Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, March 25, 2010

Rahsia Lelaki Ahli Syurga

Rasulullah Sallallahu’alaihi Wasallam menjelaskan:

Sesungguhnya seseorang hamba Allah itu dengan akhlaknya yang baik boleh mencapai darjat yang paling agung di akhirat dan mencapai darjat yang paling mulia meskipun ia lemah dan segi ibadat. Dan sesungguhnya seseorang hamba Allah itu dengan keburukan akhlaknya boleh menjunam ke dasar neraka yang paling bawah.
(Hadith riwayat At Tabrani)

Anas bin Malik meriwayatkan bahawa pada suatu ketika kami duduk
bersama Rasulullah Sallallahu’alaihi Wasallam, tiba-tiba beliau bersabda:

“Sekarang akan muncul seorang lelaki ahli syurga menjenguk kalian.”
Tiba-tiba muncullah seorang lelaki Ansar. Pada esok harinya dalam kesempatan yang sama. Rasulullah Sallallahu’alaihi Wasallam pun berkata seperti itu juga, lantas muncullah orang lelaki yang sama seperti semalam. Pada hari ketiga, Nabi pun berkata demikian juga, lalu muncul lelaki hari pertama tersebut juga. Apabila Rasulullah Sallallahu’alaihi Wasallam beredar, ‘Abdullah Amar pun mengekori lelaki tersebut. Beliau mengatakan kepadanya: “Saya telah bergaduh dengan bapa saya dan saya bersumpah tidak mahu bersamanya selama tiga hari. Kalau saudara sudi menumpangkan diri saya dalam tempoh itu nescaya saya akan turut saudara pulang.” “Baiklah, saya sudi, “jawab lelaki itu. Anas radiyAllahu‘anhu meriwayatkan bahawa Abdullah menceritakan yang beliau tinggal bersama lelaki tersebut selama tiga malam tetapi tidak pernah melihatnya bangun sembahyang malam. Cuma apa yang diihatnya ialah apabila lelaki tersebut bertukar kedudukan di tempat tidurnya, ia sentiasa menyebut nama Allah Subhanahu Wata’ala dan bertakbir, sehinggalah akhirnya ia bangun menunaikan Solat Fajar. Abdullah menambah: “Aku tidak pernah mendengar lelaki tersebut berkata kecuali dengan perkataan yang baik sahaja.”

“Apabila berselang tiga malam maka aku pun hampir-hampir meremehkan amalannya, kata Abdullah. Selepas itu aku pun berkata kepadanya: “Wahai hamba Allah, sebenarnya antara aku dan bapaku tidak ada apa-apa sengketa dan pergaduhan. Cuma aku telah mendengar Rasulullah Sallallahu’alaihi Wasallam menyebut perihal dirimu sebanyak tiga kali. Beiau berkata: “Sekarang tampil menjengol seorang ahli syurga “. Tiap-tiap kali orang yang muncul itu ialah saudara. Lantaran itulah saya ingin menumpang di rumah saudara untuk melihat apakah amalan saudara supaya dapat saya contohi. Tapi saya tidak nampak saudara melakukan apa-apa amal yang besar” “Apakah yang menyebabkan saudara mencapai martabat seperti yang diungkapkan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihi
Wasallam itu.

Jawab lelaki itu: “Tidak ada apa-apa yang saya lakukan selain dari apa
yang telah saudara lihat. Kata Abdullah, “Ketika saya berpaling dan beredar lelaki
tersebut memanggil saya dan berkata lagi: “Tidak ada apa-apa yang saya lakukan, kecuali, apa yang telah saudara lihat. Cuma saya tidak pernah menyimpan dalam hati saya hasrat menipu orang lslam yang lain atau rasa dengki terhadap sesiapa, lantaran inilah yang telah meningkatkan martabat saya.”
(Hadith: riwayat Ahmad dengan Sanad perawi, mengikut Bukhari, Muslim dan
Nasai’e).

Seorang Da’ie memang amat memerlukan kepada hati yang sihat. Akan tetapi ia hendaklah sentiasa bersikap waspada. Ia memerlukan akhlak yang lurus dengan kesedaran. Ia harus kuat dan tidak dapat ditawan oleh sifat marah sehingga kecundang; melakukan perbuatan yang lumrah dilakukan oleh para juhala’ dan orang yang rendah peribadinya. Ia hendaklah yakin bahawa Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha Mengetahui segala rahsia akan menguruskan segala-galanya.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:maksudnya,

“Tidak ada tiga orang yang berpakat rahsia kecuali Allah pihak yang keempat. Tidak juga lima kecuali Allah pihak yang keenam. Tidak kurang dan bilangan itu atau lebih kecuali Allah bersama mereka di mana sahaja mereka berada. Kemudian Allah menyatakan apa yang mereka lakukan pada hari Qiamat kelak. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(Surah Al-Mujadilah: Ayat 7)

Wednesday, March 24, 2010

Allah Bersama Kita

Oleh Drs. Ahmad Yani, Ketua LPPD Khairu Ummah

Ada banyak hal yang harus kita pahami tentang Allah swt yang telah kita jadikan sebagai Tuhan dalam kehidupan ini. Memahami, mengenal (ma'rifah) Allah akan membuat kita bisa menyesuaikan diri dengan kehendak dan ketentuan-Nya. Bila kita tidak mengenal Allah swt, mana mungkin kita bisa mencintai-Nya. "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta", begitulah pepatah yang sering kita dengar.

Salah satu sifat yang harus kita kenal tentang Allah adalah Dia selalu bersama kita, Dia begitu dekat dengan manusia, hanya persoalannya adalah apakah kita merasa dekat dengan-Nya atau tidak. Lalu, kepada siapa Dia dekat dan makna atau konteks apa yang harus kita tangkap dari kedekatan dan kebersamaan-Nya itu dalam kehidupan ini. Di dalam Al-Qur'an, Allah swt menjelaskan masalah ini sehingga kita perlu memahaminya dengan baik.


1. BERSAMA ORANG YANG BERTAQWA DAN BERBUAT BAIK

Taqwa merupakan perintah Allah swt yang tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tapi juga kepada umat manusia secara keseluruhan, karenanya tidak sedikit ayat yang berisi perintah bertaqwa yang dimulai dengan kalimat yaa ayyuhan naas (hai manusia), misalnya pada firman Allah yang artinya: Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu; dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (QS An Nisa [4]:1).

Manakala manusia mau bertaqwa kepada Allah swt dan tetap berbuat baik, maka Allah swt akan selalu beserta mereka sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan (QS An Nahl [16]:128)

Bila kita teliti rangkaian ayat sebelumnya dengan ayat ini, maka dapat kita simpulkan bahwa dakwah merupakan tugas yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, namun ada saja orang yang membantahnya sehingga bila harus membantahpun harus dilakukan dengan bantahan yang baik. Namun sikap keterlaluan mereka yang menentang dakwah membuat mereka melakukan tindakan yang membuat para da'i harus membalas, tapi Allah swt mengingatkan bahwa bila harus membalas, balasan itupun tidak boleh melebihi kejahatan yang mereka lakukan meskipun bersikap sabar jauh lebih baik, karena tidak mungkin Allah swt membiarkan para da'I dalam keadaan teraniaya. Cepat atau lambat, Allah swt pasti akan memberikan pertolongan karena Dia selalu bersama orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan.

Disamping orang yang baik itu digambarkan sebagai orang yang bersikap dan bertindak sebaik mungkin kepada orang-orang yang diajak kepada Islam meskipun mereka menentang da'wah sebagaimana di dalam ayat di atas, orang yang berbuat baik juga adalah orang yang berjihad di jalan Allah guna mendapatkan keridhaan-Nya, mereka terus berjuang di jalan Allah meskipun banyak hambatan dan tantangannya, Allah swt senang kepada mereka sehingga merekapun akan memperoleh petunjuk dan pertolongan Allah swt sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (QS Al Ankabut [29]:69).


2. BERSAMA ORANG YANG SABAR

Salah satu sifat yang harus dimiliki orang yang bertaqwa adalah sabar. yakni menahan diri dari bersikap dan melakukan sesuatu yang tidak dibenarlkan Allah swt karena mengharap ridha-Nya. Dalam hidup ini, sabar merupakan sesuatu yang sangat penting, karenanya Allah swt akan menunjukkan kebersamaan-Nya kepada orang yang sabar, hal ini terdapat dalam Al-Qur'an:

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS Al Baqarah [2]:153).

Sayyid Quthb dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat di atas menyatakan tentang maksud Allah beserta orang yang sabar, yakni "Allah menguatkan, memantapkan, meneguhkan, mengawasi dan menghibur mereka. Juga Allah tidak menyeru mereka agar putus harapan di tengah jalan atau meninggalkan mereka dengan kemampuannya yang terbatas dan kekuatannya yang lemah. Akan tetapi, Allah akan meneguhkan mereka ketika hilang kekuatannya dan Allah akan memperbaharui keteguhan niatnya ketika jalan perjuangan yang dilalui masih sangat panjang". Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan, apalagi menempuh jalan perjuangan yang penuh kesulitan atau godaan kesenangan, diperlukan kedekatan kepada Allah swt dan kebersamaan-Nya. M. Quraish Shihab menyatakan: "Tanpa kebersamaan itu, kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan tidak mustahil kesulitan diperbesar oleh syaitan dan nafsu amarah manusia sendiri".


3. BERSAMA ORANG YANG MENENTANG KEZALIMAN.

Kezaliman merupakan perbuatan yang sangat tercela, karenanya sepanjang perjalanan sejarah meskipun memiliki kekuatan yang sangat lemah, orang-orang yang zalim selalu bisa ditumbangkan dan mengabikatkan citra mereka yang sangat buruk. Allah swt yang Maha Adil tentu sangat senang dengan pejuang-pejuang penegak keadilan dan penentang kezaliman. Karena itu, Allah swt akan selalu bersama-sama dengan siapa saja yang menentang kezaliman yang berarti Dia siap memberikan pembelaan atau pertolongan kepada mereka, karenanya mereka tidak usah takut, khawatir dan berkecil hati akan kemungkinan bisa mengalahkan orang-orang yang zalim, sekuat apapun mereka dan sebesar apapun pengaruhnya di masyarakat.

Karena itu, satu hal yang harus kita ingat bahwa pertolongan dan pembelaan dari Allah swt seringkali baru diberikan kepada penentang kezaliman pada saat mereka sudah mencapai puncak-puncak kesulitan. Hal ini terjadi pada sang penentang kezaliman, yakni Musa dan Harun serta umatnya dalam menghadapi kezaliman Fir'aun laknatullah, saat itu kondisinya sudah sangat sulit, kedepan laut dan kebelakang Fir'aun bersama pasukannya, maju kena mundur kena. Saat itulah, Allah swt menunjukkan pertolongan-Nya kepada hamba-hamba yang mau berjuang sebagaimana terdapat dalam firman-Nya: Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan disanalah Kami dekatkan golongan yang lain dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya (QS Asy Syu’ara [26]:61-65).

Bahkan secara khusus, kepada Musa dan Harun Allah swt meyakinkan mereka untuk tidak terlalu khawatir dal;am menghadapi keadaan, sesulit apapun keadaan itu, hal ini terdapat dalam firman-Nya: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat (QS Thaha [20]:46)


4. BERSAMA ORANG YANG BERJIHAD.

Allah swt yang telah diakui keberadaan dan kekuasaan-Nya dan Islam sebagai agama yang sudah diakui kebenarannya. Sebagai konsekuensi dari pengakuan itu, ajaran Islam bukan sekadar harus diamalkan secara pribadi, tapi harus ditegakkan dalam kehidupan masyarakat, atau dengan kata lain setiap muslim haris berjihad di jalan Allah bagi upaya menegakkan nilai-nilai Islam, bahkan meskipun bentuk jihad itu secara fisik, yakni berperang. Ini merupakan sesuatu yang sangat mulia sehingga seandainya seorang muslim meninggal dunia di medan perang, maka kematiannya disebut dengan syahid yang secara harfiyah berarti saksi, hal ini karena kematiannya menjadi saksi atas kebenaran nilai-nilai yang diperjuangkannya.

Oleh karena itu, setiap muslim yang berjihad tidak boleh merasa takut dalam menghadapi musuh, hal ini karena Allah swt telah menyatakan kebersamaan-Nya kepada setiap pejuang di jalan-Nya sehingga Ia akan memberikan pertolongan, itulah yang terjadi pada perang Badar sehingga yang terjadi justeru muncul rasa takut dikalangan orang-orang kafir, Allah swt berfirman yang artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat : "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka (QS Al Anfal [8]:12)

Ayat di atas merupakan pendorong kepada kaum muslimin untuk terus berjuang di jalan Allah swt, karena dengan keterlibatan secara aktif dalam perjuangan itu membuat seorang memperoleh nilai manfaat darinya, paling tidak ia telah membuktikan kesungguhannya dalam beriman. Bagi Allah swt tidak masalah bila seorang muslim tidak mau berjihad, karena mudah bagi Allah untuk menolong Nabi Muhammad saw, hal ini ditegaskan-Nya di dalam Al-Qur'an: Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (Musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS At Taubah [9]:40)

Dengan demikian, dalam berjuang, seorang muslim tidak boleh didominasi oleh rasa takut, bahkan seandainya resiko perjuangan menimpa dirinya, ia tidak boleh menyesali jalan perjuangan atau berduka cita.


5. BERSAMA SELURUH MANUSIA.

Manusia diciptakan Allah swt bukanlah untuk main-main, tapi untuk mengabdi kepada-Nya. Oleh karena itu, seluruh sikap dan tingkah laku manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt di akhirat kelak. Untuk itulah, Allah swt akan selalu menyertai manusia sehingga tidak ada satupun perkara termasuk pembicaraan yang bisa disembunyikan manusia, apalagi sampai luput dari pengawasan Allah swt, hal ini ditegaskan Allah swt di dalam Al-Qur'an: Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi?. Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau yang lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS Al Mujadilah [58]:7).

Meskipun sudah sedemikian tegas pernyataan Allah swt di atas, tapi tetap saja ada manusia yang sudah merasa aman dari keburukan dan kejahatan yang dilakukannya hanya karena ia bisa mengecoh manusia dan bersembunyi dari kejaran dan pertanggungjawaban manusia, padahal ia tidak bisa bersembunyi dari pengawasan Allah swt, hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur'an: Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan (QS An Nisa [4]:108).

Setelah kita memahami dan menyadari tentang kebersamaan Allah Swt, maka tugas kita berikutnya adalah bagaimana bisa selalu menyesuaikan diri dengan segala keinginan dan ketentuan Allah Swt dalam menjalani kehidupan ini.

Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id

source: www.eramuslim.com

Saturday, March 13, 2010

Special Dedication --> Big Lil Bro

Assalamualaikum wbt...

Waktu ibu tepon semalam, aku dah pun slamat sampai kolej adik2, ada mabit semalam... Alhamdulillah berjalan dengan jayanya.

Birthday Acik? [12 Mac 2010]


Adeh, camna bleh lupalak ni. Lepas tu terus call acik kesayanganku. Anyway buat acik yang outstation di Johor, Happy Belated Birthday. Semoga dengan bertambah umur, bertambah taqwa pada Allah, bertambah syukur padaNya dan bertambah amalan ikhlas keranaNya... Tiada lain yang kuharap melainkan dirimu menjadi hamba yang soleh dan taat perintah Allah dengan sepenuh hati. Ameen...

Nanti kalo dah sampai Penang, jangan lupa blanja kaklang Pizza Hut. Kaklang tuntut nanti...hehehe

Subhanallah...sudah besar adik-adikku yang 2 nie (walaupun ramai 'adik2 lain' =P) Teringat peristiwa bila mereka pertama kali pulang ke rumah lepas pertama kali 'merantau' ke tempat orang. Waktu tu acik melanjutkan pelajaran di UNISEL Batang Berjuntai lepas SPM, sedang adik ke SAMURA Johor untuk tingkatan 4. Sedang duduk-duduk, tiba-tiba adik and acik datang padaku. Acik duduk di belah kanan, adik duduk di belah kiri... then bercerita tentang pengalaman mereka pertama kali tinggal di tempat orang. Wah, tak menang telinga melayan mereka. Yang seorang cerita tentang university life, yang seorang bercerita tentg sekolah baru. Waktu itu aku tahu, adik-adikku sudah semakin besar dan akan menjadi 'orang baru'. Subhanallah, begitu cepat masa berlalu...


Menghantar angah, di KLIA
(p/s: susah betul nak cari gambar yang hanya mereka berdua...)


Membesar bersama adik-adikku ini sebebnarnya tarbiyah awal Allah padaku. Mana taknya, waktu aku di sekolah menengah, memang selalu juga kami ditinggalkan oleh ibu n ayah. Ayah selalu outstation dan ibu pula selalunya akan ikut ayah. Along di KL, sedang angah di Lumut. Tinggallah kami menguruskan keperluan sendiri. Maka aku sebagai kakak perlulah menjaga 'kebajikan' mereka. Heheh, masak? cincai je. Selalunya ibu siap masak sebelum pergi. Aku cuma panaskan shj lauk.

Alhamdulillah, rupanya pengalaman itulah yang mengajar aku menjadi seorang yang independent dan matang menghadapi kehidupan. Aku terdidik bila tiada tempat sandaran, Allah menjadi kuasa utama tempat bergantung. Menguruskan keperluan adik-adikku mendidik sifat keibuan...walaupun aku sangat garang dengan adik-adikku... heheh, jgn marah ye dik.

Begitulah tarbiyah Allah. Aku tidak sedar hal itu sehingga tarbiyah dan pengalaman dakwah datang menyapaku. Begitu besar kurniaan Allah sehingga tidak sanggup rasanya untuk bermalas-malasan dan beralasan dalam berdakwah. Terlalu banyak nikmat Allah yang perlu disyukuri dan dihayati untuk mnjadi hamba yang ikhlas beramal keranaNya... Allahu akhbar!

Bila adik-adikku ini jauh di mata, maka aku kini berusaha mendidik 'adik-adik' perempuan ku pula. Biarlah nanti di mana pun mereka berada, dakwah, tarbiyah dan Islam menjadi nadi utama dalam kehidupan mereka. Tak mengapalah 'sakit' sedikit, asalkan Allah sudi menerima amal baik ini sebagai bekal aku bertemu denganNya nanti...

Amin ya Rabbal 'Alamin...

Wassalam

Thursday, March 04, 2010

Tanda Cinta Terhadap Rasulullah SAW





Written by Abu_Umair

Friday, 19 February 2010 23:28

Oleh: Abu Anas Madani Dr Abdul Basit Hj Abdul Rahman

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسوله الأمين، وعلى آله وصحبه أجمعين، وبعد.

Mencintai Rasulullah saw merupakan kewajipan bagi setiap muslim dan semuanya mengaku ingin mencintainya, namun tidak semua pengakuan itu benar dan tidak semua keinginan itu baik. Oleh kerana itu diperlukan bukti dan tanda yang dapat dijadikan dalil kebenaran pengakuan cinta terhadap Rasulullah saw. Ini kerana apabila pengakuan tidak dibuktikan dengan dalil yang nyata, maka tentulah banyak orang membuat kerosakan dan kekacauan dengan pengakuan-pengakuan dusta, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

(( لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ لادَّعَى نَاسٌ دِمَاءَ رِجَالٍ وَأَمْوَالَهُمْ)) رواه البخاري ومسلم.

“Seandainya manusia diberikan (diterima) semua pengakuannya, tentulah ramai orang yang menuntut darah dan harta orang lain.” [HR: Al-Bukhari]

Maka wajib atas setiap muslim mengetahui bukti dan tanda kecintaan kepada Rasulullah saw dan mengamalkan serta merealisasikannya dalam kehidupan seharian mereka. Jadi, bukti dan tanda-tanda tersebut menunjukkan kecintaannya yang hakiki, semakin banyak memiliki bukti dan tanda tersebut maka semakin tinggi dan sempurna kecintaannya kepada Rasulullah saw.

Di antara bukti dan tanda-tanda tersebut adalah:

1. Mencontohi dan mengamalkan sunnah Baginda saw.

Mencontohi, mengikuti Rasulullah saw dan berjalan di atas manhaj Baginda saw serta berpegang teguh dan mengamalkan seluruh perkataan dan perbuatan Baginda saw adalah tanda pertama cintakan Rasulullah saw. Bahkan orang yang benar-benar mencintai Rasulullah saw adalah orang yang mengikuti Rasulullah saw secara zahir dan batin serta selalu menyesuaikan perkataan dan perbuatannya dengan sunnah Rasulullah saw.

Orang yang mencintai Rasulullah saw adalah orang yang bersemangat, berpegang teguh dan menghidupkan ajaran Baginda. Ianya dizahirkan dengan mengamalkan sunnahnya, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dalam perkataan dan perbuatan serta mendahulukan itu semua daripada hawa nafsu dan kelazatannya sebagaimana firman Allah swt:

] قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ [

{Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga dan harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.} [Surah At-Taubah:24].

Menghidupkan sunnah dan mengikuti Rasulullah saw dalam setiap langkah kehidupannya adalah bukti kecintaan kepada Rasulullah saw sebagaimana juga menjadi bukti kecintaan kepada Allah. Allah swt berfirman:

] قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ [

{Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.} [Surah Aali Imran: 31].

Berdasarkan hal ini, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya menuntut natijah mengamalkan hal-hal yang dicintai dan menjauhi yang dilarang dan dibenci oleh Baginda saw. Tidak mungkin ada orang yang mencintai Rasulnya adalah orang yang tidak mahu mengikuti sunnahnya atau bahkan melakukan perkara yang bercanggah dengan ajarannya dengan sengaja.

2. Banyak mengingati dan menyebutnya, kerana orang yang mencintai sesuatu tentu akan sentiasa mengingat dan menyebutnya. Sentiasa ingat kepadanya merupakan sebab kesinambungan kecintaan dan kerberterusannya.

3. Menyampaikan selawat dan salam kepada Rasulullah saw sebagaimana firman Allah:

] إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا [

{Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.} [Surah Al-Ahzaab: 56].

4. Menyebut keutamaan dan kemuliaan serta sifat, akhlak dan perilaku utama yang Allah berikan kepada Baginda saw, juga mukjizat serta bukti kenabian untuk mengenal kedudukan dan martabat Baginda saw. Demikian juga untuk mengenalkan orang lain dan mengingatkan mereka tentang hal itu agar mereka semakin beriman dan bertambah kecintaan kepada Rasulullah saw.

Ulama’ menyatakan faedah yang boleh didapati dari Selawat ke atas Nabi saw ialah: Seorang ketika banyak menyebut kekasihnya, mengingatinya dihati, mengingati kebaikan-kebaikan dan perkara-perkara yang boleh melahirkan perasaan cinta kepadanya maka semakin berlipat ganda kecintaannya kepada kekasihnya tersebut dan bertambah rindu kepadanya. Apabila dia tidak menyebutnya sama sekali, tidak mengingatinya dan kebaikannya, maka akan berkurangan rasa cinta dihatinya.

Apabila keadaan ini kuat dihatinya maka lisannya terus memuji dan menyebut kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan berkurangnya keadaan ini sesuai dengan perasaan cinta dihatinya dan anggota menjadi saksi kebenaran itu dengan mengamalkannya.

Fadhilat atau kelebihan berselawat ke atas Nabi saw sangat banyak dan sangat masyhur.

5. Bersopan santun dan beradab dengan Baginda saw baik dalam menyebut nama atau memanggilnya, kerana Allah swt telah berfirman:

] لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ [

{Janganlah kamu jadikan panggilan (kepada) Rasulullah saw di antara kamu seperti panggilan sesama kamu. Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang menarik diri (dari majlis Nabi saw) di antara kamu secara berselindung dan bersembunyi, maka hendaklah orang-orang yang mengikari perintah-Nya beringat serta berjaga-jaga, jangan mereka ditimpa bala bencana atau ditimpa azab yang pedih}. [Surah An-Nuur: 63].

Kata ulama’: Adab yang tinggi terhadap Rasulullah saw adalah menerima sepenuhnya serta tunduk patuh kepada perintahnya. Menerima perkhabarannya dengan penuh penerimaan dan membenarkannya tanpa ada penentangan dengan pemikiran ma’qul (masuk akal), syubhat, keraguan atau mendahulukan pendapat para intelektual dan pemikiran mereka yang tidak betul, dengan hanya berhukum dan menerima, tunduk dan taat kepada Baginda saw sahaja.

6. Berharap dan rindu untuk melihat dan berjumpa dengan Rasulullah saw walaupun terpaksa membayarnya dengan harta dan keluarga.

Tanda kecintaan ini dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:

مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ.

“Diantara umatku yang paling mencintaiku adalah orang-orang yang hidup selepasku, salah seorang dari mereka sangat ingin melihatku walaupun terpaksa menebus dengan keluarga dan harta.” [HR Muslim].

7. Menyampaikan Nasihat untuk (beriman kepada) Allah, kitab-Nya dan Rasul-Nya.

Sabda Rasulullah saw:

((الدِّينُ النَّصِيحَةُ. قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: للهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُولِهِ، وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ، وَعَامَّتِهِمْ)).

“Agama itu adalah nasihat.” Sahabat bertanya: Kepada siapa wahai Rasulullah? Baginda menjawab: “Untuk (beriman kepada) Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan pemimpin kaum muslimin serta kaum muslimin seluruhnya.” [HR Muslim, No. 55].

Maksud nasihat untuk Nabi itu ialah beriman kepadanya, mentaati perintahnya, mengikuti sunnahnya dan mencintainya.

8. Belajar Al Quran, istiqamah membacanya dan memahami maknanya. Demikian juga belajar sunnahnya, mengajarkannya dan mencintai ahlinya (ahlu sunnah). Imam Al Qadhi Iyaad rahimahullah menyatakan: Diantara tanda-tanda mencintai Rasulullah adalah mencintai Al-Quran yang diturunkan kepadanya dan Baginda saw mengambil petunjuk dan membimbing (manusia) dengannya serta berakhlak dengannya sehingga A’isyah menyatakan:

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

“Sesungguhnya Akhlak Baginda saw adalah Al Quran”. [HR Imam Ahmad].

Ibnu Mas’ud ra berkata: “Janganlah seseorang menanyakan untuk dirinya kecuali Al-Quran, apabila ia mencintai Al-Quran maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. [lihat: Huquq Al-Nabi 1/343].

9. Mencintai orang yang Rasulullah saw cintai, antaranya:

a. Ahlul-baitnya (keluarga)

Imam Al Baihaqi rahimahullah berkata: “Termasuk dalam lingkungan mencintai Rasulullah saw adalah mencintai ahli bait”. [lihat: Syu’abul Iman: 1/282].

Ulama’ lain pula menyatakan: “Di antara usul ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka mencintai ahli bait Rasulullah saw dan memberikan keutamaan kepada mereka serta menjaga wasiat Rasulullah saw tentang mereka.”

Kemudian beliau juga menyatakan: “Ahlul bait Rasulullah saw memiliki hak-hak yang wajib dipelihara, kerana Allah menjadikan untuk mereka hak dalam Al-Khumus, Al fai’ (harta rampasan perang) dan memerintahkan berselawat untuk mereka bersama selawat untuk Rasulullah saw. [lihat: Majmu’ fatawa 3/407].

b. Para isteri Baginda saw.

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menjaga keutamaan dan hak-hak mereka dan meyakini mereka tidak sama seperti para wanita lainnya, kerana Allah telah membezakannya dalam firman-Nya:

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ ۚ

{Wahai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah sama seperti wanita yang lain.} [Surah Al-Ahzab: 32].

Menjadikan mereka sebagai ibu kaum mukminin dalam firman-Nya:

وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ

{Dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka.} [Surah Al-Ahzaab: 6].

Sehinggakan wajib bagi kita menjaga hak-hak mereka walaupun setelah mereka wafat, berselawat untuk mereka bersama Nabi saw dan memohon keampunan bagi mereka serta menzahirkan pujian dan keutamaan mereka.

c. Para sahabat Baginda saw.

Imam Al-Baihaqi rahimahullah menyatakan: Termasuk dalam kecintaan kepada Nabi saw adalah cinta kepada para sahabat Baginda saw, kerana Allah telah memuji mereka dalam firman-Nya:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ

{Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari kurniaan Allah dan keredhaan-Nya, tanda-tanda mereka nampak pada muka mereka kesan dari sujud. [Surah Al-Fath: 29].

Firman Allah swt juga:

لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ

فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

{Sesungguhnya Allah telah redha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pokok, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan ke atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang hampir (waktunya). [Al-Fath:18].

Kemudian beliau ra menyatakan: “Apabila mereka (para sahabat) telah mendapat kedudukan ini, maka mereka memiliki hak dari kaum muslimin untuk mencintai mereka dan mendekatkan diri kepada Allah dengan kecintaan kepada mereka. Ini kerana apabila Allah meredhai seseorang, maka Dia mencintainya dan wajib atas seorang hamba untuk mencintai orang yang Allah cintai.” [Lihat: Syu’abul Iman: 1/287].

Umat Islam wajib mencintai sahabat, meredhai mereka dan mendoakan kebaikan untuk mereka.

Rasulullah saw bersabda:

))لا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلا نَصِيفَهُ((

“Janganlah kamu sekelian mencela para sahabatku, demi Allah seandainya salah seorang dari kamu berinfaq emas sebesar bukit Uhud, tidak akan menyamai satu mud (cupak) mereka dan tidak juga separuhnya.” [HR: Al-Bukhari]

9. Membenci orang yang Allah dan Rasul-Nya benci, memusuhi orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, menjauhi orang yang menyalahi sunnahnya dan Syariah Islam, serta membenci semua perkara yang menyalahi Syariat. Allah swt berfirman:

لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإِيمَانَ…

{Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, tergamak berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang (perintah) Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu ialah bapa-bapa, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka (yang setia) itu, Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka...} [Al-Mujaadilah: 22].

Seorang mukmin wajib memusuhi kerana Allah dan berkasih sayang kerana Allah.

Demikianlah sebahagian tanda dan bukti penting kecintaan kita kepada Rasulullah saw, semoga Allah memudahkan kita untuk memiliki dan merealisasikannya dalam kehidupan seharian kita. Wabillahi taufiq.

Rujukan:

1. Huquq An-Nabi ‘Ala Umatihi Fi Dha’il Kitab Was Sunnah, Dr. Muhammad Khalifah Al-Tamimi, Penerbit Adwaa’ Al Salaf, 1418 H,)

2. Mahabbatu An-Nabi Wa Ta’zimuhu. Fahd bin Abdullah Al-Habisyi.

3. [http://ustadzkholid.com/aqidah/bukti-dan-tanda-cinta-rasul/ ]

4. www.abuanasmadani.com

Akhukum,

Abu Anas Madani, 4 Rabi’ul Awal 1431H.





Copied from www.al-ahkam.net

 

Text