Dalam kehidupan umat saat ini, terutama kalangan Barat dan orang-orang yang berfikiran kebarat-baratan; kebanyakan dari mereka memandang bahwa Islam dan kaum muslimin memiliki penilaian yang hampir merata walaupun memiliki keragaman dalam memberikan solusi dan cara menanggulanginya, perangkat yang digunakan dan tujuan yang ingin diraih; yaitu bahwa umat Islam yang selalu menyeru untuk kembali kepada Aqidah yang lurus dan bersih, dan agama yang benar, berhukum kepada syariat Allah dalam segala urusannya, tidak memiliki wawasan dan pandangan politik yang mumpuni, tidak memiliki program yang jelas terhadap permasalahan ekonomi, sosial, politik, pembangunan dan pendidikan…dst, sebagaimana yang terjadi di tengah masyarakat Islam saat ini.
Bahwa pandangan dan wawasan yang diajukan oleh sebagian umatnya hanyalah sekedar slogan dan hanya sekedar ceramah umum dari suatu program dan pelajaran yang selalu diulang dan telah usang. Walaupun mereka dapat meraih simpati di tengah masyarakat, namun pada hakikatnya adalah merupakan kemunduran, kemorosotan dan kehancuran sehingga dapat menghilangkan prestasi peradaban yang ada, kembali pada zaman badui, lemah dalam berinteraksi terhadap permasalahan kontemporer yang membutuhkan penyelesaian secara kongkrit dan wawasan yang cemerlang. Sehingga walaupun mereka memaparkan sebagian etika politik seperti orang lain dengan pendekatan nilai-nilai Islam, dan menuntut untuk diberikan hak mereka untuk berperan aktif dalam teknik dan kesadaran politik. Namun bersamaan dengan itu, mereka akan ditolak dan dituduh bahwa yang demikian merupakan tipu daya belaka yang hanya bertujuan untuk mengambil/mencari kekuasaan di tengah masyarakat, dan kepemimpinannya akan selalu diwarnai dengan otokrasi politik, teror ideologi, dan mengingkari setiap slogan dan syiar yang disebarkan sebelum mencapai tampuk kekuasaan. Mereka tidak akan pernah tinggal diam melakukan dan menyebarkan isu dengan berbagai bentuk yang menyesatkan dan dibuat-buat; ekstrim, bom bunuh diri (pengeboman secara brutal) yang -padahal- pelakunya adalah musuh Islam itu sendiri yang telah ditugaskan kepada para pesuruh bayaran untuk melakukan kekacauan. Karena konsep yang busuk tersebut merupakan salah satu bentuk untuk mengaburkan ajaran Islam, menakut-nakuti kaum muslimin yang lain dan menghantam para aktivis gerakan Islam.
Nampaknya penyembelihan ruh ektstrimisme dan intimidasi, dan membentuk opini dalam pengkaburan nilai-nilai sampai saat ini telah membuahkan hasil; baik nasional maupun internasional, dilihat dari pencapaian dan usaha mereka yang tidak hanya menghancurkan umat dan memeranginya, namun lebih dari itu; untuk mencapai ambisi mereka dan cita-cita yang selalu didengungkan; pelestarian kekuasaan dan hukum di tengah kancah perpolitikan dunia.
Bagi kalangan Islam ada yang menganggap perwujudan niat mereka sudah pasti bertentangan dengan slogan yang selalu didengungkan; demokrasi, sekularisasi dan liberalisasi…dst, namun kelompok politik lainnya tidak menganggap tindak tanduk mereka yang jelas merupakan kediktatoran, repressive, melanggar Hak Asasi Manusia dan bagian dari terror politik dan ideology di bawah slogan pembohong, seperempat lebih utama daripada kejujuran namun berbahaya.
Secara umum problema ini tidak keluar dari kebanyakan orang, namun tidak seluruhnya memusuhi dan membenci Islam dan umat Islam, seperti para budayawan dan politikus yang bekerja dalam negeri Islam untuk kebaikan. Adapun mereka yang lalai yang dikuasai oleh ruh jahat akan selalu berjalan dibelakang orang-orang yang jahat, maka permasalahan mereka akan berbada.
Dan dari itulah perlu ada perenungan walaupun hanya sebentar/sekejap terhadap fenomena tersebut, lalu mengemukakan sebagian solusi/arahan yang dapat dijadikan saham untuk menampakkan bentuk yang sebenarnya, walaupun sifatnya hanya sederhana yang tidak memakan waktu yang lama dan dan tidak membutuhkan ruangan yang begitu besar.
Adapun tuduhan bahwa umat Islam tidak memiliki wawasan yang cemerlang/jelas dan tidak memiliki program yang akurat untuk bisa disampaikan kepada yang lainnya dan pada akhirnya mereka dapat memberikan ketentraman terhadap masa depan umat yang berada dibawah naungan Islam dan memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia, oleh karena Islam merupakan agama untuk seluruh manusia bukan untuk satu kelompok atau jama’ah.. Boleh jadi keterangan tersebut merupakan keberanan yang mengarah pada kebatilan. Hakekatnya adalah harus dilihat lebih akar permasalahan dari berbagai segi; sebagai usaha untuk mensederhanakan masalah ini secara baik.
Anggapan bahwa umat Islam tidak memiliki sisi pandang yang jernih dan program yang jelas dalam menghadapi suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh umat –yang mana pada hakekatnya merupakan rekayasa orang lain, yang boleh jadi hal ini terlahir karena jauhnya nilai-nilai dan dhowabith umat islam dari pangkalnya, dan menimpor solusi dari luar Islam- tidak berarti orang lain yang menuduhkan Islam demikian memiliki pandangan dan program yang baik, kecuali kalau kita menganggap bahwa pemindahan kebudayaan, peradaban, dan sistem-sistem yang lainnya, yang dapat memberikan keistimewaan kepadanya, yang boleh jadi dia juga tidak lebih baik dari sisi lain walaupun berbicara atas namanya sendiri, namun sekedar menunjukkan kebanggaan terhadap prestasi yang diraih, yang kalau lepas dan jauh darinya mungkin tidak akan terjadi. Maka yang demikian itu merupakan keadaan yang paling buruk dari umat Islam, yang sebenarnya mereka lebih membutuhkan wawasan dan program, karena mereka lebih membutuhkan dan lebih buruk kondisinya.
Jika kita bertanya apa programnya? tentunya kita tidak akan merasa malu menyebutkan bahwa keberhasilan orang lain yang merasa bangga terhadap apa yang mereka miliki untuk membuat gentar negara Islam adalah merupakan suatu kebohongan dan kedustaan. Kebanggaan dan kecaman ini, yang menyebabkan terjadinya musibah dan kesengsaraan terhadap umat, karena mereka -orang-orang barat dan sekularis- datang dengan berusaha mengubah aqidah dan syariat Islam. Dan pada realitanya merupakan saksi pelecehan dimana umat Islam telah tenggelam dalam hutang dan permasalahan yang beragam.
Kalaulah kita mau melakukan balance dan perbandingan sederhana, kita dapat mengatakan : bahwa jika kita kembalikan pada permasalahan yang sebebnarnya bahwa umat Islam tidak memiliki wawasan yang cemerlang dan program yang jelas, hal ini merupakan permasalahan tersendiri, maka yang lainnya pun sebenarnya tidak lebih baik dari sebelumnya, namun boleh jadi mereka lebih buruk, karena mereka telah meninggalkan peradaban dan kebudayaan mereka, akibat lemahnya mereka dalam melahirkan, mencipta dan mengembangkannya, bahkan secara sadar mereka rela mengekor pada kebudayaan dan peradaban orang lain, tanpa memiliki kemampuan untuk membedakan antara yang kurus dan yang gemuk. Bahkan bisa disimpulkan : hal tersebut terjadi disebabkan oleh tabiat kelemahan dan pendidikan mereka yang terbelakang, sehingga sulit bagi mereka untuk penelitian terhadap sesuatu yang mahal namun cukup dengan yang murah. Maka dari itu, agama mereka sebenarnya menghancurkan jati diri mereka, dan menggembosi ruh yang hina dan rendah di tengan umat yang lainnya.
Adapun kaum muslimin, cukuplah bagi mereka menjadi opitionedness diri, lalu mempertahankannya, dan mempokuskan diri pada karakteristik peradaban yang klasik, experimen yang gemilang, berperan serta dan memberikan masukan dalam berbagai segi kahidupan, dan berusaha mengembalikan peranan mereka sebagai tauladan dam saksi atas umat yang lain dan memimpin mereka; yaitu dengan segala sesuatu yang mereka miliki dari pengetahuan, peradaban dan kebudayaan. Walaupun -kadang kala- mereka memiliki keberhasilan namun -kadang kala pula- mengalami kegagalan, namun secara umum mereka telah memilih jalan yang benar, meskipun langkah mereka belum begitu jauh sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh diri mereka sendiri –pertama-, dan adanya rintangan dan cobaan yang diimpor dari musuh-musuh Islam dimana mereka telah menjembataninya ke tengah dunia Islam.
Sedangkan point lainnya yang menjadi keharusan untuk ditunjukkan sebagai bahan pembicaraan : bahwa kaum muslimin tidak pernah maju dalam kehampaan seperti yang terjadi di masa lalu, namun mereka selalu memusatkan fikiran untuk menegakkan peradaban, yang keberadaannya diakui dalam berbagai segi; politik dan budaya serta ekonomi, sebagaimana mereka memusatkan diri pada pengerahan fikiran (ijtihad) dan experimen yang terprogram dan beragam pengalaman lainnya sesuai kemampuan mereka, jika mereka berazam untuk melakukan dan menentu suatu perkara dalam rangka menciptakan dan melahirkan sesuatu yang baru; mereka mengedepankan program yang terpokus pada nilai-nilai yang akurat, tidak seperti yang lainnya, yang jauh dari nilai-nilai sehingga dapat program sirna secara bersamaan dengan apa yang ingin mereka lahirkan dan cetuskan. Karena itu kelompok manakah yang lebih utama untuk dicerca dan diikuti ?
Pertanyaan yang terlintas adalah : sampai dimana intropoksi kaum muslimin dan agama Islam saat ini, dalam membuat solusi terhadap segala permasalahan yang muncul selain karena adanya sebab-sebab internal? Apakah yang demikian dapat memaafkan mereka dari melakukan perbuatan membuat program dan pemisahan terhadap realita yang terjadi di tengah umat? Demikianlah permasalahan yang harus dilontarkan dari segala aspeknya untuk dicari solusinya dan pandangan yang memungkinkan untuk berinteraksi bersamanya.
Taken from http://www.al-ikhwan.net/
Kolam hiasan
6 years ago
0 comments:
Post a Comment