Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, June 26, 2007

Tiba QadarNya Aku Menikah

Copy n paste.. semoga bermanfaat dan dijadikan renungan bagi du'at yang nak menikah..huhu

Seorang akh yang aktifis baik kampus, sekolah dan syabiah karena masih menjadi seorang jejaka, maka tak jarang ia sering membatin, berangan-angan, dan bercita-cita membentuk rumah tangga Islami dengan seorang Muslimah sholihat yang menyejukkan hati dan mata. Alangkah bahagianya menjadi seorang suami dan seorang "qowwam" yang "qooimin bi nafsihi wa muuqimun lil ghoirihi" (tegak atas dirinya dan mampu menegakkan orang lain, terutama isteri dan anak-anaknya). Juga menjadi 'imam yang adil' yang akan memimpin dan mengarahkan isteri dan anak-anaknya.

Dan si akh pun bertekad bahwa ia sesungguhnya tak akan menilai kecantikan wajah calon istrinya dibalik jilbab yang dia kenakan, serta harta yang dimilikinya sebagai daya tarik untuk menikahinya. Tapi kecantikan hati, perilaku, serta ketaatannya kepada Dienul Islam itu yang utama. Karena dia ingat akan ajaran Rasulullah SAW yang sampai kepadanya : “ Janganlah engkau peristrikan wanita karena hartanya, sebab hartanya itu menyebabkan mereka sombong. Dan jangan pula kamu peristrikan wanita karena kecantikannya, karena boleh jadi kecantikannya itu dapat menghinakan dan merendahkan martabat mereka sendiri. Namun peristrikan wanita atas dasar Diennya. Sesungguhnya budak hitam legam kulitnya tetapi Dienya lebih baik, lebih patut kamu peristrikan “. (HR. Bukhori)

Sejurus dengan posisinya sebagai aktivis dakwah dan amanah yang diembannya maka wajar kalau dia berpandangan bahwa pernikahannya bukan sekedar menikah saja, memilih calon suami, melafadzkan ijab kabul, melangsungkan pesta walimahan dan selesai. Justru ketika menikah, dia tengah memulai awal baru dari perjalanan dakwahnya. Pernikahannya adalah sebuah rekayasa dakwah global yang akan semakin melancarkan akselerasi dakwah itu sendiri. Akan ada network dakwah yang dibangun lewat pernikahannya itu. Bagaimana tidak? Ketika dia menikah, tonggak-tonggak dakwah yang baru dan kuat semakin jelas kekuatannya karena dia tidak menjalani dakwahnya sendirian saja. Dan akhirnya Sehubungan dengan beberapa amanah yang menuntutnya dalam menuangkan konsep dan pemikiran maka dia sangat memerlukan seorang pendamping sekaligus partner dakwah yang bisa diajak diskusi dan menyelesaikan segala qodhoya yang ada.

Alangkah menenangkannya mempunyai seorang isteri yang akan dijaganya lahir dan batin, dilindungi dan disayanginya karena ia adalah amanah Allah SWT yang telah dihalalkan baginya dengan dua kalimat Allah SWT. Ia bertekad untuk mempergauli isterinya dengan ma'ruf (QS An-Nisa:19) dan memperhatikan hadits Rasulullah SAW tentang kewajiban-kewajiban seorang suami. "Hanya laki-laki mulialah yang memuliakan wanita." "Yang paling baik di antara kamu, wahai mu'min, adalah yang paling baik perlakuannya terhadap isterinya. Dan akulah (Muhammad SAW) yang paling baik perlakuannya terhadap isteri-isteriku." "Wanita seperti tulang rusuk manakala dibiarkan ia akan tetap bengkok, dan manakala diluruskan secara paksa ia akan patah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Si Akh pun bertekad meneladani Rasulullah SAW yang begitu sayang dan lembut pada isterinya. Tidak merasa rendah dengan ikut meringankan beban pekerjaan isteri seperti membantu menyapu, menisik baju dan sekali-sekali turun ke dapur seperti ucapan Rasulullah kepada Bilal : "Hai Bilal, mari bersenang-senang dengan menolong wanita di dapur." Karena Rasulullah suka bergurau dan bermain-main dengan isteri seperti berlomba lari dengan Aisyah r.a. (HR Ahmad), maka ia pun berkeinginan meniru hal itu serta menyapa isteri dengan panggilan lembut 'De', ‘Nda’ atau 'Yang'.

Sejurus kemudian ketika si Akh disodorkan biodata oleh Murobbinya yang menurut Murobbinya merupakan calon Pasangan yang serasi karena sekufu dalam dien, akhlaq, dan komitmen dengan Islam. Mereka sama-sama berazam bahwa pernikahan adalah ibadah, pernikahan adalah dakwah dan pernikahan adalah drama manusia ideal.

Akhirnya pada saat selanjutnya, tibalah saatnya untuk proses taaruf, si Akh berpikir daripada berangan-angan terus lebih baik action.......dan taarufpun dimulai, si Ukh didampingi Murobiyyahnya begitu pula si Akh didampingi Murobbinya.... proses taaruf dimulai dari mulai jam 8 pagi dihari Ahad...ketika hari beranjak siang..proses taaruf berjalan dengan alot, si akh banyak mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan berupa kasus dan penyikapan si akhwat...tapi tentunya sebelumnya pada proses awalnya si akh menyanyakan kejelasan, aktifitas dan keikhlasan si ukh untuk menerima dirinya apa adanya dan tetap dijalan dakwah...sampai waktu dzuhur tiba, belum ada tanda-tanda proses taaruf akan berakhir karena si akh masih banyak pertanyaan yang harus dijawab si ukh...akhirnya diputuskan untuk break ISHOMA dan dilanjutkan kembali setelah rehat....dan waktu pun beranjak sore....maka murobbi si akh dengan cukup bijak mencoba meng cut acara taaruf..dan langsung menanyakan kesimpulan akhir dari keduanya karena kalau dibiarkan terus ga bakalan habis-habisnya pembahasannya yang kata si akh biar kenal calon secara keiikhlasannya, kafaahnya dll....yang pertamakali ditanya adalah si ukh....Bagamaimana ukhti mau terus lanjut ke proses selanjutnya atau cukup sampai disini...si ukh menjawab ," Ana sih terserah ikhwannya...". " nah antum bagamana Akh?..kata Murobbinya......si akh tidak buru-buru menjawab, ntah masih ada yang mengganjal atau belum puas, cuma satu hal yang ada dibenak si akh..si ukh ini menurutnya kurang puas dalam menyampaikan pendapat atas kasus-kasusnya dan akhirnya dia merasa kurang sreg sedangkan dia punya segudang idealisme...cuma dia bingung, jawaban apa yang harus disampaikan dalam forum tersebut...karena murobbinya mendesak agar ada jawaban dari si akh..."Akhi cepat lah antum kasih keputusan prosesnya diteruskan, dicukupkan sampai disini atau antum perlu waktu tambahan untuk taarufnya...tapi masa dari jam 08.00 sampai jam 15.00 masih belum cukup juga".....akhirnya dengan berat hati dan pelan namun pasti..si akh bilang....." Afwan Ustadz tadi ana sedang study kasus....". pelan namun dalam begitulah yang dirasakan si ukh hingga timbul keringat dingin dan wajahnya lama-lama menunjukan perubahan warna dari kecoklatan-kemerah-merahan dan akhirnya keputih-putihan hingga dia tak sadarkan akan dirinya lagi....waduh akh antum sebelum ketahuan 'Jejak Kasus' antum bisa berabe..antum pikirkan lagi tuh keputusannya...kasihan tuh akhwatnya ..........

Sehubungan dengan waktu yang sudah masuk waktu sholat ashar maka...murobbi ikhwan minta izin sama murobbiyah akhwat untuk sholat ashar dulu sambil melakukan lobi-lobi sama si akh (lobi-lobi walimah loh...bukan lobi-lobi politik) sambil berpesan agar si ukh di sadarkan dan bersabar atas apa-apa yang sudah terjadi....dengan segenap kasih sayang sang murobbiyah akhirnya si ukh lambat laun kesadarannya mulai pulih..aksi yang pertama adalah langsung memeluk murrobiyahnya sambil menuangkan segenap perasaannya...bagaimanapun juga pintu gerbang kebahagiaan bagi dia sebagai seorang sitri yang sholihat yang tergambar dibenaknya sudah kosong ...bagaimanapun juga dia punya mimpi yang selalu bermain dalam benaknya dan yang kemudian menjadi tekadnya adalah keinginan menjadi isteri shalihat yang taat dan selalu tersenyum manis. Pendeknya, ingin memberikan yang terbaik bagi suaminya kelak sebagai jalan pintas menuju surga.

Tekad itu diperolehnya setelah mengikuti berbagai 'tabligh', ceramah, dan seminar keputerian serta membaca sendiri berbagai risalah. Bahkan banyak pula ayat Al-Qur'an dan Hadits yang berkaitan dengan hal itu telah dihafalnya, seperti "Ar Rijalu qowwamuna alan nisaa'...","Faso lihatu qonitatu hafizhotu lilghoibi bima hafizhallah..." (QS. An-Nisa ayat 34). Juga Hadits :"Ad dunya mata', wa khoiru mata'iha al mar'atus sholihat." (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri sholihat). Atau, hadits "Wanita sholihat adalah yang menyenangkan bila dipandang, taat bila disuruh dan menjaga apa-apa yang diamanahkan padanya. Begitu pula hadits "Jika seorang isteri sholat lima waktu, shaum di bulan Ramadhan dan menjaga kehormatan dirinya serta suaminya dalam keadaan ridha padanya saat ia mati, maka ia boleh masuk surga lewat pintu yang mana saja. (HR Ahmad dan Thabrani). Hadits yang berat dan seram pun dihafalnya, "Jika manusia boleh menyembah manusia lainnya, maka aku perintahkan isteri menyembah suaminya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi,Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Figur isteri yang sholihat, taat, dan setia serta qona'ah seperti Khadijah r.a. benar-benar terpatri kuat di benak si ukh dan jelas ingin ditirunya. Maka, tatkala Allah SWT memberikan kesempatan untuk berproses untuk mendapat jodoh seorang Muslim yang sholih, 'alim dan berkomitmen penuh pada Islam, si ukh pun melangkah dan begitu menyelami proses yang tadi dilakukan dengan mantap. Begitu khidmat dan khusyu karena kesadaran penuh untuk beribadah dan menjadikan jihad dan syahid sebagai tujuan hidup berumah tangga....

Dengan nasihat penuh cinta dan dekapan kasih sayang..murobbiyah si ukh membisikan sesuatu kepada si ukh, " Biar nanti ana yang menyelesaikan masalah ini...anti tenangkan dulu pikiran..ambil air wudhu, shlat ashar dan jangan lupa tilawah........singkat cerita, si akh dan murobbinya sudah masuk kembali dan berkumpul dengan si ukh dan murobbiyahnya....tanpa basa-basi..murobbi si akh memohon maaf atas apa yang terjadi dan kemudian menanyakan kepada murobbiyah si ukh sikap selanjutnya........dengan tenang dan wibawa seorang ustadzah, beliau berkata," si ukh siap maju ke proses selanjutnya..........tapi dengan antum."..........Subhanallah...hanya pujian atas kebesaran Allah yang ada di dada sang murobbi si akh....dia ga bisa beralasan lagi, masa mau mengkuti langkah binaannya..apalagi lebih lanjut murobbiyah si ukh mengatakan..."Antum jangan beralasan lagi...antum kan udah siap." ............

Murobbi si akh dan si ukh pun ditakdirkan Allah SWT untuk menikah. Pasangan yang serasi karena sekufu dalam dien, akhlaq, dan komitmen dengan Islam. Mereka sama-sama berazam bahwa pernikahan adalah ibadah, pernikahan adalah dakwah dan pernikahan adalah drama manusia ideal. Hingga mereka senantiasa menguatkan niat dalam menyertai berbagai urusan yang berkenaan dengan terjadinya pernikahan. Mulai dari, menebar undangan walimah, menyelenggarakan walimah. Karena mereka sadar bahwa proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat. Karena pernikahannya itu merupakan ibadah, maka mereka mengatur pelaksanaannya dengan cara-cara yang sesuai dengan hukum syara’ (aturan islam). Pandangan mereka adalah pandangan islam dan dalam pandangan islam, walimah atau resepsi pernikahan adalah sesuatu yang dianjurkan untuk diadakan, betapapun sederhananya. Hal ini merupakan formalisasi dari pernikahan agar masyarakat mengetahui secara resmi pernikahan itu. Dengan demikian secara sosial akan menghilangkan hal-hal yang mengarah kepada fitnah. Walaupun dalam pelaksanaannya mereka terbentur oleh pertentangan dari keluarganya, dan mereka melewatinya dengan sempurna setelah melalui berbagai sosialisasi dan penjelasan kepada keluarga mereka.

Dan mereka sepakat pernikahannya haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang mereka maksud Lillah , ialah niat pernikahannya itu karena Allah. Proses dan caranya harus Billah , sesuai dengan ketentuan dari Allah. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah , tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah. Sehingga dalam penyelenggaraan pernikahan mereka tidak bermaksiat pada Allah, misalnya : adanya pemisahan antara tamu lelaki dan wanita, tidak berlebih-lebihan, tidak makan sambil berdiri (adab makanan dimasyarakat biasanya standing party-ini mereka hindari, karena mereka berpendapat tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang demikian), Pengantin tidak disandingkan, mereka senenatiasa mengingatkan para tamu tentang adab mendo'akan pengantin dengan do'a : Barokallahu laka wa baroka 'alaikum wa jama'a baynakuma fii khoir.. (Semoga Allah membarakahi kalian dan melimpahkan barakah kepada kalian), tidak bersalaman dengan lawan jenis, Tidak berhias secara berlebihan ("Dan janganlah bertabarruj (berhias) seperti tabarrujnya jahiliyah yang pertama" - Qs. Al Ahzab (33),

Betapa indahnya pertemuan dua insan yang saling mencintai dan merindukan Allah. Pernikahan mereka bukanlah semata-mata pertemuan dua insan yang berlainan jenis, melainkan pertemuan dua ruhani yang sedang meniti perjalanan menuju Allah, kekasih yang mereka cintai. Itulah mereka yang telah mewujudkan pernikahan ruhani. Yang selama ini terngiang-ngiang dibenak mereka terjawab sudah “ KALO KITA BERKUALITAS DI SISI ALLAH, PASTI YANG AKAN DATANG JUGA SEORANG (JODOH UNTUK KITA) YANG BERKUALITAS PULA “.Dan merekapun sah menjadi pasangan suami istri. dua pasutri yang sebelumnya tidak saling kenal tentunya kekakuan yang berada ditengah-tengah mereka, seperti saat itu, malam pertama....." ukhti udah beres belum, ga ada yang dikerjainkan ....", si ukh pun protes..." kok manggilnya ukhti......". " Habis mau dipanggil apa dong mba, yayang, dinda..ato apa......yah udah kalo gitu kita sekarang syuro tapi dengan satu syarat ya....sini tangan ukhti, sambil syuro ana ingin kita sambil berpegangan tangan, agar mulai detik ini juga dosa-dosa ana berguguran...", masih dengan mimik cemberut " ga usah ah....abis manggilnya ukhti..". " lah kan belum ada kesepakatan, syuronya aja belum mulai...jadi SK belum turun...yah udah tuan putri kita syuronya dimulai aja....agenda pertama panggilan terus ngebahas ekonomi keluarga, rencana kedepan serta evaluasi dari mulai proses taaruf sampai sekarang, kita tidak ingin sedikit pun ruang tersisa yang memungkinkan kemaksiatan pada Allah yang pada akhirnya nanti mengurangi kebarokahan pernikahan mereka...". si ukh berujar " baiklah baginda raja yang aktifis...." dan pembicaraan diantara mereka pun mengalir yang ikut menggerus kebekuan diantara mereka, cuma satu hal yang belum....si ukh belum berani melepas jilbabnya...dan malam pertamapun mereka habiskan untuk syuro........

Pada hari kedua sejak mereka bersatu dalam ikatan suci...si ukh sudah menjalankan tugas sebagai isteri yang sholihat, melayani suaminya dengan sepenuh keikhlasannya, dan masih cuma satu yang belum dia penuhi permintaan suaminya, yaitu melepaskan jilbabnya, karena bagaimanapun juga dia tidak terbiasa dan belum pernah memperlihatkan mahkotanya didepan makhluk yang namanya ikhwan, walaupun ikhwan yang bersamanya saat ini adalah sudah resmi menjadi suaminya....tapi akhirnya......sore itu, si ukh habis mandi dan keramasi rambutnya, sehingga jilbabnya basah ....ketika masuk kamar, dilihatnya suaminya matanya tertutup. sehingga dia kira lagi tidur, dan dia bisa dengan bebas mengeringkan rambutnya dan menyisirnya.....padahal waktu itu suaminya lagi pura-pura tidur sambil membatin , ....." duh dinda, Pertama-tama adalah mesti anti sadari, bahwa sesungguhnya ana tak akan menilai kecantikan wajah dinda dibalik jilbab yang dinda kenakan, serta harta yang dinda miliki sebagai daya tarik untuk menikahi dinda. Tapi kecantikan hati, perilaku, serta ketaatan dinda kepada Dienul Islam itu yang utama.Memang hal ini sangat musykil di zaman yang telah penuh dengan noda-noda hitam akibat perbuatan manusia, sehingga wanita-wanitanya sudah tidak malu lagi untuk menjual kecantikannya dan berlomba-lomba memperlihatkan aurat dengan sebebas-bebasnya demi memuaskan hawa nafsu jahatnya.

Namun itulah yang diajarkan Rasulullah SAW, kepada kita melalui haditsnya : “ Janganlah engkau peristrikan wanita karena hartanya, sebab hartanya itu menyebabkan mereka sombong. Dan jangan pula kamu peristrikan wanita karena kecantikannya, karena boleh jadi kecantikannya itu dapat menghinakan dan merendahkan martabat mereka sendiri. Namun peristrikan wanita atas dasar Diennya. Sesungguhnya budak hitam legam kulitnya tetapi Dienya lebih baik, lebih patut kamu peristrikan “. (HR. Bukhori)Dan Allah pun tak akan melihat kebagusan wajah dan bentuk jasad dinda. Tapi Dia menilai hati dan amal yang dinda lakukan. Hendaknya dinda yakin bahwa wanita-wanita salafusshaleh adalah panutanmu, yang telah mendapat bimbingan dari nabi Muhammad SAW......tapi kenapa juga dinda belum melepaskan jilbabnya, kan ana pengen tahu apakah dinda ada kupingnya ato ngga....baiklah kalo gitu ana harus bikin strategi....

Ketika si ukh melonggarkan jilbabnya sambil duduk membelakangi suaminya yang dilihatnya lagi tidur...dia mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk kering dan menyisirnya....tapi ketika dia menyisir merasa kesusahan juga....abis nyisir kok jilbabnya ga dilepas ribet amat ya....dan akhirnya setelah dia melirik suaminya masih pada posisi semula, lalu dia melepas jilbabnya dan menyisir rambutnya dengan cepat......namun ketika dia asik menyisir rambut, tiba-tiba, suaminya menyergapnya dari belakang......"Nah kan sekarang ketahuan, dinda kupingnya lengkap dan subhanallah cantiknya".....sambil tergagap, dan meronta si ukh....' Masya Allah.....Subhanallah, Atagfirullah...dan ketika pelukan suaminya lepas, dia langsung mendaratkan pukulan keperut suaminya, cubitan dan jurus-jurus bela diri praktis bagi seorang istri....sambil ketawa, dan canda mereka berdua mulai merajut keharmonisan dan kemesraan suami istri....

taken from http://harokah.blogspot.com/2005/12/ana-udah-siaptaaruf-ahhh.html

0 comments:

 

Text