About Me
- Syaima' Azure
- Bukan sesiapa, mencari yang terbaik dalam hidup, meneliti apa sahaja di muka bumi Allah untuk belajar menjadi Mukmin terbaik, InsyaAllah...
Blog Archive
Perintis Ummah Links
-
-
Arah tuju Ramadhan kita?2 years ago
-
Nostalgia5 years ago
-
Hari pekerja6 years ago
-
Ubat Buasir HPA7 years ago
-
-
-
DALAM HATI ADA ALLAH10 years ago
-
-
Travelog Haji11 years ago
-
-
PESANAN PADA DIRIKU13 years ago
-
Ulasan Wacana Peradaban : Tahaluf Siyasi13 years ago
-
-
Bersederhana dalam membenci13 years ago
-
rimbun keampunan13 years ago
-
Good Bye 2010.. Hello 201113 years ago
-
Naik13 years ago
-
Hadis ke 10 :Imam Nawawi13 years ago
-
-
-
-
SHOW YOUR CONCERN!14 years ago
-
alhamdulillah...14 years ago
-
-
Berpindah15 years ago
-
Quran Syamil Harfiah15 years ago
-
Siap Nikah atau (sekedar) Ingin Nikah?16 years ago
-
Pribadi Hebat Seorang Murobbi16 years ago
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Categories
- akhlaq (5)
- akidah (1)
- copy n paste (35)
- Dakwah (24)
- discussion (13)
- family (6)
- fiqh (4)
- fiqh solat (2)
- fiqh soum (2)
- food info (12)
- Iman (10)
- Islamic World (1)
- jihad ekonomi (8)
- jiwa (4)
- kehidupan (5)
- motivation (3)
- Nasyid Jihad (16)
- news outbreak (6)
- own mind (59)
- pengalaman (11)
- perubatan (1)
- rumahtangga (5)
- sharing is caring (18)
- sirah tokoh (8)
- sunnah (2)
- taqwa (19)
- Tarbiyah (77)
- tarbiyyah (1)
- tsaqafah (20)
- ukhuwwah (2)
- Ulasan Buku (8)
- usahawan (3)
- video (1)
- wanita (5)
Followers
Your Opinion?
Foot Steps
Subscribe
Powered By
Blogger Template From:
Free Blogger Skins
Sunday, December 28, 2008
Adaptations
Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan lancar walau permulaannya sedikit rushing dan kelam kabut. Minggu pertama bekerja, i mean industrial training, banyak yang ingin dikongsi tapi kesuntukan masa dan tenaga. InsyaAllah jika diizinkan banyaklah yang dicoret dengan suasana belajar dan tarbiyah yang baru. Mana-manapun kita akan belajar...sampai mati, insyaAllah.
Really hope that i can make it for 4 months.Thats quite a number! Ameen
Wassalam
Friday, December 05, 2008
My F-Day???
Weekends cuti, jadual memang penuh. Alhamdulillah, Allah masih sudi memberiku ruang untuk mengislahkan diri dan haraki. Banyak perkara yang aku pelajari, tak kira baik atau buruk, gembira atau sedih, letih dan penat. Kita tidak bercakap tentang kepayahan...tapi kita bercakap tentang NILAI sesuatu liqo' atau aktiviti. Bak kata seorang ikhwah, pertemuan dengan akhawat/ikhwah merupakan satu pertemuan yang mahal. Memang seronok berkumpul dengan family. tapi berkumpul dengan ikhwah AU akhawat adalah suatu yang tak dapat dibanding nilainya...Subhanallah...
Untuk aktiviti hari ni...Minta doakan moga semuanya berjalan lancar.
Sekarang sedang mencari bilik sewa. Area Petaling jaya. Jika ada pembaca yang mempunyai maklumat, bolehla kemukakan dlm ruangan comments, atau terus email kepada muslimah_lazuardi@yahoo.com
Jazakumullahu khairan katsiran
Wednesday, November 26, 2008
SEMANGAT WAJA
Pemuda, pemudi tanam semangat waja
Tegakkan kebenaran di dunia yang banyak noda
Tiupkan ruh Islam yang sangat mulia
Memanjangkan ke seluruh pelusuk buana
Menyelamatkan Islam kerja kami
Di jalan Allah hidup kami
Di jalan Allah…
Di jalan Allah kami mati
Kami tak gentar tekad hati
Ya Allah…
Membela kebenaran marilah berjuang
Membangunkan Islam walau ditentang
Sejarah keagungannya yang sangat gemilang
Biar ianya bangun berulang
Ya Allah…
Selamatkan kami
Kami tak rela Islam dihina-hina
Bangunkan segera orang yang masih lena
Kembangkan Islam ke seluruh dunia
Seperti salafus soleh yang banyak jasa
Tuesday, November 11, 2008
Obamaphoria, Zionis dan Krisis Global (1)
Dalam keresahan meniti hari-hari selepas kenaikan Obama, aku sedikit gusar atas kemenangan ini. Masakan tidak, hasil pembacaan memberi respon bahawa Obama lebih membawa 'kedahsyatan' kepada dunia Islam. Tiba-tiba terbersit rasa risau dalam hati. Ya, mungkin orang akan berkata buat apa aku yang sibuk-sibuk, dia Presiden US, bukan Perdana Menteri Malaysia!
Subahanallah, ingatlah bahawa semua Mukmin itu bersaudara. Dalam satu hadis riwayat Bukhari dn Muslim,
"Dari Abu Hamzah Anas bin Malik ra. pelayan Rasulullah bahawa Rasulullah SAW bersabda, Tidak dikatakan beriman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri..."
Hadis ni yang kami dok hafal dalam program. Hadis ke-13 dari Matan Arbai'en An-Nawawi. Bahkan kriteria hadis ini memang diterapkan dalam jiwa sanubari sehingga terbit perasaan itsar dan saling berlapang dada dengan saudara seiman. Apatah lagi kesensitifan jiwa apabila melihat saudara sendiri berada dalam keadaan bahaya atau kesusahan?
Dalam kepayahan mendapat line dari "USMHotspot" yang kadang-kadang ada, kadang-kadang takda kat desa Saujana ni, perlu juga aku berusaha masuk laman web-laman web yang mampu memberikan aku berita-berita yang sahih, bukan sekadar 'mengampu'...
Semoga Allah menyelamatkan umat Islam dari kezaliman penguasa yang zalim. Berdoalah dalam solat-solat malam kalian. Sematkan Al-Qur'an dalam hati, bukan hanya sekadar perkataan di mulut. Aku bertanya pada Ummu Muhaymin hari ni... apa yang boleh kita bantu mereka ya?
Di bawah ini adalah petikan artikel dari www.eramuslim.com. Wallahu a'laam.
_____________________________
Amerika telah memilih Barack Hussein Obama akhirnya terpilih sebagai Presiden AS ke-44, setelah dalam pemilu kemarin mengalahkan kandidat dari Partai Republik, Senator John McCain, dengan cukup telak. Obama merupakan presiden kulit hitam pertama di negeri yang mengklaim sebagai pengawal demokrasi dunia.
Kemenangan Obama disambut dengan sangat meriah tidak saja di dalam negeri, namun nyaris di seluruh dunia. Indonesia sebagai negeri di mana Obama pernah beberapa tahun menikmati masa kecilnya pun tidak ketinggalan tenggelam dalam histeria Obamaphoria. Berbagai acara mendukung dan menyambut Obama digelar, dari yang diadakan di pusat-pusat perbelanjaan, hingga di sekolah dasar daerah Menteng, Jakarta Pusat, di mana Obama pernah sekolah kurang dari dua tahun. Bahkan ada yang sampai menggelar acara doa bersama bagi Obama.
Obamaphoria dianggap sesuatu yang wajar, mengingat dunia sudah sedemikian jenuh dengan kesombongan politik luar negeri AS selama delapan tahun terakhir yang dipimpin George Walker Bush. Banyak kalangan, juga tokoh-tokoh Islam, mengharapkan AS bisa berubah di tangan pemimpin yang baru ini. Bahkan ada tokoh di negeri ini yang menyatakan sikap AS akan bisa lebih bersahabat dengan Indonesia, membantu perekonomian Indonesia, karena Obama pernah tinggal di negeri ini, walau sebentar. Harapan seperti ini boleh-boleh saja, walau cenderung utopis.
Kemenangan aktivis kemanusiaan berusia 47 tahun ini juga sebentar lagi bisa saja disabot oleh elit beberapa partai politik di Indonesia dengan menyatakan, “Barack Obama adalah inspirasi munculnya pemimpin muda, di bawah usia 50 tahun, yang sudah saatnya memimpin Indonesia. Berilah kami kesempatan untuk itu!” Orang-orang seperti ini melupakan pelajaran dasar sosiologi yang mengatakan, “Tidak ada kemenangan atau kenikmatan yang bisa diperoleh tanpa perjuangan.”
Melihat dengan Kritis
Reaksi dunia menyambut kemenangan seorang Obama dimana berbagai harapan besar dialamatkan kepadanya patut dilihat dengan kacamata yang jernih dan adil. Apakah benar seorang Obama akan bisa mengubah sifat politik luar negeri AS yang selama ini sangat menguntungkan gerakan Zionisme Internasional, sangat imperialistik, menjadi sikap politik luar negeri yang lebih berkeadilan dan tidak egois.
Jauh-jauh hari, di awal tahun 2000-an, Ustadz Rahmat Abdullah telah memberi tausiyah terkait kepemimpinan di AS. Beliau yang suka sekali dengan fabel atau perumpamaan dengan kisah-kisah binatang dalam tausiyah-tausiyahnya, menyatakan, “Kita tidak bisa terlalu berharap pada perubahan kepemimpinan di AS. Tidak akan pernah ada seorang calon presiden di negeri tersebut yang bisa tampil tanpa membawa restu dari lobi Yahudi yang sangat dominan di AS. Siapa pun presidennya, bahkan jika seekor monyet yang jadi Presiden AS, maka Amerika Serikat akan tetap seperti itu, tidak akan pernah berubah.”
Adalah fakta yang tidak bisa dibantah jika Obama mendapat dukungan dari lobi Zionis-Yahudi AS. Demikian pula dengan John McCain. Dan Obama pun dalam masa kampanyenya telah berkali-kali menyatakan dirinya akan selalu membela dan mengutamakan Zionis-Israel sampai kapan pun.
“Saya berjanji kepada Anda bahwa saya akan melakukan apapun yang saya bisa dalam kapasitas apapun untuk tidak hanya menjamin kemanan Israel tapi juga menjamin bahwa rakyat Israel bisa maju dan makmur dan mewujudkan banyak mimpi yang dibuat 60 tahun lalu,” kata Obama dalam sebuah acara yang disponsori oleh Kedutaan Besar Israel di Washington untuk menghormati hari jadi negara Israel yang ke-60.
Amerika Serikat adalah Israel besar dan Israel adalah Amerika Serikat kecil. Fakta ini sudah diketahui semua pengamat internasional dan dunia akademis. Proses kelahiran negara AS pun sesungguhnya dinisbahkan untuk melayani kepentingan Yahudi Internasional (baca Eramuslim Digest edisi ‘The New Jerusalem: The Secret History of America’). Lobi Yahudi menguasai seluruh sektor vital di AS. Bahkan (alm) Letjend (Pur) ZA. Maulani mencatat jika sejak masa Presiden Bill Clinton, seluruh posisi kunci di Kementerian Luar Negeri AS dipegang oleh Yahudi Radikal laki-laki, di pimpin oleh seorang—satu-satunya—perempuan Yahudi Radikal bernama Madelaine Albright.
Sebab itu, seperti yang telah dikatakan Ust. Rahmat Abdullah, siapa pun presidennya dan sampai kapan pun, AS akan tetap berkiblat dan berkhidmat kepada kepentingan Zionis Internasional. Adalah mustahil mengharapkan AS bisa bersahabat secara murni dengan Dunia Islam. Kenyataannya malah banyak raja dan bangsawan Arab yang menjual Islam untuk bisa bersahabat dengan Zionis AS. Hal inilah yang bisa menjelaskan mengapa resto McDonald’s yang merupakan salah satu perusahaan donatur terbesar Zionis-Israel (silakan klik www.inminds.co.uk) bisa mendirikan gerainya di Tanah Suci Mekkah. Atau mengapa Pangeran Walid dari Saudi bisa menjadi Komisaris dari perusahaan Yahudi bernama City Grou
Sunday, November 09, 2008
US Muslims See Hope in Obama
US election recenlty saw victory on Barack Obama, the first black US President. Many are overjoyed through his winning, including leaders in the Middle East. Well, i scrolled down the islamonline.net news to see the US Muslims response, as they will be the first who will 'feel' the change... Wallahu a'laam
______________________
______________
What's the feeling of change for us?
.....
Yusuf Estes- Dakwah Seminar
You are cordially invited to attend this programme:
DA’WAH TRAINING SEMINAR
Date: Sunday, 16 November 2008
Time: 8.30AM – 1.30PM
Venue: Dewan Kuliah G, Bangunan Sains Komputer,
Across the road next to Masjid Al Malik Khalid,
USM, Penang
Conducted by: Sheikh Yusuf Estes (from Texas, USA )
[www.islamtomorrow.com]
Fee: RM20.00 per participant
Organised by: IPSI [www.ipsi.com.my] & Pusat Islam, USM
Closing date for registration: Wednesday, 12 November (for IPSI)
Friday, 14 November (for USM)
Kindly contact Haji Kamarudin at 019 411 5665 or e-mail ipsi7@streamyx.com for further details and registration. You are advised to register early as seats are limited to only 200 participants. No new registration will be entertained on the day of the seminar.
Please forward this notice to as many Muslims you know.
Jazakallah.
Sunday, October 26, 2008
Surat darinya untuk Kita
Assalamualaikum wbt..
I received this email from a friend. I would like to share it with readers..
________________
Tulisan ini secara khusus dipersembahkan kepada mereka yang telah mengazamkan hidupnya untuk dakwah.
Arus dakwah seakan semakin tak terbendung. Ia mengalir laksana aliran air yang memenuhi setiap “lorong” kehidupan, tak terkecuali “lorong” yang bernama Politik. Mengaliri lorong yang yang satu ini, seakan banyak memberi pengharapan terhadap apa yang namanya “perubahan”.
Setelah cukup lama “berjuang” dalam Mihwar-Tandzimi, terutama di era awal perkembangan dakwah, dakwah kini telah merambah ke Mihwar-Muassasi bahkan Mihwar Dauli. Salah satu ciri khas Mihwar ini, adalah mulai bersentuhannya dakwah dengan ruang dan urusan publik yang multidimensional. Ketika dakwah-Politik disamping diterjamahkan sebagai sebagai usaha demi tegaknya hukum Allah, ia juga bermakna”seni” melayani ummat Muhammad, maka ada banyak “kebutuhan-keinginan” publik yang harus diakomodasi.
Keharusan melakukan “ekspansi” dakwah, telah mengantarkan para kadernya kepada sebuah “era buka-bukaan” di ruang publik. Mihwar ini juga menuntut para kadernya tidak hanya piawai dalam menyampaikan materi-materi halaqah, tapi ia juga seorang “politisi” yang tangguh dan berahlaq. Ada banyak “kebutuhan” publik yang harus dipenuhi. Sehingga setiap kader tidak hanya berkualitas dari sisi “normatif-teoritis”, tapi ia juga berkualitas dari sisi “praktis-aplikatif”. Mihwar Muassasi-Dauli membutuhkan jundi-jundi dengan karakteristik (profil) yang tidak sama jika dibandingkan dengan saat dakwah ini berada pada Mihwar Tandzimi.Secara mendasar, karakteritik itu bisa didapat dalam 10 Muwashafat, yakni:
- Salimul aqidah (Akidah yang bersih),
- Shahihul ibadah (Ibadah yang benar),
- Matinul khuluq (akhlak yang kokoh),
- Qowiyyul jismi (jasmani yang kuat)
- Mutsaqqoful fikri (berwawasan pemikirannya),
- Mujahadatul linafsihi (Kuat kesungguhan jiwanya),
- Harishun ala waqtihi (cermat mengatur waktu),
- Munzhzhamun fi syuunihi (Teratur dalam suatu urusan),
- Qodirun alal kasbi (mandiri perekonomiannya) dan
- Nafi’un lighoirihi (bermanfaat bagi yang lain).
Kesepulah aspek dasar “kualitas” kader dakwah tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya pembinaan yang rutin dan istiqomah di berbagai sarana tarbiyah yang telah digariskan oleh “manhaj tarbiyah”. Beberapa diantarnya adalah Halaqah Tarbawi sebagai “agenda terdepan” guna pembentukan akidah, fiqrah, ibadah, ahlaq dan kemahiran dalam ber-amal jama’i. Selain itu ada Mabit, Daurah, Rihlah, Mukhayyam, dll, yang semuanya harus menjadi agenda tersendiri bagi setiap kader.
Untuk bisa survive di era ini, beberapa ‘Amal (kerja) sebagai “terjemahan” dari 10 muwashafat harus menjadi bagian “kerja” yang tak boleh ditinggalkan oleh setiap kader dakwah, beberapa diantarnya adalah
‘Amal Da’awi (kerja dakwah) yang menjadi agenda utama,
‘Amal ‘Ilmi (kerja akademik),
‘Amal Mihani (kerja profesi),
‘Amal Iqtishadi (kerja ekonomi),
‘Amal Siyasi (kerja politik),
‘Amal I’lami (kerja media dan informasi),
‘Amal Ijtima’i (kerja kemasyarakatan).
Inilah jalan untuk mengantarkan kader dakwah menjadi da’i yang normatif-teoritis, sekaligus praktis-aplikatif.
Beberapa tahun ke depan, dakwah ini akan banyak berhadapan dengan beragam peluang, juga tantangan. Peluang itu adalah semakin terbukanya “kran” dakwah sehingga ia mampu mengalir ke bermacam bidang kehidupan, lembaga pemerintahan, swasta dan ruang publik lainnya. Ekspansi dakwah ini semakin menuntuk tersedianya kader-kader dakwah yang tangguh dan mandiri. Kemampuan kader-kader dakwah melakukan ekspansi dakwah, penyebaran fiqrah, dan memperluas pengaruh pada “ruang publik” akan menentukan keberhasilan dakwah. Profesionalisme kader dakwah, itulah salah satu jawaban guna memenuhi kebutuhan di era Muassasi-Dauli.
Tidak terlalu berlebihan kiranya, jika para Qiyadah dakwah merumuskan karakteristik yang harus melekat pada setiap kader dakwah yang profesional, diantaranya adalah:
(1) Kokoh dan Mandiri,
(2) Dinamis, Kreatif dan Inovatif,
(3) Spesialis yang berwawasan Global,
(4) Produktif,
(5) Mahir berAmal Jama’i,
(6) Pelopor Perubahan, dan
(7) Kepemimpinan Masyarakat.
Tiga karakter pertama merefleksikan kapasitas Internal. Selanjutnya diperkuat dengan dua karakter berikutnya yang merefleksikan Kapasitas Sosialnya, dan akhirnya, dua kapasitas tersebut disempurnakan dengan dua karakter berikutnya yaitu sebagai pelopor perubahan (agent of change) yang mempunyai jiwa kepemimpinan.
Akhirnya sebagai penutup, setiap kader harus “sholeh” secara pribadi dan “sholeh” secara sosial. Selanjutnya kedua kesholehan tersebut diintegrasi dan disinergikan untuk tampil sebagai “aktor politik” guna membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Friday, October 24, 2008
Friends of Mine
Bismillahi Walhamdulillah…
Ada satu kisah menarik.
“Assalamualaikum, ya akhi…ya ukhti…” handphone sony ericsson ku berbunyi. Lagu Opick Yang pasti, ni bukan jenama boikot.
Aku baru nak terlelap qailullah, tengok skrin.. Huh?
Calling… Xiang Ying.
“Hello, izyati. Sorry for disturbing you aa. Can I ask you some questions?” I heard her voice from the phone.
“Sure, what is it?” gementar juga berbual dengan best student food tech ni. Tapi takpalah. Mesti penting. Kalo tak, dia takkan kol.
“Um, what is the difference between hadis and sunnah? Is there any significance between Al-Sunnah and As-Sunnah? Why is there difference between both? That As-Sunnah is quite saturated in it rite?”
“How to spell Sohih Bukhari? Is it?”
“What is the difference between dalil and nas?”
“What is qias?”
I answered her question as far as I know. For the hadis and sunnah, Al-Sunnah and As-Sunnah, dalil and nas, I told her, it’s just the same thing. The difference is that the Arabic spelling. For the qias, wow… that challenged me to explain Islamic knowledge in English. I just explained about the example, so that she won’t get lost too much. I told her that Islam forbid us to kill ourselves (the rite word is commit suicide). And taking drugs also can lead to death. So, in Islam, it is haraam for us to take drugs as it can kill us. Well I think I need to explain more as there are some drugs used in pharmaceutical things. There is another case for this.
Then I asked her, “Why did u ask me all this?” just to know her. She said, “I’m studying Halal Food Production, that’s why I have all those terms. It’s good to ask ‘alim’ person like you..” then she laughed. I just smiled and said “haha” =)
Well, I think this is a good beginning for me to explain something about Islam to the non-Muslims.. in English, of course. I can still remember when I was in second year. That time was during Ramadhan, we were having laboratory practical together. I was fasting. While waiting for the results of the analysis, we had chat together and suddenly she asked me, “Aren’t you tired of fasting?”
I looked at her face for seconds (actually I was searching for words to answer her!). Then I just explain if u get used to it, you’ll never feel anything about it. Then we chatted about various things about Islam that appeared around her. Unfortunately I’ve already forgotten about her questions. I love it when she asked me questions but rarely she did. She’s a nice person. Maybe I have to be closer to her. May Allah gives her the Hidayah to be a Muslim. Ameen…
Having good relationship with those Chinese friends really benefit me. I don’t know why, but being with them really challenges me to do more and more. If giving chance to seek for group members to do assignments, I will find the Chinese girls. Additional information about studies and improving my communication in English also I learnt from them. For sure, I will speak English to communicate. And luckily Ching Huey wanna be my ‘lousher’ (teacher) for Mandarin Language. Sounds quite funny. But I’m serious in learning Mandarin. Pray for me. It’s good for dakwah in future.
Wah.. she keeps asking me questions. Now about thaharah. It seems that I have to study thaharah again. Beneficial for me also! If somebody think that she’s just using my advantage for her sake, now that's a false thinking. I’m just doing my job, for this is the Tarbiyah for me. Alhamdulillah…
Wassalam.
Wednesday, October 22, 2008
Artikel ESQ : Sifat Mahmudah & Mazmumah
Bismillahi walhamdulillah,
This article was taken from my roomate. Thanks to Ain Hasan Basri@Ummu Muhaymin. May Allah give you the strength and more experience to go further in Dakwah.Ameen...
Tasawwuf
Pengenalan
1. Pengertian Ilmu Tasawwuf :
Ilmu tasawuf ialah ilmu yang menyuluh perjalanan seseorang mukmin di dalam membersihkan hati dengan sifat-sifat mahmudah atau sifat-sifat yang mulia dan menghindari atau menjauhkan diri daripada sifat-sifat mazmumah iaitu yang keji dan tercela .
2. Ilmu tasawwuf bertujuan mendidik nafsu dan akal supaya sentiasa berada di dalam landasan dan peraturan hukum syariat Islam yang sebenar sehingga mencapai taraf nafsu mutmainnah .
3. Syarat-syarat untuk mencapai taraf nafsu mutmainah:
a) Banyak bersabar .
b) Banyak menderita yang di alami oleh jiwa .
4. Imam Al-Ghazali r.a. telah menggariskan sepuluh sifat Mahmudah / terpuji di dalam kitab Arbain Fi Usuluddin iaitu :
1) Taubat .
2) Khauf ( Takut )
3) Zuhud
4) Sabar.
5) Syukur.
6) Ikhlas.
7) Tawakkal.
8) Mahabbah ( Kasih Sayang )
9) Redha.
10) Zikrul Maut ( Mengingati Mati )
5. Dan Imam Al-Ghazali juga telah menggariskan sepuluh sifat Mazmumah / tercela / sifat keji di dalam kitab tersebut iaitu :
1) Banyak Makan
2) Banyak bercakap.
3) Marah.
4) Hasad.
5) Bakhil.
6) Cintakan kemegahan.
7) Cintakan dunia .
8) Bangga Diri.
9) Ujub ( Hairan Diri ).
10) Riya' ( Menunjuk-nunjuk )
Bab 12 : Sifat-sifat Mazmumah
1. Syarrut ta‘am (banyak makan)
- Iaitu terlampau banyak makan atau minum ataupun gelojoh ketika makan atau minum.
- Makan dan minum yang berlebih-lebihan itu menyebabkan seseorang itu malas dan lemah serta membawa kepada banyak tidur. Ini menyebabkan kita lalai daripada menunaikan ibadah dan zikrullah.
- Makan dan minum yang berlebih-lebihan adalah ditegah walaupun tidak membawa kepada lali daripada menunaikan ibadah kerana termasuk di dalam amalan membazir.
2. Syarrul kalam (banyak bercakap)
- Iaitu banyak berkata-kata atau banyak bercakap.
- Banyak berkata-kata itu boleh membawa kepada banyak salah, dan banyak salah itu membawa kepada banyak dosa serta menyebabkan orang yang mendengar itu mudah merasa jemu.
3. Ghadhab (pemarah)
- Ia bererti sifat pemarah, iaitu marah yang bukan pada menyeru kebaikan atau menegah daripada kejahatan.
- Sifat pemarah adalah senjata bagi menjaga hak dan kebenaran. Oleh kerana itu, seseorang yang tidak mempunyai sifat pemarah akan dizalimi dan akan dicerobohi hak-haknya.
- Sifat pemarah yang dicela ialah marah yang bukan pada tempatnya dan tidak dengan sesuatu sebab yang benar.
4. Hasad (dengki)
- Iaitu menginginkan nikmat yang diperolehi oleh orang lain hilang atau berpindah kepadanya.
- Seseorang yang bersifat dengki tidak ingin melihat orang lain mendapat nikmat atau tidak ingin melihat orang lain menyerupai atau lebih daripadanya dalam sesuatu perkara yang baik. Orang yang bersifat demikian seolah-olah membangkang kepada Allah subhanahu wata‘ala kerana mengurniakan sesuatu nikmat kepada orang lain.
- Orang yang berperangai seperti itu juga sentiasa dalam keadaan berdukacita dan iri hati kepada orang lain yang akhirnya menimbulkan fitnah dan hasutan yang membawa kepada bencana dan kerosakan.
5. Bakhil (kedekut)
- Iaitu menahan haknya daripada dibelanjakan atau digunakan kepada jalan yang dituntut oleh agama.
- Nikmat yang dikurniakan oleh Allah subhanahu wata‘ala kepada seseorang itu merupakan sebagai alat untuk membantu dirinya dan juga membantu orang lain. Oleh yang demikian, nikmat dan pemberian Allah menjadi sia-sia sekiranya tidak digunakan dan dibelanjakan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata‘ala.
- Lebih-lebih lagi dalam perkara-perkara yang menyempurnakan agama seperti zakat, mengerjakan haji dan memberi nafkah kepada tanggungan, maka menahan hak atau harta tersebut adalah suatu kesalahan besar di sisi agama.
6. Hubbul jah (kasihkan kemegahan)
- Iaitu kasihkan kemegahan, kebesaran dan pangkat.
- Perasaan inginkan kemegahan dan pangkat kebesaran menjadikan perbuatan seseorang itu tidak ikhlas kerana Allah.
- Akibat daripada sifat tersebut boleh membawa kepada tipu helah sesama manusia dan boleh menyebabkan seseorang itu membelakangkan kebenaran kerana menjaga pangkat dan kebesaran.
7. Hubbud dunya (kasihkan dunia)
- Ia bermaksud kasihkan dunia, iaitu mencintai perkara-perkara yang berbentuk keduniaan yang tidak membawa sebarang kebajikan di akhirat.
- Banyak perkara yang diingini oleh manusia yang terdiri daripada kesenangan dan kemewahan. Di antara perkara-perkara tersebut ada perkara-perkara yang tidak dituntut oleh agama dan tidak menjadi kebajikan di akhirat.
- Oleh yang demikian, kasihkan dunia itu adalah mengutamakan perkara-perkara tersebut sehingga membawa kepada lalai hatinya daripada menunaikan kewajipan-kewajipan kepada Allah.
- Namun begitu, menjadikan dunia sebagai jalan untuk menuju keredhaan Allah bukanlah suatu kesalahan.
8. Takabbur (sombong)
- Iaitu membesarkan diri atau berkelakuan sombong dan bongkak.
- Orang yang takabbur itu memandang dirinya lebih mulia dan lebih tinggi pangkatnya daripada orang lain serta memandang orang lain itu hina dan rendah pangkat.
- Sifat takabbur ini tiada sebarang faedah malah membawa kepada kebencian Allah dan juga manusia dan kadangkala membawa kepada keluar daripada agama kerana enggan tunduk kepada kebenaran.
9. ‘Ujub (bangga diri)
- Iaitu merasai atau menyangkakan dirinya lebih sempurna.
- Orang yang bersifat ‘ujub adalah orang yang timbul di dalam hatinya sangkaan bahawa dia adalah seorang yang lebih sempurna dari segi pelajarannya, amalannya, kekayaannya atau sebagainya dan ia menyangka bahawa orang lain tidak berupaya melakukan sebagaimana yang dia lakukan.
- Dengan itu, maka timbullah perasaan menghina dan memperkecil-kecilkan orang lain dan lupa bahawa tiap-tiap sesuatu itu ada kelebihannya.
10. Riya’ (menunjuk-nunjuk)
- Iaitu memperlihatkan dan menunjuk-nunjuk amalan kepada orang lain.
- Setiap amalan yang dilakukan dengan tujuan menunjuk-nunjuk akan hilanglah keikhlasan dan menyimpang dari tujuan asal untuk beribadah kepada Allah semata-mata.
- Orang yang riya’ adalah sia-sia segala amalannya kerana niatnya telah menyimpang disebabkan inginkan pujian daripada manusia.
Thursday, October 16, 2008
Yang Pahit Itu Manis
Munsyid : Izzatul Islam
Janganlah ragu
Melangkah maju
Tegakkan keadilan
Reff:
Padamu pewaris negeri
harapan slalu terpatri
Azzam tetap membahana
Hingga terwujudkan janji
Menderas maju nan tiada ragu
Hantam angkara sibakkan gulita
Sibak panji Islam kan mengangkasa
Umat mulia menghulu semesta
Melangkah beriringan
Lantakkan kebatilan
Bergerak keharmonian
Tegakkan keadilan
Sgala rintangan menjadi suratan
Penempa diri mujahid sejati
Janji ALLAH lah jadikan tujuan
Hidup mulia atau kesyahidan
Monday, October 13, 2008
Mukaddimah Fi Zhilal
Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah sebuah nikmat. Nikmat yang tidak diketahui indahnya kecuali bagi orang yang merasakannya. Nikmat yang mengangkat derajat hidup, memberkahi dan mensucikannya. Jika Anda diberi Allah nikmat hidup di bawah naungan Al-Qur’an dalam suatu masa, Anda pasti merasakan nikmat yang luar biasa yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya dalam hidup ini. Rasakanlah nikmat yang mengangkat derajat hidup Anda, memberkahi dan mensucikannya.
Sesunggunya jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an, sesungguhnya Anda hidup sambil mendengar Rabb-mu (Tuhan Penciptamu) sedang berbicara denganmu melalui Al-Qur’an ini. Anda adalah hamba yang kerdil dan kecil. Kemuliaan apakah gerangan yang diberikan kepada manusia ini? Kemulian yang amat tinggi dan mulia. Kemuliaan apakah gerangan yang diangkat oleh Tanzil (Al-Qur’an) bagi hidup ini? Kedudukan apapakah gerangan yang akan dianugrahkan oleh Maha Pencipta nan Mulia kepada manusia ini?
Sesungguhnya jika hidup ini dijalankan di bawah naungan Al-Qur’an, Anda dari ketinggian akan melihat Jahiliyah yang sedang melanda muka bumi ini, konsentrasi pemeluknya yang kecil dan kerdil. Anda juga akan heran melihat pengetahuan, konsep hidup dan focus (hidup) para penganut Jahiliyah itu, seperti halnya orang dewasa melihat anak-anak kecil sedang bermain-main. Dan Anda akan lebih heran lagi sambil berkata: Apa gerangan yang sedang menimpa manusia-manusia itu? Mengapa mereka terpuruk ke jurang yang amat kotor dan tidak dapat mengengar seruan yang Maha Tinggi dan Mulia?
Ketika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an, sesungguhnya Anda hidup dengan konsep yang syamil (comprehensive), berkualitas tinggi dan bersih bagi keberadaan alam semesta dan tujuannya serta tujuan keberadaan manusia. Coba anda bandingkan konsep yang syamil untuk kehidupan, alam semesta dan manusia itu dengan berbagai konsep Jahiliyah yang menjadi sistem hidup manusia di Timur dan Barat, di Utara dan Selatan. Kemudian coba Anda bertanya: Mengapa mereka bisa hidup di lembah kepedihan, di dasar yang paling rendah, dalam kegelapan yang gelap gulita itu? Padahal di samping Jahiliyah itu terdapat tempat hidup yang tinggi (mulia) dan cahaya yang terang benerang.
Jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an Anda akan merasakan singkronisai (harmonisasi) yang sangat indah antara gerakan manusia seperti yang dikehendaki Allah dan gerakan alam semesta ini yang diciptakan Allah dengan sangat indahnya. Kemudian Anda akan menyaksikan keterpurukan yang sedang diderita manusia akibat penyimpangannya dari sisitem alam (yang Allah ciptakan). Demikian juga paradoks yang terjadi antara pendidikan yang rusak dan jahat yang dipaksakan dan fitrah manusia yang diciptakan Allah pada mereka. Anda akan melihat sendiri. Setan terkutuk manakah gerangan yang menggiring langkah manusia menuju neraka Jahim? Dan Anda pasti berkata dengan yakin : Alangkah besarnya penyesalan hamba-hamba itu?
Sesungguhnya jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an maka Anda akan melihat semseta ini jauh lebih besar dari fenomena yang disaksikan. Lebih besar dari dari hakikatnya, lebih besar dari sisi-sisinya. Kemunculan manusia terbentang pada jalan-jalan yang amat panjang. Kematian bukanlah akhir perjalanan ini. Namun satu fase dari perjalanan itu. Apa yang diperoleh manusia ketika berada di dunia ini bukanlah merupakan semua jatahnya. Namun sebagian saja dari jatah keseluruhannya. Balasan yang lolos sehingga tidak menimpanya di dunia ini, bukan berarti dia lolos pula di sana (akhirat), di mana di sana tidak ada lagi kezaliman, kekurangan dan ditelantarkan.
Sesungguhnya periode yang Anda habiskan di atas bumi ini sesungguhnya merupakan perjalanan alam semesta yang bersahabat, alam berteman dan menhasihi. Alam yang memiliki ruh (nyawa) yang bisa menerima dan menjawab dan sedang mengarah kepada sang Pencipta yang Esa di mana ruh orang Mukmin juga mengarah dengan khusyuk.
“Dan kepada Allah sujud siapa saja yang ada di langit dan di bumi, baik dalam keadaan patuh maupun terpaksa, dan demikian pul abayang-bayang mereka di waktu pagi dan sore."
(QS. Arro’d,13 : 15)
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
(QS. Al-Isro’,17 : 44)
Ketenangan, keluasan, kedekatan dan kepercayaan apa gerangan yang yang dilahirkan konsepsi yang syamil, yang luas dan yang benar ini ke dalam lubuk hatimu saat melihat ketundukan jagat raya ini kepada Allah, Tuhan Pencipta alam semesta?
Taken from www.eramuslim.com
Sunday, October 12, 2008
Jalan Pilihan
Ujian dakwah datang silih berganti. Cuma waktu yang menentukan bagaimana takat keimanan ini mampu mendidik kesabaran jiwa. Yang pasti, sirah Rasulullah SAW yang agung dan para sahabat mulia menjadi contoh dan teladan untuk kaki terus melangkah. Satu yang paling pasti, KERANA INI JALAN PILIHANKU…
Kehadiran akhwat silih berganti sedikit sebanyak menambah input dan changing ideas yang sedia ada. Bahkan, hatiku terhibur juga terkadang akhwat datang menanyakan buku yang ingin dipinjam. Huhu, mungkin sumbanganku untuk dakwah hanya sebutir pasir di pantai yang terbentang luas. Tapi aku cukup puas jika setiap barang dan hak milikku yang sementara ini dapat aku manfaatkan untuk dakwah, insyaAllah. Hatiku cukup terhibur melihat akhwat membaca buku-buku yang dipinjam dari rak bukuku, atau memakai baju-bajuku, meskipun tak banyak. Subhanallah… Aku bersyukur kerana Allah masih sudi mengurniakan aku perasaan begini, yang sebelum ini begitu sukar untuk hadir dalam hatiku. Namun aku yakin, dakwah dan tarbiyah yang aku kecapi selama ini telah banyak merubah seluruh aspek kehidupanku. Alhamdulillah, puji dan syukur hanya ku panjatkan pada Allah.
Ramadhan sudah berlabuh meninggalkan kita dan fajar Syawal sudah 11 hari menyinarkan dirinya menerangi alam ciptaan Allah Yang Maha Agung. Alhamdulillah, walau tidak sempat berkumpul dengan kawan-kawan seperti raya tahun-tahun lalu, aku tetap syukur kerana raya kali ini, Allah kumpulkan aku dengan kawan-kawan yang sama-sama mahu mengislahkan diri dan mengislahkan haraki. Subhanallah, walau banyak dosa menggunung, walau hati tidak mampu menahan dosa yang menghempap, mematahkan tulang rusuk, tapi Allah tetap bermurah hati mengurniakan aku kurniaan sebegini besar. Allahu akbar…Allahu Akbar…Allahu akbar!
Alhamdulillah, Allah menyelamatkan aku dari musibah hati raya ini. Mungkin ketaksempatan beraya dengan kawan-kawan sekolah adalah satu penyelamat bagiku. Aku tak pasti, adakah lamaran dari ‘seseorang’ itu suatu yang serius… akibat kehadiranku ke rumahnya? Aku pasti ‘seseorang’ itu sudah tahu jawapannya. Aku bukan sesiapa yang perlu dinantikan. Aku jauh di pedalaman sedangkan engkau bintang yang bersinar. Haluan kita berbeza. Teruskan dengan cita-citamu.. Aku mendoakan dari jauh, insyaAllah.
Calon zauj yang aku harapkan adalah seorang lelaki yang bukan sahaja mampu meng’handle’ diriku & keluargaku, bahkan dakwahku. Aku berharap dia menjadi sahabatku, guruku, murobbiku, bahkan satu sosok yang aku boleh jadikan pedoman dan contoh dalam aku menelusuri jalan dakwah yang serba panjang. Dia aku harapkan dapat menjadi tempat aku merujuk bahan-bahan musykilah dalam halaqoh, bahkan tajuk-tajuk diskusi daurah atau buku-buku haraki yang kadangkala memusingkan kepala. Dia aku harapkan dapat menjadi figure contoh untuk aku menjadi ‘murobbiyah success’…
Huh, akhwat yang sudah menikah pasti akan menggelengkan kepala apabila membaca coretan ini. Ya, memang mustahil menemukan calon zauj yang sempurna! Tapi salahkah aku mengharap? Salahkah aku berdoa? Salahkah aku memilih? Ya, dia mestilah seorang yang faham akan jalan dakwah yang ku lalui. Yang selain daripada itu, Maaf, aku perlu reject awal-awal. Untuk mengelak sebarang musibah berpanjangan, biar siapa pun dia. Ex-Murobbiyah ku sendiri berpesan “Dalam ta’ruf (untuk menikah), anti bebas bertanya apa sahaja, hatta anti nak check hafalan dia sekalipun!”
Ya, dalam hidup ini kita perlu banyak memberi. Apa yang Allah beri, itulah yang kita mampu untuk hadapi & handle. Wallahu’alaam. Aku tetap redha walau apa pun pemberianNya, InsyaAllah… Aku bukan insan sempurna. Malah jauh dari criteria akhwat mantap. Tapi sedaya upaya diri ini mengambil iktibar dari para murobbi success yang telah berlalu. Satu musykilah yang pernah kutanya pada murobbiyah, “Tak adake contoh murobbiyah success yang diwar-warkan? Selalu yang keluar dalam buku-buku mesti contoh lelaki, mcm Rasulullah SAW, syeikh Hassan Al-Banna, Syeikh Abdullah Azzam, Syeikh Ahmad Yassin, KH Rahmat Abdullah, etc…Takda ke contoh akhowat?” … Aku ternanti-nanti jawapan sehingga kini. InsyaAllah suatu hari nanti…
Maaf jika keterlaluan dalam berakhlak dan berbicara. Aku juga manusia biasa. Tunjukkanlah aku jalan dengan memberi respon-respon membina. Jazakumullahu khairan katsiran.
Wassalam.
Sunday, September 28, 2008
Amalan-amalan Sunnah di 1 Syawal
Sumber: As-Syafi'e.Com
1. Mandi sebelum keluar menunaikan solat Hari Raya.
Dilakukan pada pagi 1 Syawal sebelum menunaikan solat hari raya Aidilfitri.
Imam Malik r.h. meriwayatkan sebuah hadith di dalam al-Muwatta'
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى
Maksudnya : “Bawasanya ‘Abdullah bin ‘Umar seringkali akan mandi pada hari Raya al-Fitri sebelum beliau keluar ke tempat solat Hari Raya di pagi hari raya.”
Al-Imam al-Nawawi menyebut para ulama telah bersepakat atas sunatnya mandi untuk solat hari raya.
2. Memakai bau-bauhan yang wangi
Sunnah ini hanya bagi kaum lelaki.
3. Memakai pakaian yang paling baik
Pakaian tidak semestinya baru tettapi pakaian yang indah dan rapi sudah mencukupi
Daripada Jabir r.a. katanya : “Bagi Nabi saw ada satu jubah yang baginda akan memakainya untuk dua hari raya dan hari Jumaat.” (Sahih Ibn Khuzaimah : 1765)
Demikian juga al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanad yang sahih, bahawa Ibn ‘Umar sentiasa memakai pada hari raya seindah-indah pakaiannya.
4. Makan terlebih dahalu sebelum menunaikan solat hari raya ‘Aid al-Fitri
Sunnah memakan tamar dalm bilangan ganjil jika tiada sudah cukup memkan apa-apa juadah sekali pun.
Ini berdasarkan hadith yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari daripada Anas bin Malik katanya :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ .. وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا
Maksudnya : “Adalah Rasulullah saw tidak keluar pada pagi hari Raya al-Fitri, sehinggalah baginda makan terlebih dahulu beberapa biji Tamar… dan baginda memakannya dalam jumlah yang ganjil.” (al-Bukhari : 953)
Al-Imam Ibn Hajar al-‘Asqalani mengomentari hadith ini dengan berkata : “Demikian itu kerana untuk mengelakkan (anggapan) adanya tambahan dalam berpuasa, padanya juga (petunjuk) bersegera mentaati arahan Allah swt (untuk tidak berpuasa pada hari tersebut).” (Fath al-Bari : 2/446)
5. Mengajak seluruh ahli keluarga ke tempat menunaikan Solat Sunat Aidilfitri
Sunnah mengajak seluruh ahli keluarga termasuk kanak-kanak dan perempuan yang dating haid, diasing perempauan yang dating haid daripada perempuan yang boleh solat.
Bagi perempauan yang dating haid sunnah mereka turut serta ke temapat solat supaya mereka dapat menyaksikan upacara solat Hari Raya dan mendengar khutbah solat raya aidilfitri.
Ummu ‘Athiyah radhiallahu’ anha telah berkata:
أُمِرْنَا أَنْ نَخْرُجَ فَنُخْرِجَ الْحُيَّضَ وَالْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ. قَالَ ابْنُ عَوْنٍ: أَوْ الْعَوَاتِقَ ذَوَاتِ الْخُدُورِ, فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلْنَ مُصَلَّاهُمْ.
Maksudnya:
Kami telah diperintahkan (oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) untuk keluar, maka kami memerintahkan wanita-wanita yang sedang haid, para gadis dan wanita-wanita pingitan untuk keluar. Ibnu ‘Aun berkata: “atau wanita-wanita pingitan,” dan wanita-wanita yang haid diperintahkan (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) agar menyaksikan jamaah kaum muslimin dan dakwah mereka serta menjauhi tempat solat. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab al-‘Iedaini, no: 981.
6. Keluar dengan berjalan ke tempat solat melalui jalan lain dan balik daripadanya melalui jalan yang lain.
Daripada Jabir bin Abdillah r.’anhuma katanya :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
Maksudnya : “Adalah Nabi saw, pada hari raya baginda membezakan jalan (pergi dan balik dari solat hari raya).” (al-Bukhari : 986)
Ibn Majah meriwayatkan daripada Ibn ‘Umar katanya :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ ، مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
Maksudnya : “Adalah Rasulullah saw keluar ke tempat solat Hari Raya dengan berjalan dan baginda pulang darinya juga dengan berjalan.” (al-Albani menghasankan hadith ini di dalam Sahih Ibn Majah)
Dikatakan terdapat beberapa hikmah dalam perbuatan ini
i. Semoga dua jalan yang berbeza tersebut menjadi saksi di hadapan Allah pada hari kiamat nanti. Ini kerana bumi akan membicarakan pada hari kiamat apa yang dilakukan di atasnya dari perkara-perkara yang baik dan jahat.
ii. Untuk menzahirkan syiar-syiar Islam
iii. Untuk menzahirkan zikir kepada Allah swt
iv. Untuk menyakitkan hati orang-orang Munafikin dan Yahudi dan sebagai menakutkan mereka dengan ramainya umat Islam.
v. Untuk mengambil tahu keperluan orang-orang yang memerlukan sebarang bantuan atau untuk menziarahi sanak saudara dan menghubungkan solatur rahim.
7. Bertakbir pada hari Raya
Takbir hari raya adalah termasuk sunnah yang agung berdasarkan firman Allah swt :
وَلِتُكْمِلُوا العِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْن
Maksudnya : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengangungkan Allah atas petunjuknya yang diberikan kepada kamu, supaya kamu bersyukur.” (al-Baqarah : 185)
Sahih juga daripada ‘Abdul Rahman al-Salamiy katanya : “Adalah mereka (sahabat Nabi saw) pada hari Raya al-Fitri lebih bersungguh berbanding hari Raya al-Adha, Waki’ berkata : “Yakni (mereka lebih bersungguh) dalam bertakbir.”
Diangkat suara dalam melafazkan takbir bagi lelaki dan tidak bagi perempuan. Ia dilakukan di merata tempat di masjid, di rumah dan di pasa-pasar.
Waktu bertakbir bagi Hari Raya al-Fitri ialah bermula pada malam raya iaitu setelah tenggelamnya matahari pada hari akhir Ramadhan sehingga masuknya imam ke tempat solat untuk solat hari raya.
8. Ucapan Tahniah Pada Hari Raya
Termasuk daripada adab berhari raya ialah dengan menyampaikan ucap tahniah sesama muslim dengan sebarang ucapan yang baik seperti ucapan :
1. (Lihat Irwa’ al-Ghalil : 3/122) تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ - Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan anda semua)
2. عِيْدُ مُبَارَكْ – (Selamat) hari raya yang diberkati.
Atau ucapan yang seumpama dengan di atas yang terdiri dari ungkapan-ungkapan tahniah yang dibenarkan.
Jubair bin Nufair berkata : “Para sahabat Nabi saw apabila mereka bertemu sesama mereka pada hari raya mereka mengucapkan تُقُبَِّلَ مِنَّا وَمِنْكُمْ ,
Ibn Hajar berkata : Isnad (riwayat ini ) Hasan. (Fath al-Bari : 2/446)
9. Solat Hari Raya
Para ulama berbeza pendapat tentang hukum solat hari raya, sebahagian mengatakan hukumnya sunat, sebahagian yang lain mengatakannya fardhu kifayah dan sebahagian yang lain mengatakan hukumnya adalah fardhu ‘ain (wajib), berdosa bagi sesiapa yang meninggalkannya. Inilah pendapat Mazhab Imam Abu Hanifah, pendapat ini dipilih juga oleh Syeikh al-Islam Ibn Taimiyyah dan Ibn al-Qayyim. Al-Syeikh ‘Abdul ‘Aziz Abdillah bin Baz menyebut : “Pendapat ini lebih terserlah pada dalil-dalilnya dan lebih hampir kepada kebenaran.”
- Dilakukan solat raya terlebih dahulu diikuti khutbah
Ini berdasarkan hadith di dalam Musnad Ahmad daripada Ibn ‘Abbas r’anhuma :
أَشْهَدُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى قَبْلَ الْخُطْبَةِ فِي الْعِيدِ ثُمَّ خَطَبَ
Maksudnya : “Aku menyaksikan Rasulullah saw menunaikan solat hari raya sebelum khutbah, kemudian baginda berkhutbah.”
Lihat artikel “Solat Hari Raya Cara Nabi” tulisan Mohd Yaakub bin Mohd Yunus untuk keterangan lanjut tentang solat hari raya.
Beberapa Kesalahan Yang Dilakukan Pada Hari Raya
1. Anggapan sunat menghidupkan malam hari raya
Sebahagian orang ada yang beranggapan sunat menghidukan malam hari raya dengan melakukan ibadat-ibadat sunat seperti qiyam al-Lail dan seumpamanya. Anggapan ini adalah salah kerana tidak terdapat dari petunjuk Nabi saw. Adapun hadith yang menyebut tentang kelebihan menghidupkan malam hari raya ini adalah dhoief ataupun lemah untuk dinisbahkan kepada perkataan Nabi saw.
Hadith tersebut ialah :
من أحيا ليلة العيد لم يمت قلبه يوم تموت القلوب
Hadith ini TIDAK SAHIH, ia datang dari 2 jalan periwayatan dimana salah satunya Maudhu’ atau PALSU dan salah satu lagi LEMAH. (Sila lihat Silsilah al-Ahadith al-Dhoiefah wa al-Maudhu’ah, oleh al-Syeikh Muhammad Nasiruddin al-Albani : 520-521)
Maka tidak disyariatkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan qiyam al-lail, melainkan bagi mereka yang sememangnya telah menjadi kebiasaannya menghidupkan malam-malam yang lain juga.
2. Menziarahi Kubur pada 2 hari raya
Perbuatan menziarahi kubur pada hari raya ini juga bertentangan dengan petunjuk Nabi saw dan perbuatan generasi awal umat Islam (al-Salaf) yang dididik oleh Baginda. Perbuatan ini dibimbangi termasuk di dalam larangan Nabi saw dari menjadikan tanah perkuburan sebagai sambutan hari raya, dimana jika dimaksudkan (sunat menziarahi kubur) pada waktu-waktu tertentu dan ada pada musim-musim yang tertentu (seperti pada dua hari raya), maka perbuatan ini termasuk larangan menjadikan tanah perkuburan sebagai tempat sambutan hari raya seperti yang disebut oleh para ulama. (Sila lihat Ahkam al-Jana-iz wa Bida’uha oleh al-Albani. m.s. 219 & 258)
Rujukan :
1. http://soaljawab.wordpress.com/
2. Rakaman audio Ceramah Ustaz Ramadhan Fitri tentang Sunnah di 1Syawal.
Taken from www.al-ahkam.net
Tanam Di hati benih Iman Sejati
Agar kejayaan Islam menjadi realiti suatu hari nanti...
InsyaAllah
Wednesday, September 24, 2008
Hukum Tinggal atau Diam Di Masjid bagi Orang Junub, Perempuan Haid dan Nifas
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
“Ertinya : … Sesungguhnya aku tidak halalkan masjid ini bagi perempuan yang haidh dan orang yang junub.”
DHA’IF. Riwayat Abu Dawud (no. 232), Ibnu Khuzaimah (no. 1327), Baihaqiy (2/442-443) dan Ad Duulaabiy di dalam kitabnya Al Kuna wal Asmaa’ (1/150-151), dan jalan Abdul Wahid bin Ziyad (ia berkata): Telah menceritakan kepada kami Aflat bin Khalifah, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Jasrah binti Dajaajah, dari ‘Aisyah marfu’ (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda seperti di atas)
Saya berkata ; Sanad hadits ini dha’if, di dalamnya terdapat Jasrah binti Dajaajah seorang rawi yang dha’if.
Berkata Bukhari, “Pada Jasrah terdapat keanehan-keanehan.” (Yakni, pada riwayat-riwayatnya terdapat keanehan-keanehan).
(1) Berkata Baihaqiy, “Hadits ini tidak kuat.”
(2) Berkata Al-Khathaabiy, “Hadits ini telah dilemahkan oleh jama’ah (ahli hadits).”
(3) Berkata Abdul Haq, “Hadits ini tidak tsabit (kuat) dari jurusan isnadnya.” Berkata Ibnu Hazm di kitabnya Al Muhalla (2/186) tentang seluruh jalan hadits ini, “Semuanya ini adalah batil.”
Syaikhul Imam Al Albani telah melemahkan hadits ini di dalam kitabnya Irwaaul Ghalil (no. 193). Dan beliau pun mengatakan bahawa telah terjadi perselisihan atau perbezaan di dalam sanadnya. Di atas Aflat meriwayatkan dari Jasrah dari ‘Aisyah. Dalam riwayat yang lain Jasrah meriwayatkan dari Ummu Salamah sebagaimana riwayat di bawah ini.
“Ertinya : Sesungguhnya masjid ini tidak halal bagi orang yang junub dan perempuan haidh.”
DHA’IF. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 645) dari jalan Ibnu Abi Ghaniyyah, dari Abil Khaththaab Al Hajariy, dari Mahduh Adz Dzuhliy, dari Jasrah dia berkata: Telah mengkhabarkan kepadaku Ummu Salamah, marfu’ (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda seperti di atas).
Imam Abu Zur’ah Ar Raaziy berkata, “Yang benar adalah riwayat Jasrah daripada Aisyah.” (4) Berkata Imam Ibnu Hazm di kitabnya Al Muhalla (2/186), “Adapun Mahduh telah gugur riwayatnya, ia telah meriwayatkan dari Jasrah riwayat-riwayat yang mu’dhal. Sedangkan Abul Khaththaab Al Hajariy majhul.”
Saya berkata: Abul Khaththaab dan Mahduh dua orang rawi yang majhul sebagaimana diterangkan Al Hafizh Ibnu Hajar di dalam Taqrib-nya (2/231 dan 417).
Saya berkata: Selain dua riwayat dha’if di atas dan yang kedua lebih lemah dari yang pertama, yang mereka jadikan dalil tentang haramnya bagi orang yang junub dan perempuan haidh dan nifas untuk tinggal atau diam di masjid, mereka pun berdalil dengan beberapa atsar dhaif dibawah ini.
(1). Perkataan Ibnu Abbas tentang firman Allah surat An-Nisaa ayat 43.
Berkata Ibnu Abbas, “Tidak boleh engkau masuk masjid sedangkan engkau dalam keadaan junub kecuali sekadar lalu dan jangan engkau duduk” (Riwayat Baihaqiy : 2/443)
Saya berkata : Sanad riwayat ini dhaif, kerana Abu Ja’far Ar-Raazi yang ada di sanadnya seorang rawi yang dhaif kerana buruk hafalannya dan dia telah dilemahkan oleh para Imam di antaranya Imam Ahmad bin Hambal, Abu Zur’ah, Nasa’i, Al-Fallas dan lain-lain. Dan telah datang riwayat dari Ibnu Abbas dengan sanad yang shahih yang menyalahi riwayat dhaif di atas.
Telah berkata Ibnu Abi Syaibah di kitab-kitab Al-Mushannaf, “Telah menceritakan kepada kami Waaki, dari Ibnu Abi Arubah, dari Qatadah, dari Abi Mijlaz, dari Ibnu Abbas tentang firman Allah di atas beliau mengatakan (menafsirkan) ; (Yang dimaksud dengan ‘aabiri sabil) ialah musafir yang tidak memperoleh air lalu dia bertayamum” (5)
(2). Kemudian Imam Baihaqiy meriwayatkan lagi (2/443) dari jalan Abu Ubaidah bin Abdullah, dari Ibnu Mas’ud bahawa dia telah memberikan keringanan bagi orang yang junub untuk sekadar lalu di dalam masjid (yakni tidak duduk atau tinggal di masjid)
Saya berkata ; Sanad ini dhaif, kerana Abu Ubaidah bin Abdullah bin Mas’ud tidak pernah berjumpa dengan bapaknya yaitu Abdullah bin Mas’ud. Dengan demikian maka sanad ini munqathi (terputus).
(3). Kemudian Imam Baihaqiy meriwayatkan lagi (2/443) dari jalan Hasan bin Abi Ja’far Al-Azdiy, dari Salm Al-Alawiy, dari Anas bin Malik tentang firman Allah di atas dia berkata, “ Sekadar lalu dan tidak duduk (di masjid)”.
Saya berkaa ; Sanad in pun dhaif, kerana:
Pertama : Salm bin Qais Al-Alawiy seorang rawi yang dhaif sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafidzh Ibnu Hajar di Taqribnya (1/314).
Kedua ; Hasan bin Abi Ja’far Al-Jufriy Abu Sa’id Al-Azdiy, telah dilemahkan oleh Jama’ah ahli hadits. (Taqribut Tahdzib 1/164, Tahdzibit Tahdzib 2/260-261. Mizanul I’tidal 1/482-483)
Saya berkata :Telah sah dari Ali bin Abi Thalib bahawa beliau menafsirkan ayat diatas dengan orang musafir, beliau berkata, “Diturunkan ayat ini berkenaan dengan orang musafir. Dan tidak juga bagi orang yang junub kecuali orang yang mengadakan perjalanan sehingga dia mandi. Beliau berkata ; Apabila seorang (musafir) itu junub lalu dia tidak memperoleh air, dia tayamum lalu shalat sampai dia mendapatkan air. Dan apabila dia telah mendapatkan air (hendaklah) dia mandi’ (Riayat Baihaqiy 1/216 dan Ibnu Jarir di kitab Tafsirnya juz 5 hal. 62 dan lain-lain sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Katsir di Tafsirnya 1/501 dan Imam Suyuthi di tafsirnya Ad-Durul Mantsur 2/165)
Setelah kita mengetahui bahawa seluruh riwayat yang melarang orang yang junub dan perempuan haid/nifas berdiam atau tinggal di masjid semuanya dhaif. Demikian juga tafsir ayat 43 surat An-Nisaa yang melarang orang yang junub dan perempuan haid berdiam atau tinggal di masjid semuanya dhaif tidak ada satupun yang sah (shahih atau hasan). Bahkan tafsir yang shahih dan sesuai dengan maksud ayat ialah tafsir dari Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas di atas. Yaitu, musafir yang terkena janabah dan dia tidak mendapatkan air lalu dia tayammum sampai dia memperoleh air. Jadi yang dimaksud dengan firman Allah ‘aabiri sabil ialah musafir. Bukanlah yang dimaksud orang yang masuk ke dalam masjid sekadar melewatinya tidak diam atau tinggal di dalamnya. Tafsir yang demikian selain tidak sesuai dengan susunan ayat dan menyalahi tafsir shahabat dan sejumlah dalil di bawah ini yang menjelaskan kepada kita bahawa orang yang junub dan perempuan yang haid atau nifas boleh diam atau tinggal di masjid.
Dalil Pertama
Dari ‘Aisyah, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, “Ambilkanlah untukku sajadah kecil (6) di masjid.” Jawabku, “Sesungguhnya aku sedang haidh.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya haidhmu itu tidak berada di tanganmu.”
Shahih riwayat Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad dan Iain-lain.
Pengambilan dalil dari hadits yang mulia ini ialah bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan ‘Aisyah masuk ke dalam masjid walaupun sedang haidh. Dan ketegasan jawapan beliau kepada ‘Aisyah menunjukkan bahawa haidhmu tidak menghalangimu masuk ke dalam masjid kerana haidhmu tidak berada di tanganmu.
Ada yang mengatakan, bahawa hadits di atas hanya menunjukkan bolehnya bagi perempuan haidh sekadar masuk ke dalam masjid atau melewatinya untuk satu keperluan kemudian segera keluar dari dalam masjid bukan untuk diam dan tinggal lama di dalam masjid.
Saya jawab: Subhaanallah! Inilah ta’thil, yaitu menghilangkan sejumlah faedah yang ada di dalam hadits ‘Aisyah di atas. Kalau benar apa yang dikatakannya tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan pengecualian kepada ‘Aisyah bahawa dia hanya boleh masuk ke dalam masjid dalam waktu yang singkat atau melewatinya sekadar mengambil sajadah kecil beliau dan tidak boleh diam dan tinggal lama di dalam masjid. Akan tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda secara umum masuk ke dalam masjid tanpa satupun pengecualian. Padahal saat itu ‘Aisyah sangat memerlukan penjelasan daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkannya masuk ke dalam masjid dalam keadaan haidh. Sedangkan mengakhirkan penjelasan dari waktu yang diperlukan tidak diperbolehkan menurut kaedah ushul yang telah disepakati. Oleh kerana itu wajib bagi kita menetapkan dan mengamalkan keumuman sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu diperbolehkan bagi perempuan haidh untuk masuk ke dalam masjid secara mutlak, baik sebentar atau lama bahkan tinggal atau menetap di dalamnya sebagaimana ditunjuki oleh dalil ketiga dan keempat.
Dalil Kedua:
Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”.
Shahih riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain dari jalan Abu Hurairah, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpaiku di salah satu jalan dari jalan-jalan yang ada di Madinah, sedangkan aku menyingkir pergi dan segera aku mandi kemudian aku datang (menemui beliau), lalu beliau bersabda, “Kemana engkau tadi wahai Abu Hurairah?” Jawabku, “Aku tadi dalam keadaan junub, maka aku tidak suka duduk bersamamu dalam keadaan tidak bersih (suci)”, Maka beliau bersabda, “Subhanallah! Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis” (Dalam riwayat yang lain beliau bersabda, “Sesungguhnya orang muslim itu tidak najis) (7)
Dalil Ketiga
Dan’ Aisyah (dia berkata), “Sesungguhnya ada seorang hamba perempuan hitam kepunyaan salah satu suku dari bangsa Arab. Lalu mereka memerdekakannya, kemudian dia pun tinggal bersama mereka…”
Berkata ‘Aisyah, “Lalu perempuan itu datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan masuk Islam.”
Berkata ‘Aisyah, “Dan perempuan itu mempunyai khemah kecil di masjid (yakni sebagai tempat tinggalnya)…”
Shahih riwayat Bukhari (no. 439).
Pengambilan dalil dari hadits yang mulia ini jelas sekali tentang bolehnya bagi perempuan haidh untuk tinggal lama atau diam di masjid. Ini kerana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyatakan kepada perempuan di atas ‘kalau datang hari-hari haidhmu hendaklah engkau jangan tinggal di masjid. Sedangkan dia tinggal di masjid dan mempunyai khemah untuk dia tidur dan menurut dalil keempat perempuan itu bekerja sebagai pembersih masjid. Sekiranya perempuan haidh itu tidak boleh tinggal atau diam di masjid tentu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan pengecualian seperti di atas. Akan tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menetapkan dan membolehkan perempuan tersebut untuk tinggal di masjid bahkan mempunyai khemah sendiri secara umum dan mutlak tanpa satupun pengecualian. Padahal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui dan kita pun mengetahui bahawa perempuan setiap bulannya akan melalui hari-hari haidh.
Dalil di atas bersama dalil keempat di bawah ini merupakan setegas-tegas dalil dan hujjah tentang bolehnya bagi perempuan haidh dan nifas untuk diam dan tinggal lama di masjid. Dan Imam Bukhari yang meriwayatkan hadits di atas di kitab shahihnya telah memberikan bab dengan judul: “Bab:Tidurnya perempuan di masjid”
Al Hafizh Ibnu Hajar di dalam mensyarahkan bab di atas mengatakan bahawa yang dimaksud ialah, “Tinggal atau diamnya perempuan di dalam masjid.”
Dalil Keempat
Dari Abu Hurairah (dia berkata): Bahawasanya ada seorang lelaki hitam -atau seorang perempuan hitam- (8) yang biasa membersihkan kotoran di masjid mati. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya tentangnya, mereka menjawab, “Dia telah mati.” Beliau bersabda, “Kenapakah kamu tidak memberitahukan kepadaku tentang (kematian)nya, tunjukkanlah kepadaku kuburnya.” Lalu beliau mendatangi kubur lelaki itu -atau kubur perempuan itu- kemudian beliau menshalatinya.
Shahih riwayat Bukhari (no.458, 460 dan 1337).
Pengambilan dalil dari hadits yang mulia ini sama dengan yang sebelumnya kerana orangnya satu, yaitu seorang perempuan hitam yang masuk Islam kemudian tinggal dan menetap di masjid dan bekerja sebagai pembersih masjid
Dalil Kelima:
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Aku pernah melihat tujuh puluh orang lelaki dari penduduk Suffah tidak seorang pun di antara mereka yang mempunyai baju, hatta kain atau selimut yang mereka ikat ke tengkuk mereka. Maka di antaranya (yakni di antara pakaian itu) ada yang sampai mata kaki, lalu mereka berkerobong dengan tangannya khawatir auratnya”
(Shahih riwayat Bukhari no. 442)
Pengambilan dalil dari hadits yang mulia ini jelas sekali tentang bolehnya bagi orang yang junub untuk tinggal lama atau diam di masjid. Kerana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memberikan pengecualian kepada para shahabat yang tinggal di suffah (teras masjid), bahawa ‘kalau salah seorang kamu junub hendaklah dia jangan tinggal di masjid’. Kalau sekiranya orang yang junub itu tidak boleh tinggal atau diam di masjid tentu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan pengecualian seperti di atas. Akan tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menetapkan dan membolehkan para shahabat yang tinggal di suffah untuk tetap tinggal di masjid secara umum dan mutlak tanpa satupun pengecualian. Padahal beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui dan kita pun mengetahui bahawa adakalanya seseorang itu terkena janabah.
Dalil Keenam:
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus pasukan berkuda kearah Najd, lalu pasukan itu datang membawa seorang tawanan lelaki dari Bani Hanifah yang bernama Tsumaamah bin Utsaal. Kemudian mereka mengikatnya di salah satu dari tiang-tiang masjid, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemuinya dan beliau bersabda, “Lepaskan (ikatan) Tsumaamah”. Kemudian dia (yakni Tsumaamah) pergi ke sebuah pohon kurma yang berada di dekat masjid, lalu dia mandi kemudian masuk ke dalam masjid dan mengucapkan, “Asyhadu allaa ilaaha illallah wa anna Muhammadar rasulullah”
Shahih riwayat Bukhari (no. 462, 469, 2422, 2423 dan 4372)
Pengambilan dalil dari hadits yang mulia ini ialah, kalau orang kafir saja yang tidak pernah mandi janabah dibolehkan masuk ke dalam masjid apalagi seorang muslim, tentunya lebih utama dan lebih berhak masuk ke dalam masjid meskipun dalam keadaan junub atau dia seorang perempuan yang sedang haid atau nifas (yakni mimbaabil aula). Yang mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan, “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis” (Lihatlah dalil kedua).
(Disalin dari buku Tiga Hukum Bagi Perempuan Haid Dan Junub (Menyentuh/Memegang Al-Qur’an, Membacanya Dan Tinggal Atau Diam Di Masjid, Penulis Abdul Hakim bin Amir Abdat, Penerbit Darul Qalam – Jakarta)
__________
Foote Note
(1). Tahdzibut Tahdzib (12/406) dan Nasbur Raayah (1/194).
(2). Al-Majmu Syarah Muhadzdzab (2/160) oleh Imam An Nawawi.
(3). Tafsir Ibnu Katsir (1/501) dan Nasbur raayah (1/144) dan Al-Majmu Syarah Muhadzdzab (2/160).
(4). Tafsir Ibnu Katsir (1/501).Talkhisul Habir (1/140). Nasbur Raayah (1/194-195).
(5). Demikian keterangan Imam Ibnu Turkamaaniy atas komentar beliau terhadap kitab Sunanul Kubranya Imam Baihaqiy yang saya nukil dengan ringkas dan mengambil maknanya.
(6). Al Khumrah ialah sajadah kecil yang cukup hanya untuk sujud.
(7). Kejadian yang sama juga terjadi pada Hudzaifah sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain.
(8). Yang benar adalah seorang perempuan hitam yang tinggal di masjid dan pekerjaannya membersihkan masjid sebagaimana ditunjuki oleh dalil ketiga dan beberapa riwayat yang dijelaskan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar dalam mensyarahkan hadits ini (no.458) di Fathul Baar
http://www.almanhaj.or.id/content/2009/slash/0
Taken from www.soaljawab.wordpress.com
Text Area
Munsyid : Shoutul Harokah
Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kezhaliman yang akan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini, darah ini sepenuh ridho Illahi
Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari busur
Tuju sasaran, siapapun pemanahnya
Kami adalah pedang-pedang terhunus
Yang siap terayun menebas musuh
Tiada peduli siapapun pemegangnya
Asalkan ikhlas di hati tuk hanya ridho Illahi Robbi...
Kami adalah tombak-tombak berjajar
Yang siap di lontarkan dan menghujam
Menembus dada, lantakkan keangkuhan
Kami adalah butir-butir peluru
Yang siap ditembakkan dan melaju
Dan mengoyak, menumbang kezhaliman
Asalkan ikhlas di hati tuk jumpa wajah Illahi Rabbi...
Kami adalah mata pena yang tajam
Yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapkan keadilan
Kami pisau belati yang slalu tajam
Bak kesabaran yang tak pernah padam
Tuk arungi da'wah ini jalan panjang
Asalkan ikhlas di hati menuju jannah Illahi Robbi...