Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, October 26, 2008

Surat darinya untuk Kita

Assalamualaikum wbt..

I received this email from a friend. I would like to share it with readers..

________________

Tulisan ini secara khusus dipersembahkan kepada mereka yang telah mengazamkan hidupnya untuk dakwah.

Arus dakwah seakan semakin tak terbendung. Ia mengalir laksana aliran air yang memenuhi setiap “lorong” kehidupan, tak terkecuali “lorong” yang bernama Politik. Mengaliri lorong yang yang satu ini, seakan banyak memberi pengharapan terhadap apa yang namanya “perubahan”.

Setelah cukup lama “berjuang” dalam Mihwar-Tandzimi, terutama di era awal perkembangan dakwah, dakwah kini telah merambah ke Mihwar-Muassasi bahkan Mihwar Dauli. Salah satu ciri khas Mihwar ini, adalah mulai bersentuhannya dakwah dengan ruang dan urusan publik yang multidimensional. Ketika dakwah-Politik disamping diterjamahkan sebagai sebagai usaha demi tegaknya hukum Allah, ia juga bermakna”seni” melayani ummat Muhammad, maka ada banyak “kebutuhan-keinginan” publik yang harus diakomodasi.

Keharusan melakukan “ekspansi” dakwah, telah mengantarkan para kadernya kepada sebuah “era buka-bukaan” di ruang publik. Mihwar ini juga menuntut para kadernya tidak hanya piawai dalam menyampaikan materi-materi halaqah, tapi ia juga seorang “politisi” yang tangguh dan berahlaq. Ada banyak “kebutuhan” publik yang harus dipenuhi. Sehingga setiap kader tidak hanya berkualitas dari sisi “normatif-teoritis”, tapi ia juga berkualitas dari sisi “praktis-aplikatif”. Mihwar Muassasi-Dauli membutuhkan jundi-jundi dengan karakteristik (profil) yang tidak sama jika dibandingkan dengan saat dakwah ini berada pada Mihwar Tandzimi.Secara mendasar, karakteritik itu bisa didapat dalam 10 Muwashafat, yakni:

  • Salimul aqidah (Akidah yang bersih),
  • Shahihul ibadah (Ibadah yang benar),
  • Matinul khuluq (akhlak yang kokoh),
  • Qowiyyul jismi (jasmani yang kuat)
  • Mutsaqqoful fikri (berwawasan pemikirannya),
  • Mujahadatul linafsihi (Kuat kesungguhan jiwanya),
  • Harishun ala waqtihi (cermat mengatur waktu),
  • Munzhzhamun fi syuunihi (Teratur dalam suatu urusan),
  • Qodirun alal kasbi (mandiri perekonomiannya) dan
  • Nafi’un lighoirihi (bermanfaat bagi yang lain).

Kesepulah aspek dasar “kualitas” kader dakwah tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya pembinaan yang rutin dan istiqomah di berbagai sarana tarbiyah yang telah digariskan oleh “manhaj tarbiyah”. Beberapa diantarnya adalah Halaqah Tarbawi sebagai “agenda terdepan” guna pembentukan akidah, fiqrah, ibadah, ahlaq dan kemahiran dalam ber-amal jama’i. Selain itu ada Mabit, Daurah, Rihlah, Mukhayyam, dll, yang semuanya harus menjadi agenda tersendiri bagi setiap kader.

Untuk bisa survive di era ini, beberapa ‘Amal (kerja) sebagai “terjemahan” dari 10 muwashafat harus menjadi bagian “kerja” yang tak boleh ditinggalkan oleh setiap kader dakwah, beberapa diantarnya adalah

‘Amal Da’awi (kerja dakwah) yang menjadi agenda utama,

‘Amal ‘Ilmi (kerja akademik),

‘Amal Mihani (kerja profesi),

‘Amal Iqtishadi (kerja ekonomi),

‘Amal Siyasi (kerja politik),

‘Amal I’lami (kerja media dan informasi),

‘Amal Ijtima’i (kerja kemasyarakatan).

Inilah jalan untuk mengantarkan kader dakwah menjadi da’i yang normatif-teoritis, sekaligus praktis-aplikatif.

Beberapa tahun ke depan, dakwah ini akan banyak berhadapan dengan beragam peluang, juga tantangan. Peluang itu adalah semakin terbukanya “kran” dakwah sehingga ia mampu mengalir ke bermacam bidang kehidupan, lembaga pemerintahan, swasta dan ruang publik lainnya. Ekspansi dakwah ini semakin menuntuk tersedianya kader-kader dakwah yang tangguh dan mandiri. Kemampuan kader-kader dakwah melakukan ekspansi dakwah, penyebaran fiqrah, dan memperluas pengaruh pada “ruang publik” akan menentukan keberhasilan dakwah. Profesionalisme kader dakwah, itulah salah satu jawaban guna memenuhi kebutuhan di era Muassasi-Dauli.

Tidak terlalu berlebihan kiranya, jika para Qiyadah dakwah merumuskan karakteristik yang harus melekat pada setiap kader dakwah yang profesional, diantaranya adalah:

(1) Kokoh dan Mandiri,

(2) Dinamis, Kreatif dan Inovatif,

(3) Spesialis yang berwawasan Global,

(4) Produktif,

(5) Mahir berAmal Jama’i,

(6) Pelopor Perubahan, dan

(7) Kepemimpinan Masyarakat.

Tiga karakter pertama merefleksikan kapasitas Internal. Selanjutnya diperkuat dengan dua karakter berikutnya yang merefleksikan Kapasitas Sosialnya, dan akhirnya, dua kapasitas tersebut disempurnakan dengan dua karakter berikutnya yaitu sebagai pelopor perubahan (agent of change) yang mempunyai jiwa kepemimpinan.

Akhirnya sebagai penutup, setiap kader harus “sholeh” secara pribadi dan “sholeh” secara sosial. Selanjutnya kedua kesholehan tersebut diintegrasi dan disinergikan untuk tampil sebagai “aktor politik” guna membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Friday, October 24, 2008

Friends of Mine

Bismillahi Walhamdulillah…

Ada satu kisah menarik.

Assalamualaikum, ya akhi…ya ukhti…” handphone sony ericsson ku berbunyi. Lagu Opick Yang pasti, ni bukan jenama boikot.

Aku baru nak terlelap qailullah, tengok skrin.. Huh?

Calling… Xiang Ying.

“Hello, izyati. Sorry for disturbing you aa. Can I ask you some questions?” I heard her voice from the phone.

“Sure, what is it?” gementar juga berbual dengan best student food tech ni. Tapi takpalah. Mesti penting. Kalo tak, dia takkan kol.

“Um, what is the difference between hadis and sunnah? Is there any significance between Al-Sunnah and As-Sunnah? Why is there difference between both? That As-Sunnah is quite saturated in it rite?”

“How to spell Sohih Bukhari? Is it?”

“What is the difference between dalil and nas?”

“What is qias?”

I answered her question as far as I know. For the hadis and sunnah, Al-Sunnah and As-Sunnah, dalil and nas, I told her, it’s just the same thing. The difference is that the Arabic spelling. For the qias, wow… that challenged me to explain Islamic knowledge in English. I just explained about the example, so that she won’t get lost too much. I told her that Islam forbid us to kill ourselves (the rite word is commit suicide). And taking drugs also can lead to death. So, in Islam, it is haraam for us to take drugs as it can kill us. Well I think I need to explain more as there are some drugs used in pharmaceutical things. There is another case for this.

Then I asked her, “Why did u ask me all this?” just to know her. She said, “I’m studying Halal Food Production, that’s why I have all those terms. It’s good to ask ‘alim’ person like you..” then she laughed. I just smiled and said “haha” =)

Well, I think this is a good beginning for me to explain something about Islam to the non-Muslims.. in English, of course. I can still remember when I was in second year. That time was during Ramadhan, we were having laboratory practical together. I was fasting. While waiting for the results of the analysis, we had chat together and suddenly she asked me, “Aren’t you tired of fasting?”

I looked at her face for seconds (actually I was searching for words to answer her!). Then I just explain if u get used to it, you’ll never feel anything about it. Then we chatted about various things about Islam that appeared around her. Unfortunately I’ve already forgotten about her questions. I love it when she asked me questions but rarely she did. She’s a nice person. Maybe I have to be closer to her. May Allah gives her the Hidayah to be a Muslim. Ameen…

Having good relationship with those Chinese friends really benefit me. I don’t know why, but being with them really challenges me to do more and more. If giving chance to seek for group members to do assignments, I will find the Chinese girls. Additional information about studies and improving my communication in English also I learnt from them. For sure, I will speak English to communicate. And luckily Ching Huey wanna be my ‘lousher’ (teacher) for Mandarin Language. Sounds quite funny. But I’m serious in learning Mandarin. Pray for me. It’s good for dakwah in future.

Wah.. she keeps asking me questions. Now about thaharah. It seems that I have to study thaharah again. Beneficial for me also! If somebody think that she’s just using my advantage for her sake, now that's a false thinking. I’m just doing my job, for this is the Tarbiyah for me. Alhamdulillah…

Wassalam.

Wednesday, October 22, 2008

Artikel ESQ : Sifat Mahmudah & Mazmumah

Bismillahi walhamdulillah,


This article was taken from my roomate. Thanks to Ain Hasan Basri@Ummu Muhaymin. May Allah give you the strength and more experience to go further in Dakwah.Ameen...



Tasawwuf

Pengenalan

1. Pengertian Ilmu Tasawwuf :

Ilmu tasawuf ialah ilmu yang menyuluh perjalanan seseorang mukmin di dalam membersihkan hati dengan sifat-sifat mahmudah atau sifat-sifat yang mulia dan menghindari atau menjauhkan diri daripada sifat-sifat mazmumah iaitu yang keji dan tercela .

2. Ilmu tasawwuf bertujuan mendidik nafsu dan akal supaya sentiasa berada di dalam landasan dan peraturan hukum syariat Islam yang sebenar sehingga mencapai taraf nafsu mutmainnah .

3. Syarat-syarat untuk mencapai taraf nafsu mutmainah:

a) Banyak bersabar .
b) Banyak menderita yang di alami oleh jiwa .

4. Imam Al-Ghazali r.a. telah menggariskan sepuluh sifat Mahmudah / terpuji di dalam kitab Arbain Fi Usuluddin iaitu :

1) Taubat .

2) Khauf ( Takut )

3) Zuhud

4) Sabar.

5) Syukur.

6) Ikhlas.

7) Tawakkal.

8) Mahabbah ( Kasih Sayang )

9) Redha.

10) Zikrul Maut ( Mengingati Mati )

5. Dan Imam Al-Ghazali juga telah menggariskan sepuluh sifat Mazmumah / tercela / sifat keji di dalam kitab tersebut iaitu :

1) Banyak Makan

2) Banyak bercakap.

3) Marah.

4) Hasad.

5) Bakhil.

6) Cintakan kemegahan.

7) Cintakan dunia .

8) Bangga Diri.

9) Ujub ( Hairan Diri ).

10) Riya' ( Menunjuk-nunjuk )

Bab 12 : Sifat-sifat Mazmumah

1. Syarrut ta‘am (banyak makan)

  • Iaitu terlampau banyak makan atau minum ataupun gelojoh ketika makan atau minum.
  • Makan dan minum yang berlebih-lebihan itu menyebabkan seseorang itu malas dan lemah serta membawa kepada banyak tidur. Ini menyebabkan kita lalai daripada menunaikan ibadah dan zikrullah.
  • Makan dan minum yang berlebih-lebihan adalah ditegah walaupun tidak membawa kepada lali daripada menunaikan ibadah kerana termasuk di dalam amalan membazir.

2. Syarrul kalam (banyak bercakap)

  • Iaitu banyak berkata-kata atau banyak bercakap.
  • Banyak berkata-kata itu boleh membawa kepada banyak salah, dan banyak salah itu membawa kepada banyak dosa serta menyebabkan orang yang mendengar itu mudah merasa jemu.

3. Ghadhab (pemarah)

  • Ia bererti sifat pemarah, iaitu marah yang bukan pada menyeru kebaikan atau menegah daripada kejahatan.
  • Sifat pemarah adalah senjata bagi menjaga hak dan kebenaran. Oleh kerana itu, seseorang yang tidak mempunyai sifat pemarah akan dizalimi dan akan dicerobohi hak-haknya.
  • Sifat pemarah yang dicela ialah marah yang bukan pada tempatnya dan tidak dengan sesuatu sebab yang benar.

4. Hasad (dengki)

  • Iaitu menginginkan nikmat yang diperolehi oleh orang lain hilang atau berpindah kepadanya.
  • Seseorang yang bersifat dengki tidak ingin melihat orang lain mendapat nikmat atau tidak ingin melihat orang lain menyerupai atau lebih daripadanya dalam sesuatu perkara yang baik. Orang yang bersifat demikian seolah-olah membangkang kepada Allah subhanahu wata‘ala kerana mengurniakan sesuatu nikmat kepada orang lain.
  • Orang yang berperangai seperti itu juga sentiasa dalam keadaan berdukacita dan iri hati kepada orang lain yang akhirnya menimbulkan fitnah dan hasutan yang membawa kepada bencana dan kerosakan.

5. Bakhil (kedekut)

  • Iaitu menahan haknya daripada dibelanjakan atau digunakan kepada jalan yang dituntut oleh agama.
  • Nikmat yang dikurniakan oleh Allah subhanahu wata‘ala kepada seseorang itu merupakan sebagai alat untuk membantu dirinya dan juga membantu orang lain. Oleh yang demikian, nikmat dan pemberian Allah menjadi sia-sia sekiranya tidak digunakan dan dibelanjakan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata‘ala.
  • Lebih-lebih lagi dalam perkara-perkara yang menyempurnakan agama seperti zakat, mengerjakan haji dan memberi nafkah kepada tanggungan, maka menahan hak atau harta tersebut adalah suatu kesalahan besar di sisi agama.

6. Hubbul jah (kasihkan kemegahan)

  • Iaitu kasihkan kemegahan, kebesaran dan pangkat.
  • Perasaan inginkan kemegahan dan pangkat kebesaran menjadikan perbuatan seseorang itu tidak ikhlas kerana Allah.
  • Akibat daripada sifat tersebut boleh membawa kepada tipu helah sesama manusia dan boleh menyebabkan seseorang itu membelakangkan kebenaran kerana menjaga pangkat dan kebesaran.

7. Hubbud dunya (kasihkan dunia)

  • Ia bermaksud kasihkan dunia, iaitu mencintai perkara-perkara yang berbentuk keduniaan yang tidak membawa sebarang kebajikan di akhirat.
  • Banyak perkara yang diingini oleh manusia yang terdiri daripada kesenangan dan kemewahan. Di antara perkara-perkara tersebut ada perkara-perkara yang tidak dituntut oleh agama dan tidak menjadi kebajikan di akhirat.
  • Oleh yang demikian, kasihkan dunia itu adalah mengutamakan perkara-perkara tersebut sehingga membawa kepada lalai hatinya daripada menunaikan kewajipan-kewajipan kepada Allah.
  • Namun begitu, menjadikan dunia sebagai jalan untuk menuju keredhaan Allah bukanlah suatu kesalahan.

8. Takabbur (sombong)

  • Iaitu membesarkan diri atau berkelakuan sombong dan bongkak.
  • Orang yang takabbur itu memandang dirinya lebih mulia dan lebih tinggi pangkatnya daripada orang lain serta memandang orang lain itu hina dan rendah pangkat.
  • Sifat takabbur ini tiada sebarang faedah malah membawa kepada kebencian Allah dan juga manusia dan kadangkala membawa kepada keluar daripada agama kerana enggan tunduk kepada kebenaran.

9. ‘Ujub (bangga diri)

  • Iaitu merasai atau menyangkakan dirinya lebih sempurna.
  • Orang yang bersifat ‘ujub adalah orang yang timbul di dalam hatinya sangkaan bahawa dia adalah seorang yang lebih sempurna dari segi pelajarannya, amalannya, kekayaannya atau sebagainya dan ia menyangka bahawa orang lain tidak berupaya melakukan sebagaimana yang dia lakukan.
  • Dengan itu, maka timbullah perasaan menghina dan memperkecil-kecilkan orang lain dan lupa bahawa tiap-tiap sesuatu itu ada kelebihannya.

10. Riya’ (menunjuk-nunjuk)

  • Iaitu memperlihatkan dan menunjuk-nunjuk amalan kepada orang lain.
  • Setiap amalan yang dilakukan dengan tujuan menunjuk-nunjuk akan hilanglah keikhlasan dan menyimpang dari tujuan asal untuk beribadah kepada Allah semata-mata.
  • Orang yang riya’ adalah sia-sia segala amalannya kerana niatnya telah menyimpang disebabkan inginkan pujian daripada manusia.

Thursday, October 16, 2008

Yang Pahit Itu Manis


Pewaris Negeri
Album : Pewaris Negeri
Munsyid : Izzatul Islam


Intro;
Janganlah ragu
Melangkah maju
Tegakkan keadilan

Reff:
Padamu pewaris negeri
harapan slalu terpatri
Azzam tetap membahana
Hingga terwujudkan janji

Menderas maju nan tiada ragu
Hantam angkara sibakkan gulita
Sibak panji Islam kan mengangkasa
Umat mulia menghulu semesta

Melangkah beriringan
Lantakkan kebatilan
Bergerak keharmonian
Tegakkan keadilan

Sgala rintangan menjadi suratan
Penempa diri mujahid sejati
Janji ALLAH lah jadikan tujuan
Hidup mulia atau kesyahidan


Monday, October 13, 2008

Mukaddimah Fi Zhilal

Jika Anda diberi Allah nikmat hidup di bawah naungan Al-Qur’an dalam suatu masa, Anda pasti merasakan nikmat yang luar biasa yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya dalam hidup ini. Rasakanlah nikmat yang mengangkat derajat hidup Anda, memberkahi dan mensucikannya.

Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah sebuah nikmat. Nikmat yang tidak diketahui indahnya kecuali bagi orang yang merasakannya. Nikmat yang mengangkat derajat hidup, memberkahi dan mensucikannya. Jika Anda diberi Allah nikmat hidup di bawah naungan Al-Qur’an dalam suatu masa, Anda pasti merasakan nikmat yang luar biasa yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya dalam hidup ini. Rasakanlah nikmat yang mengangkat derajat hidup Anda, memberkahi dan mensucikannya.

Sesunggunya jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an, sesungguhnya Anda hidup sambil mendengar Rabb-mu (Tuhan Penciptamu) sedang berbicara denganmu melalui Al-Qur’an ini. Anda adalah hamba yang kerdil dan kecil. Kemuliaan apakah gerangan yang diberikan kepada manusia ini? Kemulian yang amat tinggi dan mulia. Kemuliaan apakah gerangan yang diangkat oleh Tanzil (Al-Qur’an) bagi hidup ini? Kedudukan apapakah gerangan yang akan dianugrahkan oleh Maha Pencipta nan Mulia kepada manusia ini?

Sesungguhnya jika hidup ini dijalankan di bawah naungan Al-Qur’an, Anda dari ketinggian akan melihat Jahiliyah yang sedang melanda muka bumi ini, konsentrasi pemeluknya yang kecil dan kerdil. Anda juga akan heran melihat pengetahuan, konsep hidup dan focus (hidup) para penganut Jahiliyah itu, seperti halnya orang dewasa melihat anak-anak kecil sedang bermain-main. Dan Anda akan lebih heran lagi sambil berkata: Apa gerangan yang sedang menimpa manusia-manusia itu? Mengapa mereka terpuruk ke jurang yang amat kotor dan tidak dapat mengengar seruan yang Maha Tinggi dan Mulia?

Ketika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an, sesungguhnya Anda hidup dengan konsep yang syamil (comprehensive), berkualitas tinggi dan bersih bagi keberadaan alam semesta dan tujuannya serta tujuan keberadaan manusia. Coba anda bandingkan konsep yang syamil untuk kehidupan, alam semesta dan manusia itu dengan berbagai konsep Jahiliyah yang menjadi sistem hidup manusia di Timur dan Barat, di Utara dan Selatan. Kemudian coba Anda bertanya: Mengapa mereka bisa hidup di lembah kepedihan, di dasar yang paling rendah, dalam kegelapan yang gelap gulita itu? Padahal di samping Jahiliyah itu terdapat tempat hidup yang tinggi (mulia) dan cahaya yang terang benerang.

Jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an Anda akan merasakan singkronisai (harmonisasi) yang sangat indah antara gerakan manusia seperti yang dikehendaki Allah dan gerakan alam semesta ini yang diciptakan Allah dengan sangat indahnya. Kemudian Anda akan menyaksikan keterpurukan yang sedang diderita manusia akibat penyimpangannya dari sisitem alam (yang Allah ciptakan). Demikian juga paradoks yang terjadi antara pendidikan yang rusak dan jahat yang dipaksakan dan fitrah manusia yang diciptakan Allah pada mereka. Anda akan melihat sendiri. Setan terkutuk manakah gerangan yang menggiring langkah manusia menuju neraka Jahim? Dan Anda pasti berkata dengan yakin : Alangkah besarnya penyesalan hamba-hamba itu?

Sesungguhnya jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an maka Anda akan melihat semseta ini jauh lebih besar dari fenomena yang disaksikan. Lebih besar dari dari hakikatnya, lebih besar dari sisi-sisinya. Kemunculan manusia terbentang pada jalan-jalan yang amat panjang. Kematian bukanlah akhir perjalanan ini. Namun satu fase dari perjalanan itu. Apa yang diperoleh manusia ketika berada di dunia ini bukanlah merupakan semua jatahnya. Namun sebagian saja dari jatah keseluruhannya. Balasan yang lolos sehingga tidak menimpanya di dunia ini, bukan berarti dia lolos pula di sana (akhirat), di mana di sana tidak ada lagi kezaliman, kekurangan dan ditelantarkan.

Sesungguhnya periode yang Anda habiskan di atas bumi ini sesungguhnya merupakan perjalanan alam semesta yang bersahabat, alam berteman dan menhasihi. Alam yang memiliki ruh (nyawa) yang bisa menerima dan menjawab dan sedang mengarah kepada sang Pencipta yang Esa di mana ruh orang Mukmin juga mengarah dengan khusyuk.

“Dan kepada Allah sujud siapa saja yang ada di langit dan di bumi, baik dalam keadaan patuh maupun terpaksa, dan demikian pul abayang-bayang mereka di waktu pagi dan sore."
(QS. Arro’d,13 : 15)

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
(QS. Al-Isro’,17 : 44)

Ketenangan, keluasan, kedekatan dan kepercayaan apa gerangan yang yang dilahirkan konsepsi yang syamil, yang luas dan yang benar ini ke dalam lubuk hatimu saat melihat ketundukan jagat raya ini kepada Allah, Tuhan Pencipta alam semesta?


Taken from www.eramuslim.com

Sunday, October 12, 2008

Jalan Pilihan

Bismillahi Walhamdulillah…

Ujian dakwah datang silih berganti. Cuma waktu yang menentukan bagaimana takat keimanan ini mampu mendidik kesabaran jiwa. Yang pasti, sirah Rasulullah SAW yang agung dan para sahabat mulia menjadi contoh dan teladan untuk kaki terus melangkah. Satu yang paling pasti, KERANA INI JALAN PILIHANKU…

Kehadiran akhwat silih berganti sedikit sebanyak menambah input dan changing ideas yang sedia ada. Bahkan, hatiku terhibur juga terkadang akhwat datang menanyakan buku yang ingin dipinjam. Huhu, mungkin sumbanganku untuk dakwah hanya sebutir pasir di pantai yang terbentang luas. Tapi aku cukup puas jika setiap barang dan hak milikku yang sementara ini dapat aku manfaatkan untuk dakwah, insyaAllah. Hatiku cukup terhibur melihat akhwat membaca buku-buku yang dipinjam dari rak bukuku, atau memakai baju-bajuku, meskipun tak banyak. Subhanallah… Aku bersyukur kerana Allah masih sudi mengurniakan aku perasaan begini, yang sebelum ini begitu sukar untuk hadir dalam hatiku. Namun aku yakin, dakwah dan tarbiyah yang aku kecapi selama ini telah banyak merubah seluruh aspek kehidupanku. Alhamdulillah, puji dan syukur hanya ku panjatkan pada Allah.

Ramadhan sudah berlabuh meninggalkan kita dan fajar Syawal sudah 11 hari menyinarkan dirinya menerangi alam ciptaan Allah Yang Maha Agung. Alhamdulillah, walau tidak sempat berkumpul dengan kawan-kawan seperti raya tahun-tahun lalu, aku tetap syukur kerana raya kali ini, Allah kumpulkan aku dengan kawan-kawan yang sama-sama mahu mengislahkan diri dan mengislahkan haraki. Subhanallah, walau banyak dosa menggunung, walau hati tidak mampu menahan dosa yang menghempap, mematahkan tulang rusuk, tapi Allah tetap bermurah hati mengurniakan aku kurniaan sebegini besar. Allahu akbar…Allahu Akbar…Allahu akbar!

Alhamdulillah, Allah menyelamatkan aku dari musibah hati raya ini. Mungkin ketaksempatan beraya dengan kawan-kawan sekolah adalah satu penyelamat bagiku. Aku tak pasti, adakah lamaran dari ‘seseorang’ itu suatu yang serius… akibat kehadiranku ke rumahnya? Aku pasti ‘seseorang’ itu sudah tahu jawapannya. Aku bukan sesiapa yang perlu dinantikan. Aku jauh di pedalaman sedangkan engkau bintang yang bersinar. Haluan kita berbeza. Teruskan dengan cita-citamu.. Aku mendoakan dari jauh, insyaAllah.

Calon zauj yang aku harapkan adalah seorang lelaki yang bukan sahaja mampu meng’handle’ diriku & keluargaku, bahkan dakwahku. Aku berharap dia menjadi sahabatku, guruku, murobbiku, bahkan satu sosok yang aku boleh jadikan pedoman dan contoh dalam aku menelusuri jalan dakwah yang serba panjang. Dia aku harapkan dapat menjadi tempat aku merujuk bahan-bahan musykilah dalam halaqoh, bahkan tajuk-tajuk diskusi daurah atau buku-buku haraki yang kadangkala memusingkan kepala. Dia aku harapkan dapat menjadi figure contoh untuk aku menjadi ‘murobbiyah success’…
Huh, akhwat yang sudah menikah pasti akan menggelengkan kepala apabila membaca coretan ini. Ya, memang mustahil menemukan calon zauj yang sempurna! Tapi salahkah aku mengharap? Salahkah aku berdoa? Salahkah aku memilih? Ya, dia mestilah seorang yang faham akan jalan dakwah yang ku lalui. Yang selain daripada itu, Maaf, aku perlu reject awal-awal. Untuk mengelak sebarang musibah berpanjangan, biar siapa pun dia. Ex-Murobbiyah ku sendiri berpesan “Dalam ta’ruf (untuk menikah), anti bebas bertanya apa sahaja, hatta anti nak check hafalan dia sekalipun!”

Ya, dalam hidup ini kita perlu banyak memberi. Apa yang Allah beri, itulah yang kita mampu untuk hadapi & handle. Wallahu’alaam. Aku tetap redha walau apa pun pemberianNya, InsyaAllah… Aku bukan insan sempurna. Malah jauh dari criteria akhwat mantap. Tapi sedaya upaya diri ini mengambil iktibar dari para murobbi success yang telah berlalu. Satu musykilah yang pernah kutanya pada murobbiyah, “Tak adake contoh murobbiyah success yang diwar-warkan? Selalu yang keluar dalam buku-buku mesti contoh lelaki, mcm Rasulullah SAW, syeikh Hassan Al-Banna, Syeikh Abdullah Azzam, Syeikh Ahmad Yassin, KH Rahmat Abdullah, etc…Takda ke contoh akhowat?” … Aku ternanti-nanti jawapan sehingga kini. InsyaAllah suatu hari nanti…

Maaf jika keterlaluan dalam berakhlak dan berbicara. Aku juga manusia biasa. Tunjukkanlah aku jalan dengan memberi respon-respon membina. Jazakumullahu khairan katsiran.
Wassalam.
 

Text