Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Friday, October 21, 2011

One Meaningful Day...

Today, I had lunch with my colleagues at a restaurant quite far away from our office. One of them is an Indian girl who is quite modern and free to discuss about anything. She sat in front of me during the lunch and while waiting for the food to come, we chat chat chat until she touched on one interesting topic…


“Hey, Yati. I wonder how long your hair is?”


Upon hearing that question, I just smiled. I looked at her for a while, moved my head slightly towards her and whispered, “It’s a secret…” and burst out of laughter.


She had a long sighed and said, “Oh, come on! It’s just the length and I’ve seen my Malay friends hair. They even told me about it”. The Malay colleagues who sat beside us just looked at me, waiting for an explaination.


“Well, if I tell you about my hair, then what’s the purpose of me wearing this tudung?…”


“Alaa, there’s no difference right? U’re still covering it. Not exposing it. I’m confused…”


“No, for me if I tell you, it’s just like exposing everything. It’s my pride and dignity. I can’t let you see it”. “I know you are curious about everything but it’s a really long debate if I really want to explain everything. I’ll tell you slowly someday, but If you are curious about something, maybe you can read something about Islam in the internet if you want to…”


Then the topic stopped there. After a while… Wargh, I realized I’ve made a really grave mistake. I shouldn’t have asked her to find the answer herself. She might be just curious, but it may also leads her to Hidayah…who knows, right?


Now I realize something. Ever since I immersed myself in my profession, I’ve had less time studying hadith and fiqh. I forgot that the people around me is also the target of dakwah.I forgot the way to dakwah to a Non-Muslim. I’ve forgotten the answers to all these simple questions and yet ……


Oh, Allah. Please guide me to the right path …Thank you Allah for making me realize something about myself. My true mistake...so that I can change for the better...


Alhamdulillah...

Tuesday, October 18, 2011

INDIBATH (KOMITMEN)


www.AlHikmah.com

Penulis: Muhammad Ihsan Setiawan Ihsan (Mesir)

alhikmah.com - Hudzaifah ra berkata, Rosulullah SAW bersabda pada suatu malam di perang Khondak (Ahzab) kepada para sahabatnya : 'Siapa diantara kalian yang mau melakukan
pengintaian untuk melihat kondisi pasukan Quraisy dan koleganya kemudian kembali untuk memberitahukan kondisi mereka, maka saya akan memohon kepada Allah untuk menjadinya
teman saya di surga ?'.

Tiada satupun diantara para sahabat yang bersegera melaksanakan permintaan Rosulullah karena katakutan, kelaparan dan kedinginan yang luar biasa. Tatkala Rosulullah SAW memperhatikan tak satupun diantara para sahabatnya menyambut seruan dan jaminannya maka Rosulullah SAW memanggil saya namun saya tidak bersegera menyambut panggilan Rosulullah SAW. Kemudian Rosulullah SAW memanggil saya kembali dan bersabda :
'wahai Hudzaifah, berangkatlah dan menyusuplah di tengah pasukan musuh serta selidikilah apa yang mereka lakukan dan ingat jangan melakukan sesuatu tindakan sampai kembali kepadaku dan mengabarkan hasilnya !'. Maka saya berangkat dan menyusup ditengah-tengah musuh yang sedang mendapatkan serangan hebat berupa angin kencang dan tentara Allah lainnya.

Terdengar suara Abu Sofyan berkata : 'Wahai kaum Quraisy, setiap kalian coba tanya siapa teman disampingnya ?' maka saya segera memegang tangan laki-laki yang berada di sebelah
kanan dan kiri saya dan bertanya : ' siapa kamu ?' maka seorang diantara mereka menjawab : Mua'awiyah bin Abi Sofyan' dan lainnya menjawab : 'Amru bin 'Ash '. lalu Abu Sofyan berkata : kembalilah kalian ke Makkah karena saya akan kembali !'. Kemudian Hudzaifah melanjutkan ceritanya :

'Kalau saja tidak ada perjanjian antara saya dengan Rosulullah SAW untuk tidak melakukan sesuatu sampai datang ke Rosulullah SAW tentu aku akan membunuh Abu Sofyan dengan
panahku.'

Maka Hudzaifah ra kembali ke Rosulullah SAW dan memdapatkan beliau sedang melakukan sholat. Setelah beliau selesai menunaikan sholat maka saya kabari kondisi musuh dan apa yang mereka lakukan. Kisah ini menunjukan akan urgennya keindhibathan dan keiltizaman terhadap tugas yang dibebankan seorang Qoid (pemimpin) kepada junudnya (tanpa melakukan ijtihad) walaupun ijtihad yang dilakukan dapat memberikan suatu manfaat.

Bila kita melirik dan bertanya kepada kondisi kita apakah kita sudah indhibath terhadap segala aktivitas yang kita lakukan baik skala individu maupun jama'i ? contoh kecil
adalah masalah waktu.

Bagi setiap kader dakwah dituntut untuk indhibath dalam setiap detik dari waktu yang Allah berikan kepadanya plus waktu saudaranya. Berapa banyak bila kita menyia-yiakan waktu yang berakibat hilangnya kemaslahatan, rusak dan gagalnya suatu rencana dan target ? bahkan berapa banyak perjuangan yang hancur di kalahkan musuh karena teledor dalam pensiasatan waktu ? gagal dan lalainya seorang ikhwah/akhwat dalam pengaturan waktu dan aktivitasnya maka secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi gerak dan perjalanan kereta dakwah.

Bukankah kita adalah satu badan, yang mana bila salah satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh lainnya akan merasakan sakit ?. Bukankah kita terikat dengan amal jama'i yang satu dengan lainnya saling menopang dan melengkapi ?. Kalau diperumpamakan membangun suatu bangunan maka masing-masing pekerja memiliki tugas dan peranan tersendiri.

Bila saja salah seorang pekerja kurang cermat dalam menentukan ukuran dan takaran bahan bangunan maka akan menimbulkan efek yang negatif terhadap bangunan tersebut baik cepat ataupun lambat. Terakhir ada dua buah kisah keindhibathan yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dan motivasi untuk membentuk jati diri yang indhibath.

Suatu hari Ustadz Hasan Al-Banna dan beberapa ikhwah sepakat untuk mengadakan pertemuan di taman umum, ada diantara ikhwah yang datang lebih cepat (mubakir) beberapa saat dari janji yang disepakati dan sebagian lainnya datang tepat pada waktunya, maka imam syahid menyalami para ikhwah dengan senyuman penuh makna kecuali ikhwah yang datang lebih cepat dari waktunya dengan senyuman yang dingin sambil berkata : setiap kalian tepat waktu kecuali saudara kalian ini ...

Disini memberikan pelajaran bahwa datang lebih cepat dari waktunya disamakan dengan datang terlambat dan kedua-duanya tidak benar dan tertolak.

Dalam suatu pertemuan perdana dengan imam Hudaibi dengan beberapa ikhwah setelah beliau mengemban amanah kepemimpinan, lalu beberapa ikhwah datang kerumah beliau beberapa menit sebelum waktu yang di sepakati maka beliau tidak membukakan pintu dan membiarkan mereka menunggu didepan pintu hingga datang waktu yang disepakati, ketika waktunya tiba maka beliau menyuruh mereka masuk dan menutup pintu kembali dan tidak mengizinkan masuk kepada ikhwah yang terlambat.

Wallahua'lam bish showab.

Source: http://groups.yahoo.com/group/partai-keadilan/message/18702
 

Text