan amalan-amalan soleh yang akan dibawa berjumpa Allah kelak. Allah berfirman yang bermaksud : «Barangsiapa mengerjakan kebaikan baik lelaki ataupun perempuan, sedang dia beriman, nescaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik; dan Kami balasi mereka dengan pahala yang terlebih baik dari apa yang telah mereka amalkan» [al-Nahl : 97]. Seorang wanita yang menjadikan al-Quran dan al-Sunnah sebagai tunggak hidupnya, maka dia akan menjalani kehidupan di dunia ini dengan aman dan bahagia. Dari Suhaib al-Rumi, Nabi :selawat berkata yang bermaksud : «Sungguh mengkagumkan urusan orang mukmin itu, setiap urusannya adalah baik, tidaklah perkara ini berlaku kepada seseorang pun melainkan orang mukmin, jika dia mendapat perkara gembira, dia bersyukur, itu adalah baik baginya, dan jika dia ditimpa musibah, dia bersabar, itu adalah baik baginya»[2].

(2) Sentiasa melazimi rumah dan tidak berhias-hias (tabarruj). Sekian banyak dalil-dalil dari al-Quran dan al-Sunnah yang menunjukkan bahawa melazimi rumah itu adalah lebih baik bagi seorang wanita. Setiap apa yang disebut sebagai baik oleh Allah dan Rasul :selawat, maka tiadalah sesuatu pun yang lebih baik dari perkara itu. Allah berfirman di dalam al-Quran yang menunjukkan perintah kepada isteri-isteri Nabi :selawat yang bermaksud : «Tetaplah kamu dalam rumahmu dan janganlah kamu berhias-hias seperti berhiasnya perempuan jahiliyah yang dahulu…» [al-Ahzab : 34]. Ibn Kathir berkata ketika menafsirkan ayat ini : "Adab-adab ini telah Allah perintahkan kepada isteri-isteri Nabi :selawat dan wanita umat ini (untuk mereka mengikuti ummahat al-mukminin)…(ayat ini bermaksud) iaitu tetaplah kalian dan janganlah keluar tanpa sebarang hajat dan antara hajat yang dibenarkan syara ialah solat di masjid dengan syarat yang telah ditetapkan[3]". Manakala al-Qurtubi pula berkata : "Ayat ini menunjukkan perintah untuk tetap di rumah, walaupun ayat ini ditujukan kepada isteri-isteri Nabi :selawat, tetapi dari segi makna, ia juga merangkumi wanita-wanita lain, bagaimana tidak, sedangkan banyak perintah syara yang menyuruh wanita tetap di rumah dan tidak keluar kecuali darurat[4]".

Dalam suatu hadis, Nabi :selawat berkata yang bermaksud : «Solat wanita di (bahagian dalam) rumahnya lebih baik dari solatnya di ruangan luar rumahnya[5], dan solatnya di dalam rumah kecilnya (makhda[6]) lebih baik dari solatnya di dalam bahagian dalam rumahnya (tadi)»[7]. Walaubagaimana pun, wanita dibenarkan untuk solat di masjid, tetapi solat mereka di rumah itu adalah lebih baik seperti yang dikatakan oleh Nabi :selawat yang bermaksud : «Janganlah kamu halang isteri-isteri kamu (bersolat) di masjid, (akan tetapi) rumah-rumah mereka itu lebih baik bagi mereka»[8]. Dalam syarah hadis ini disebutkan : Solat wanita di rumah itu lebih baik bagi wanita daripada solat mereka di masjid sekiranya mereka mengetahui, tetapi mereka tidak mengetahuinya lantas meminta izin untuk ke masjid dan menganggap bahawa pahala mereka bersolat di masjid itu lebih banyak. Solat mereka di rumah itu lebih baik kerana ia lebih aman dari fitnah, lebih-lebih lagi setelah berlakunya tabarruj dan berhias-hias di kalangan wanita…[9]. Perintah ini dikuatkan lagi dengan sebuah hadis Nabi :selawat yang bermaksud : «Wanita itu aurat, jika dia keluar maka syaitan akan memandangnya, dan seorang wanita itu paling hampir dengan Tuhannya sekiranya dia berada tetap di dalam rumahnya»[10]. Perkataan istasyrafa dalam hadis di atas membawa maksud syaitan akan mencantikkan wanita itu di mata lelaki, dan ada pendapat yang mengatakan bahawa maksud hadis ini ialah syaitan akan memandang wanita itu untuk menyesatkannya dan orang lain akan menjadi sesat disebabkan olehnya[11]. Subhanallah! Hadis ini menunjukkan kelebihan melazimi rumah bagi seorang wanita dan itu merupakan antara cara yang terbaik untuk dia mendekatkan diri kepada Allah. Maksudnya sama seperti hadis[12] yang menyatakan bahawa seorang hamba itu paling hampir dengan Allah dalam keadaan sujud, yang mana hadis ini menunjukkan kelebihan sujud dan galakan untuk memperbanyakkan sujud.

Perintah bagi wanita supaya tetap di rumah dan larangan untuk mereka keluar dikecualikan sekiranya mereka keluar dengan sebab-sebab dan hajat tertentu yang dibenarkan syara. Ini berdasarkan hadis Nabi :selawat di mana Aisyah :radhia menceritakan : Saudah :radhia telah keluar –selepas turunnya perintah hijab- kerana hajat tertentu, dan dia adalah seorang wanita yang berbadan besar, mereka yang mengenalinya pasti akan akan mengetahui bahawa dia adalah Saudah (walaupun dia memakai pakaian menutupi seluruh badan ataupun keadaan malam yang gelap), maka Umar melihatnya lalu berkata : Wahai Saudah, demi Allah, kamu tidak akan dapat menyembunyikan diri dari kami, maka fikirlah cara bagaimana kamu keluar tanpa dikenali. Aisyah berkata : Maka Saudah pun pulang, dan Baginda :selawat berada di rumahku sedang makan malam dan tangannya menggenggam daging, lalu dia masuk dan berkata : Wahai Rasulullah, aku telah keluar untuk menunaikan hajatku dan Umar telah berkata kepadaku (itu dan ini). Aisyah berkata : Maka Allah telah menurunkan wahyu kepadanya dan ketika keadaan itu selesai, daging itu masih berada di genggamannya seakan-akan beliau tidak mahu menyimpannya, lalu Nabi :selawat bersabda : «Kamu diizinkan keluar untuk memenuhi keperluanmu»[13].

(3) Sentiasa menundukkan pandangan dan memelihara dirinya. Seorang wanita yang beriman dan solehah itu sentiasa menundukkan pandangannya dari melihat perkara-perkara yang haram dan sentiasa memelihara kehormatan dirinya sebagai seorang wanita yang beriman.

Telah menjadi kebiasaan bagi wanita-wanita zaman ini samada yang sudah bersuami atau pun masih belum berkahwin –kecuali mereka yang dipelihara oleh Allah- untuk mempunyai sahabat dari kalangan lelaki. Ini bertentangan dengan sifat wanita yang beriman dari kalangan hamba yang disifatkan oleh Allah dalam surah al-Nisa yang bermaksud : «…dan berikanlah kepadanya mas kahwinnya dengan kadar yang patut, sedang hamba itu perempuan yang baik, bukan perempuan lacur dan bukan pula mengambil lelaki lain sebagai teman secara rahsia…» [al-Nisa : 25]. Inilah budaya barat yang cuba diserap masuk di kalangan wanita-wanita Muslimah kerana musuh-musuh Allah ini tahu bahawa rosaknya wanita Muslimah bererti rosaklah generasi Islam yang akan datang! Tetapi malangnya, fenomena ini dianggap biasa di zaman ini bahkan wanita yang tiada sahabat lelaki itu pula yang dikatakan ketinggalan zaman serta tidak pandai bersosial dan sebagainya. Allah jualah tempat meminta pertolongan.

Firman Allah lagi dalam surah yang sama mengenai sifat-sifat wanita yang baik itu : «…Perempuan-perempuan yang solehah ialah perempuan-perempuan yang taat, yang memelihara kehormatannya sewaktu suaminya tiada, sebagaimana Allah telah memeliharakan dirinya…» [al-Nisa : 34]. Maksudnya, mereka ini memelihara kehormatan diri mereka dan memelihara rahsia suami ketika ketiadaannya sebagaimana Allah memelihara mereka dengan memerintahkan para suami supaya bergaul dengan baik dengan mereka dan menunaikan hak-hak para isteri[14]. Inilah ciri-ciri wanita yang solehah.

Manakala perintah menundukkan pandangan pula tidaklah terhad pada lelaki sahaja, bahkan Allah telah mengkhususkan satu ayat yang menyuruh para wanita juga menundukkan pandangan. Firman Allah yang bermaksud : …«Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, supaya mereka merendahkan pandangan…» [al-Nur : 31].

(4) Menjaga lisan daripada mengumpat, memfitnah dan sebagainya. Suka mengumpat, mencerca dan melaknat adalah satu sifat yang sering dikaitkan dengan wanita –kita memohon keselamatan dari Allah supaya dijauhkan dari sifat ini-. Manakan tidak, sedangkan Allah sendiri mengkhususkan larangan ini kepada wanita di samping ayat yang umum melarang orang mukmin itu menghina sesama mukmin. Allah berfirman yang bermaksud : «…dan jangan pula kaum perempuan menghina kaum perempuan yang lain, kerana boleh jadi perempuan yang dihina itu lebih baik dari perempuan yang menghina…» [al-Hujurat : 11]. Allah mengkhususkan larangan ini kepada wanita kerana kaum inilah yang seringkali cepat mengeluarkan kata-kata yang tidak baik samada mengumpat, menghina, mengata dan sebagainya[15]. Syeikh al-Sadi rahimahullah di dalam tafsirnya berkata : …pada realitinya memang selalunya mereka yang dihina itu lebih baik dari yang menghina, kerana penghinaan itu tidak akan datang kecuali dari hati yang penuh dengan keburukan dan akhlak yang keji…[16].

Allah Taala juga berfirman yang bermaksud : «…dan janganlah kamu mengumpat orang lain, sukakah salah seorang kamu memakan daging saudaranya yang telah mati?...» [al-Hujurat : 12]. Maka selayaknya bagi wanita yang beriman untuk menjauhi larangan Allah ini dan cuba sedaya-upaya untuk menjaga lisannya dari berkata yang tidak baik. Hendaklah seorang wanita itu bertaqwa pada Allah dan meletakkan syurga dan neraka di hadapannya sebelum berkata apa-apa mengenai orang lain.

Dari Huzaifah :radhia, Nabi :selawat berkata yang bermaksud : «Tidak akan masuk syurga qattaat (orang yang mendengar sesuatu sedangkan dia tidak mengetahui hakikat sebenarnya dan kemudian menyebarkannya untuk tujuan berbuat kerosakan[17])[18].

(5) Menjaga pendengarannya daripada muzik, kata-kata yang keji dan perkara-perkara lain yang haram untuk didengari. Seorang wanita yang beriman hendaklah berusaha sedaya-upaya untuk menjauhi apa jua perkara yang boleh melalaikannya dan tidak mendatangkan faedah bagi agamanya. Dia hendaklah sentiasa memelihara pendengarannya kerana ia adalah sesuatu yang dipertanggungjawabkan ke atasnya dan akan disoal oleh Allah di hari akhirat kelak. Allah berfirman yang bermaksud : «…Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, masing-masing akan dipertanggungjawabkan» [al-Isra : 36].

Nabi :selawat berkata yang bermaksud : «Akan muncul dari umatku orang-orang yang menghalalkan (menganggap halal) zina, memakai baju sutera, arak dan alat muzik…»[19]. Perbuatan menghalalkan itu tidak terjadi melainkan apabila hukum asal sesuatu itu adalah haram. Dalam hadis ini, alat muzik diletakkan sebaris dengan arak dan zina yang mana jelas pengharamannya pada umat Islam. Ibn Masud :radhia berkata : "Nyanyian itu menumbuhkan nifaq dalam hati sebagaimana air itu menumbuhkan sayuran"[20].

Dr. Aidh al-Qarni berkata[21] : Sesiapa yang mendengar muzik itu maka dia akan dihukum dengan tiga perkara :

1- Terputus hubungan hatinya dengan Allah.

2- Dia tidak lagi menyintai al-Quran, zikir, hadis, sirah Nabi :selawat dan sebagainya.

3- Allah akan mengharamkan mendengar nyanyian baginya di syurga nanti.

Bersambung insha Allah…



[1] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Sahihnya, Kitab Badu al-wahyi, Bab Halawat al-iman, no. hadis : 16; Muslim dalam Sahihnya, Kitab al-Iman, Bab Bayan khisal man ittashafa bihinna wajada fiihi halawat al-iman, no. hadis : 67; al-Nasaie dalam Sunannya, Kitab al-Iman wa syaraiihi, Bab Halawat al-iman, no. hadis : 4988; Ahmad dalam Musnadnya, 3/103, no. hadis : 12021.

[2] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Sahihnya, Kitab al-Zuhd wa al-Raqaiq, Bab al-Mumin amruhu kulluhu khayr, no. hadis : 64; Ibn Hibban, Sahih Ibn Hibban bi Tartib Ibn Balban, Kitab al-Janaiz, Bab Ma jaa fi al-sabr, no. hadis : 2896. Lafaz hadis ini adalah lafaz Muslim.

[3] Ibn Kathir, Tafsir al-Quran al-Azhim, (T.Tp, T.Th) 3/636.

[4] Al-Qurtubi, al-Jami li Ahkam al-Quran, (T.Tp, T.Th) 14/158.

[5] Al-hujrat : Kawasan lapang di dalam rumah. Lihat : al-Azhim Abadi, Syaraf al-Haq Muhammad Asyraf, Aun al-Mabud Syarh Sunan Abi Daud, (Beirut : Dar Ihya al-Turath al-Arabi, 2001) 2/166.

[6] Al-makhda : Rumah kecil yang ada dalam rumah besar; tempat menyimpan barang-barang yang berharga. Lihat : Ibid.

[7] Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya, Kitab al-Salat, Bab al-Tasydid fi zalik, no. hadis : 570; Ibn Khuzaimah dalam Sahihnya, Kitab al-Salat, Bab Ikhtiyar Salat al-Marah fi Baytiha ala Salatiha, no. hadis : 1688; al-Hakim dalam al-Mustadrak, Kitab al-Imamah wa Salat al-Jamaah, no. hadis : 757; al-Baihaqi dalam Sunannya, Kitab al-Haidh, Bab Khayr Masajid al-Nisa Qar Buyutihinna, no. hadis : 5144. Berkata al-Hakim : Hadis ini hadis sahih menepati syarat Bukhari dan Muslim tetapi mereka tidak meriwayatkannya di dalam kitab mereka. Keduanya berhujah dengan Muwarriq ibn Musyamrij al-Ajaliyy; dan ia dipersetujui oleh al-Zahabi.

[8] Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya, Kitab al-Salat, Bab Ma jaa fi khuruj al-nisa ila al-masjid, no. hadis : 567; Ahmad, 2/76, no. hadis : 5468 & 5471; al-Hakim dalam al-Mustadrak, Kitab al-Imamah wa Salat al-jamaah, no. hadis : 755; al-Baihaqi dalam Sunannya, Kitab al-Haidh, Bab Khayr Masajid al-Nisa Qar Buyutihinna, no. hadis : 5142. Berkata al-Hakim : Hadis ini sahih menepati syarat Bukhari dan Muslim, keduanya berhujah dengan al-Awwam bin Hawsyab dan telah thabit bahawa Habib mendengar dari Ibn Umar; tetapi mereka tidak meriwayatkan penambahan dalam hadis ini wa buyutuhunna khayrun lahunna. Dipersetujui oleh al-Zahabi.

[9] al-Azhim Abadi, op. cit, 2/165.

[10] Diriwayatkan oleh al-Tirmizi dalam Sunannya, Kitab al-Ridha, Bab bi dun tarjamah , no. hadis : 1173; Ibn Hibban dalam Sahihnya, Kitab al-Hazr wa al-Ibahat, no. hadis : 5599; Ibn Abi Syaibah dalam al-Musannaf, Kitab al-Salawat, Bab Man kariha zalik, no. hadis : 7616; Ibn Khuzaimah dalam Sahihnya, Kitab al-Salat, Bab Ikhtiyar Salat al-Marah fi Baytiha ala Salatiha…, no. hadis : 1685; al-Tabarani dalam al-Mujam al-Kabir dan al-Awsath, no. hadis : 10115 & 8096. Dalam riwayat al-Tirmizi oleh Abdullah, tiada lafaz : Wa aqrabu ma takuunu… dan dia berkata : Ini hadis hasan sahih gharib. Berkata al-Haithami : Diriwayatkan oleh al-Tabarani dalam al-Kabir dan perawi-perawinya dipercayai. Lihat : al-Haithami, Nur al-Din Ali bin Abi Bakr, Majma al-Zawaid wa Manba al-Fawaid, (Beirut : Dar al-Fikr, 1412H) 2/156.

[11] Lihat : al-Mubarakfuri, Muhammad Abdul Rahman bin Abdul Rahim, Tuhfat al-Ahwazi bi Syarh Jami al-Tirmizi, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001) 4/283.

[12] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Sahihnya, Kitab al-Salat, Bab Ma Yuqaal fi al-Ruku wa al-Sujud, no. hadis : 482; Abu Daud dalam Sunannya, Kitab al-Salat, Bab Fi al-Dua fi al-Ruku wa al-Sujud, no. hadis : 875; al-Nasaie dalam Sunannya, Sifat al-Salat, Aqrab Ma Yakuunu al-Abd Min Allah Azza wa Jalla, no. hadis : 1137; Ahmad dalam Musnadnya, 2/421, no. hadis : 9442.

[13] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Sahihnya, Kitab al-Tafsir, Bab Qauluhu Taala : [33 : 53], no. hadis : 4517; Muslim dalam Sahihnya, Kitab al-Salam, Bab Ibahat al-khuruj li al-nisa li qadha hajat al-insan, no. hadis : 2170.

[14] Lihat : al-Baghawi, al-Hussain bin Masud, Maalim al-Tanzil, (al-Riyadh : Dar Thiibah, 2002M/1423H) 1/519.

[15] Lihat : al-Qurtubi, op. cit., 16/275.

[16] Al-Sadi, Abdul Rahman bin Nasir, Taysir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, (al-Riyadh : Dar al-Salam, 2002M/1422H) 945.

[17] Lihat : Ibn Hajar, Ahmad bin Ali Abu Fadhl, Fath al-Bari, (Beirut : Dar al-Marifah, 1379H) 10/473.

[18] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Sahihnya, Kitab al-Adab, Bab Ma Yukrahu min al-Namimah, no. hadis : 5709; Abu Daud dalam Sunannya, Kitab al-Adab, Bab fi al-Qattaat (al-Nammaam), no. hadis : 4871; Ahmad dalam Musnadnya, 5/382, 389, 397, 402, 404; al-Nasaie dalam Sunan al-Kubra, Kitab al-Tafsir, Surah al-Qalam, no. hadis : 11614.

[19] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Sahihnya, Kitab al-Asyribat, Bab Ma Jaa fi Man Yastahillu al-Khamr…, no. hadis : 5268; Abu Daud dalam Sunannya, Kitab al-Libas, Bab Ma Jaa fi al-Hirr, no. hadis : 4039.

[20] Dinaqalkan dari : al-Suyuti, Jalaluddin bin al-Kamal, al-Amru bi al-Ittiba wa al-Nahyu an al-Ibtida, (al-Riyadh : Dar Ibn al-Qayyim, 2001M/1422H) 107.

[21] Lihat : Al-Qarni, Aidh bin Abdillah, Bayt Ussisa ala al-Taqwa, (Beirut : Dar Ibn Hazm, 2000M) 214

 

Text