Makna Tarbiyah itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terus-menerus menempel dan tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikian sunnahnya. Sebab kalau mau, para Sahabat Rasulullah SAW bisa saja menetap dan wafat di Madinah, atau terus-menerus tinggal ber-mulazamah tinggal di Masjidil Haram yang nilainya sekian ratus ribu atau di Masjid Nabawi yang pahalanya sekian ribu kali. Tapi mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi atau di Mala, tetapi makam mereka banyak bertebaran jauh, beribu-ribu mil dari negeri mereka.
Sesungguhnya mereka mengutamakan adanya makna diri mereka sebagai perwujudan firman-Nya : Wal takum minkum ummatuy yad'una ilal khair. Atau dalam firman-Nya : Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnaas (QS : Ali imran : 110). Ummat yang baik tidak untuk disembunyikan tetapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak larut dalam kesendirian.
Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya.Jangan lagi ada kader yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan. Mengapa tidak berkata sebaliknya, karena lingkungan seperti itu, saya harus mempengaruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya. Seharusnya dimanapun dia berada ia harus berusaha membuat kawasan-kawasan kebaikan, kawasan cahaya, kawasan ilmu, kawasan akhlaq, kawasan taqwa, kawasan al haq, setelah kawasan-kawasan tadi menjadi sempit dan gelap oleh kawasan-kawasan jahiliyah, kezhaliman, kebodohan dan hawa nafsu.
Demikianlah ciri kader, dimanapun dia berada terus-menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah da'wah ini, tumbuh dari seseorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu atau berjuta-juta orang.Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna,Antum ruhun jadidah tasri fi jasadil ummah. Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al Qur'an. Jangan ada sesudah ini, kader yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk merasakan eksistensi dirinya.
Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT., ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah SWT., baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan terlihat orang. Kemanapun pergi, ia tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing karena Allah senantiasa bersamanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan Rasul-Nya, ummat dan alam semesta senantiasa.Kehebatan Namrud bagi nabi Ibrahim AS tidak ada artinya, tidaklah sendirian. Allah bersamanya dan alam semesta selalu bersamanya. Api yang berkobar-kobar yang dinyalakan Namrud untuk membinasakan dirinya, ternyata satu korps denganya dalam menunaikan tugas pengabdian kepada Allah. Alih-alih dari menghanguskanya, justeru malah menjadi bardan wa salaman (penyejuk dan penyelamat).
Karena itu, kader sejati yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa membuka jalan bagi pejuang da'wah sesuai dengan janji-Nya, intanshurullah yan shurkum wa yutsabbit aqdamakum (jika kamu menolong Allah, Ia pasti menolongmu dan mengokohkan langkahmu).Semoga para kader mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT di tengah derasnya arus dan badai perusakan ummat. Kita harus yakin sepenuhnya akan pertolongan Allah SWT dan bukan yakin dan percaya pada diri sendiri.
Masukkan diri dalam benteng-benteng kekuatan usrah atau halaqah tempat junud da'wah melingkar dalam satu benteng perlindungan, menghimpun bekal dan amunisi untuk terjun ke arena pertarungan haq dan bathil yang berat dan menuntut pengorbanan. Disanalah kita mentarbiyah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian pelipur kesediaan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru. Generasi yang siap memikul beban da'wah dan menegakkan Islam. Inilah harapan baru bagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Al Qur'an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin. Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang Berkilau di pandang orang Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi Janganlah seperti asap Yang mengangkat diri tinggi di langit Padahal dirinya rendah-hina
(ALMARHUM Ust KH Rahmat Abdullah)
Kolam hiasan
6 years ago
0 comments:
Post a Comment